Jakarta - Akhir tahun ini unit perdana helikopter AS565 MBe Panther pesanan Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI untuk TNI AL akan diserahkan kepada user, yakni Puspenerbal (Pusat Penerbangan TNI Angkatan Laut). Menurut kabar helikopter Panther batch pertama kini sedang dalam proses perakitan di PT Dirgantara Indonesia. Meski sudah banyak ulasan tentang sosok helikopter besutan Airbus Helicopters ini, rasanya masih menarik perhatian adalah bagaimana cara Panther dalam melumat kapal selam lawan.
Dirunut dari konsep gelar tempurnya, AS565 MBe Panther akan menjadi sistem senjata armada terpadu pada kapal perang TNI AL, dalam melaksanakan misi AKS (Anti Kapal Selam), Panther memang disiapkan untuk lepas landas dan mendarat dari kapal perang jenis korvet dan frigat. Meski dalam operasinya mendapat ‘panduan’ awal dari sistem sensor dan radar kapal perang, namun AS565 MBe Panther saat sudah mengudara dapat menjalankan peran detection, re-localization, dan stand off attack.
Ketika sensor sonar pada kapal perang carrier mendapatkan potensi ancaman dari kehadiran kapal selam, maka AS565 MBe Panther akan diterbangkan ke area yang diduga terdapat (dilalui) kapal selam lawan. Namun mengingat posisi kapal selam bergerak dinamis di bawah permukaan, maka diperlukan deteksi dan re-localization keberadaan kapal selam, modus ini dijalankan guna memutakhirkan data dan mendapatkan posisi sasaran agar lebih presisi. Nah, untuk deteksi dan re-localization ini ada dua model yang bisa dijalankan oleh AS565 MBe Panther .
1. Menggunakan Sonobuoy
Perangkat sonobuoy dilepaskan dari helikopter lewat parasut, terdiri dari UHF (ultra high frequency) buoy dan VHF (very high frequency) buoy. Sinyal sonar dari sonobuoy inilah yang akan menjadi sensor penciuman Panther pada keberadaan kapal selam. Dalam aksi ini, Panther meluncurkan sonobuoy aktif dan pasif. Empat sinyal yang didapat dari sonobuoy dapat diproses secara simultan on board oleh awak helikopter.
Bila sasaran sudah terdeteksi, dan awak helikopter telah mendapat otoritas untuk penghancuran, tahap selanjutnya tinggal AS565 MBe Panther meluncurkan torpedo. Namun cara Namun penggunaan sonobuoy untuk deteksi dan re-localization dipandang kurang praktis, maklum ada tahapan untuk ‘memungut’ buoy yang sudah tak digunakan dari permukaan laut.
2. Menggunakan Dipping Sonar
Inilah cara yang dipilih TNI AL untuk peran AKS AS565 MBe Panther, dipping sonar alias sonar celup dipandang lebih praktis dan modern ketimbang sonobuoy, perangkat sonar cukup diturunkan lewat kabel hook dari helikopter, dan bila misi deteksi dan re-localization sudah rampung, selanjutnya sonar tinggal ditarik kembali.
AS565 MBe Panther TNI AL akan dilengkapi dipping sonar L-3 Ocean Systems DS-100 Helicopter Long-Range Active Sonar (HELRAS). Selama ini teknologi HELRAS sudah banyak dipakai dalam platform AKS di negara-negara NATO. Sonar ini dapat beroperasi optimal di area laut dangkal dan laut dalam. HELRAS menggunakan frekuensi rendah dengan resolusi tinggi pads sistem Doppler dan rentang gelombang panjang untuk mendeteksi keberadaan kapal selam dari jarak jauh.Khususnya dengan perangkat DS-100, dirancang ideal untuk melakukan redetection, melokalisir sasaran, dan melancarkan serangan torpedo di perairan dalam dan dangkal.
Cara operasi HELRAS DS-100 dengan diturunkan dari helikopter hingga masuk ke permukaan air. HELRAS DS-100 terdiri dari tujuh elemen proyektor dan delapan lengan hidrolik yang dapat dibentangkan hingga 2,6 meter saat digunakan. DS-100 mampu beroperasi di kedalaman 500 meter dan memiliki Figure Of Merit (FOM) untuk mencapai konvergensi zona deteksi. DS-100 berjalan dengan frekuensi rendah 1.38 Khz menggunakan transduser eksklusif, mengurangi kontaminasi gema dari sinyal yang diterima, dan interoperabilitas dengan sonars kapal dan sonobuoys dalam pekerjaan bistatic atau multistatic.
Sementara untuk misi menghancurkan kapal selam, dalam kesepakatan Panther TNI AL juga akan dipasang sistem peluncur torpedo, sistem peluncur ini disiapkan untuk menghantarkan jenis torpedo Raytheon MK46 atau Whitehead A244/S. Kedua torpedo tersebut kebetulan sudah sejak lama dimiliki TNI AL.
Di dunia, TNI AL akan menjadi negara pertama yang menerima varian MBe, menyusul kemudian AL Meksiko. Sebelum Panther, Puspenerbal TNI AL pernah menggunakan helikopter AKS jenis Westland Wasp dan Mi-4 Hound. (Indomiliter)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar