Jumat, 24 Juni 2016

Mil Mi-26: Kandidat Helikopter Angkut ‘Raksasa’ Untuk Puspenerbad TNI AD


Jakarta - Kebutuhan helikopter angkut berat tentu tak bisa ditawar untuk menunjang operasional TNI. Setelah sebelumnya menggunakan Mil Mi-17 V5, Puspenerbad TNI AD sebagai elemen kavaleri udara nasional dikabarkan tengah dalam proses menerima helikopter angkut berat asal AS, Boeing CH-47 Chinook. Meski berita pengadaan CH-47 Chinook cukup santer, namun hingga ini toh belum juga dilangsungkan kontrak pembeliannya. Lepas dari itu, muncul kabar lain, bahwa TNI AD justru tertarik pada helikopter angkut raksasa Mil Mi-26 dari Rusia.
Meski kabar pengadaan Mil Mi-26 belum bisa dikonfirmasi, tapi sinyal hadirnya helikopter yang sempat tampil dalam film Die Hard 5: A Good Day to Die Hard (2013), mendapat dukungan dari pihak internal user, terlebih Puspenerbad selama ini telah berpengalaman menggunakan helikopter asal Rusia, seperti Mil Mi-17 V5 dan heli serbu Mil Mi-35P Hind. Seperti halnya kabar jumlah CH-46 Chinook yang ditawarkan ke Indonesia, Mil Mi-26 yang rencananya akan didatangkan untuk TNI AD diproyeksikan sebanyak empat unit. Dan bila mengacu ke periode pengadaan, helikopter yang mampu membawa tank ini idealnya hadir pada periode tahun 2016 – 2019.
Tampil dalam scene akhir film Die Hard 5: A Good Day to Die Hard .
Tampil dalam scene akhir film Die Hard 5: A Good Day to Die Hard .
Bila nantinya Mil Mi-26 jadi memperkuat arsenal Puspenerbad, rasanya kehadiran helikopter ini bakal mendapat sambutan hangat dan suka cita dari warga, khususnya penggemar alutsista asal Rusia. Pasalnya, Mi-26 bisa menjadi obat rindu saat di era 60-an, TNI AU pernah mengoperasikan helikopter angkut raksasa Mil Mi-6. Merujuk ke sejarahnya, hadirnya Mil Mi-26 tak lain sebagai pengganti dari Mil Mi-6, dan sayangnya tidak ada jejak Mi-6 yang bisa dilihat saat ini sebagai monumen atau museum di Indonesia.
Kembali ke Mil Mi-26, bisa dipastikan sampai saat ini Ia menjadi helikopter terbesar yang ada di muka Bumi. Fakta bahwa Mi-26 raksasa tak hanya bisa dilihat dari ukurannya yang super jumbo, tapi kapasitas cargo pun luar biasa hebat, yakni punya payload 20 ton. Bisa dipastikan tank amfibi andalanMarinir BMP-3F atau truk Ural 4320 mampu dibawa dengan mudah oleh Mi-26. Untuk urusan mobilitas pasukan misalnya, Mi-26 bahkan bisa menandingi daya tampung C-130 Hercules, sebanyak satu kompi pasukan infanteri dengan senjata lengkap dapat langsung diangkut oleh satu unit Mi-26.
1ce98f1d4af4d8248801f1379711675f
MI-26_en_Mexico
ap090416010917
Dari sejarahnya, Mil Mi-26 mulai dirancang pada awal 1970 oleh biro desain Mil Moscow Helicopter Plant. Dari bobotnya yang ekstra besar dan punya kemampuan mengangkut kargo lewat sling seberat 12 ton, Mi-26 awalnya diperuntukkan untuk mendukung pekerjaan konstruksi berat, pembangunan jembatan, dan pemasangan transmisi listrik. Saat memasuki tahap pembuatan, Mi-26 diproduksi oleh Rostvertol, yakni dengan terbang perdana pada 14 Desember 1977.
Perbandingan dimensi Mi-26 dengan SA-330 Puma.
Perbandingan dimensi Mi-26 dengan SA-330 Puma.
Perbandingan Mi-26 dengan helikopter ringan Bell Jet Ranger.
Perbandingan Mi-26 dengan helikopter ringan Bell Jet Ranger.
Mil Mi-26 juga dikenal sebagai helikopter pertama di dunia yang menggunakan rotor utama dengan delapan bilah baling-baling. Sumber tenaganya dipasok dari dua mesin turboshaft Lotarev D-136 yang masing-masing mesin mampu menghasilkan tenaga 8.500 kW (11.399 shp). Dalam spesifikasinya, helikopter ini tidak dilengkapi dengan persenjataan, dan sudah lumrah bila Mi-26 dalam operasinya mendapat kawalan dari helikopter gunship.
Tampilan ruang kargo.
Tampilan ruang kargo.
Kokpit pada versi Mi-26TC sudah menggunakan teknologi digital.
Kokpit pada versi Mi-26TC sudah menggunakan teknologi digital.
Kelebihan lain sebagai helikopter raksasa, pada fasilitas ruang kargo dilengkapi dua derek listrik, yang masing-masing punya kapasitas tarik 2,5 ton. Derek ini digunakan untuk memudahkan proses pemindahan muatan di dalam ruang kargo. Awak helikopter juga dapat memantau proses pemuatan dan kondisi ruang kargo lewat kamera CCTV. Untuk menjamin keamanan dalam penerbangan, bila terjadi masalah pada power, Mi-26 sanggup terbang meski hanya dengan satu mesin, pasalnya Mi-26 dirancang dengan sistem berbagi beban pada mesin, jika satu mesin mati, maka otomatis bisa tetap terbang hingga jarak tertentu.
maxresdefault
Karena fungsinya asasinya tak melulu untuk kebutuhan militer, Mi-26 banyak juga digunakan oleh pihak sipil, terutama dalam bisnis penerbangan charter pemindahan alat berat. Dan Bila kelak helikopter ini jadi memperkuat TNI, maka Indonesia menjadi negara kedua di Asia Tenggara, setelah Kamboja yang mengoperasikan Mi-26. Dalam kode NATO, helikopter mendapat penamaan sebagai HALO. Sampai saat ini, Mi-26 telah hadir dalam belasan versi. (SMID Indonesia)
Spesifikasi Mil Mi-26
– Crew: Five: 2 pilots, 1 navigator, 1 flight engineer, 1 flight technician
– Capacity: 90 troops or 60 stretchers/20.000 kg cargo
– Length: 40,025 meter (rotors turning)
– Rotor diameter: 32 meter
– Height: 8,145 meter
– Empty weight: 28.200 kg
– Loaded weight: 49.600 kg
– Max. takeoff weight: 56.000 kg
– Powerplant: 2 × Lotarev D-136 turboshafts, 8,500 kW (11,399 shp) each
– Maximum speed: 295 km/h
– Cruise speed: 255 km/h
– Range: 1.920 km (with auxiliary tanks)
– Service ceiling: 4.600 meter

Rabu, 22 Juni 2016

Hagglunds Bv206: Wahana Kopassus dalam Melintasi Medan Super Berat


Jakarta - Di Indonesia, sosok rantis (kendaraan taktis) imut beroda rantai ini identik dalam penanganan pasca bencana alam. Tatkala tim SAR dihadapkan pada medan berat, Hagglunds Bandvagn 206 (Bv206) langsung diterjunkan untuk melalukan evakuasi dan dukungan logistik di wilayah yang sulit dilalui kendaraan konvensional. Meski lebih kondang digunakan tim PMI (Palang Merah Indonesia), sejatinya rantis asal Swedia ini juga dimiliki oleh Grup 2 Kopassus (Komando Pasukan Khusus) TNI AD dan Satuan Pelopor Polri.
Hagglunds-Bandvagn-206-Kopasus
Penanganan bencana alam meletusnya Gunung Merapi, Gunung Kelud dan Gunung Sinabung, peristiwa tanah longsor, hingga banjir, kesemuanya menjadi medan pembuktian kehandalan Bv206 di Tanah Air. Resminya Bv206 masuk kategori kendaraan ATV (all terrain vehicle). Manufaktur pertamanya Hagglunds memang mendapuk Bv206 untuk bisa melandeni beragam medan berat, tak hanya di darat, tapi juga mampu melahap medan berawa, berbukit, bebatuan, dan pastinya Bv206 dapat berenang tanpa persiapan, layaknya tank amfibi Marinir.
img_0411hagglundkopassus1
Karena dirancang untuk melahap medan berat, pengguna perdana rantis ini sudah pasti kalangan militer. Hagglunds yang kini menjadi bagian dari BAE Systems Global Combat Systems memang awalnya dipentukkan bagi operasional AD Swedia, utamanya militer negara skandinavia ini membutuhkan rantis yang handal untuk melaju di medan bersalju dan berawa seperti di kawasan utara Swedia. Bv206 mulai dirancang pada tahun 1974, dan pada tahun 1980 pesanan perdana Bv206 diserahkan ke militer Swedia.
Meski bisa disebut sebagai rantis, Bv206 awalnya tidak dirancang dengan desain bodi anti peluru. Untuk mendukung operasi militer, peran Bv206 lebih sebagai kendaraaan pendorong pasukan dan pembuka jalan untuk kebutuhan logistik. Bv206 dapat dipasangi dudukan SMB (Senapan Mesin Berat) M2HB 12,7 mm. Mendukung misi tempur yang lebih serius, Bv206 kemudian dikembangkan menjadi rantis tempur Bv206s yang tak lain adalah armoured personel carrier. Bahkan ada PvBv2063 yang dilengkapi rudal anti tank TOW dan rudal Bill bestan Saab Bofors.
Hagglunds Bv206 Polri.
Hagglunds Bv206 Polri.
Di luar yang dioperasikan Polri, populasi Bv206 di Indonesia memang sedikit, PMI punya dua unit dan Kopassus juga dua unit. Bv206 terlihat diterjunkan saat misi SAR saat terjangan awan panas Gunung Merapi dan musibah Gunung Kelud. Sementara Bv206 Polri diterjunkan dalam penanganan bencana di Gunung Sinabung. Bv206 yang didatangkan ke Indonesia kabarnya bukan barang baru, melainkan sebagian berasal dari bekas yang digunakan dalam Perang di Timur Tengah.
148
fig01
hagglunds-bv-206-11
Jika menilik ke spesifikasi teknis, BV206 mengadopsi V6 2.800 cc dari Ford Cologne. Sedang transmisi otomatis mengandalkan Mercedes-Benz dengan 4-percepatan. Dari mesin lawas tersebut, kendaraan yang bekasnya bisa mencapai Rp 2 miliaran lebih itu (spek militer) sanggup menyemburkan tenaga hingga 132,7 dk. Dengan kecepatan maksimal sekitar 55 km/jam (jalan mulus), kendaraan roda rantai ini dapat berenang dengan kecepatan 4,7 km/jam di air. Sebagai kendaraan berkemampuan offroad, Bv206 sanggup beroperasi di temperatur -52°C sampai 46°C.
Konfigurasi Bv206 juga cukup unik, yakni terdiri dari dua kendaraan yang berandengan, dan dalam paket jualnya memang Bv20d ditawarkan dalam paket gandeng. Karena berupa roda rantai, maka tiap-tiap rangkaian depan dan belakang mempunyau sumber tenaga sendiri. Karena terdiri dari dua kendaraan, maka beban yang bisa dibawa juga berbeda-beda. Front car punya payload 580 kg, sementara rear car punya payload 1.670 kg. Sehingga total payload yang bisa dibawa Bv206 mencapai 2.250 kg. Jika kompartemen diubah untuk membawa penumpang pasukan (penumpang), maka front car bisa dimuati 6 orang, dan rear car bisa membawa 11 orang. Sebagai kendaraan kecil, cargo space amat menentukan jalannya operasi dukungan logistik, untuk urusan ini front car punya cargo space 2,5 m3, dan rear car dengan cargo space 5,5 m3.
5027208_20130206043238
53327_620
88-hagglunds
Saat ini ada ada 22 negara di dunia yang memakai Bv206, 20 negara untuk militer dan dua negara untuk keperluan sipil (salah satunya Indonesia). (SMID Indonesia)
Spesifikasi Hagglunds Bandvagn 206
– Engine: 2.8L 99 kW Ford Cologne V6.
– Gearbox: Mercedes Benz W 4A-018 automatic transmission
– Weight: 4.330 kg
– Cargo load: 2.250 kg (total)
– Length: 6,9 meter
– Width: 1,87 meter
– Height: 2.4 meter

Jangan Main-Main Dengan Natuna


Jakarta - Sebuah solusi wajib telah diperlihatkan pemerintah dengan menggelontorkan dana besar untuk mengembangkuatkan pangkalan militer Natuna. Lewat pintu APBN-P 2016 dikucurkan dana besar 1,3 Trilyun untuk memperkuat teritori Natuna yang sering disenggol bahkan ditabrak kewibawaan teritorinya. Ini solusi wajib sebab jika tidak sekarang, maka buyarlah harapan membangun benteng berkapasitas banteng. Jangan menunda-nunda lagi karena ancaman sudah nyata.

Demikian juga dengan kucuran anggaran pertahanan dalam tiga tahun masa pemerintahan Jokowi mendatang. Prediksi yang dijadikan indikator adalah ancaman itu sudah nyata, ancaman itu bukan wacana tapi sudah di depan mata. Kalau masih ada yang bilang kita tak punya musuh berarti mata pikirnya atau jernih hatinya sedang terserang katarak. Musuh militer Indonesia jelas di depan mata meski secara diplomatik kita tak punya musuh. Itu kan bahasa diplomatik.



Kontrak 8 SU35 selesai Agustus tahun ini

Perairan Natuna sudah menjadi ruangan uji nyali bagi militer Indonesia. Sudah berulang kali kapal nelayan Cina dan tetangga lain memasuki peraairan ZEE Natuna. Terakhir beberapa hari lalu KRI Imam Bonjol 384 menangkap 1 dari 12 kapal nelayan Cina yang memasuki ZEE Natuna. Drama di lapangan cukup menegangkan karena kapal Coast Guard Cina yang ukurannya besar berupaya mendatangi dan menghalangi KRI yang membawa kapal nelayan Cina ke pelabuhan Natuna. Namun 4 KRI yang berada di sekitar kejadian mampu mengusir kapal penjaga pantai Cina.

Pertanyaannya kan bukan sekedar urusan dengan kapal nelayan Cina. Tetapi bukankah kita sedang menghadapi ancaman serius dari sebuah negeri yang haus akan sumber daya kelautan yang kaya untuk kebutuhan masa depan negeri semilyar orang itu. Pertanyaannya kemudian apakah kita sanggup terus menerus menghadapi tekanan invasi kapal nelayan Cina yang di back up kapal penjaga pantai berteknologi tinggi secara terus menerus. Bagaimana jika Cina menyebar kapal perang destroyer dan kapal selamnya. Apalagi Cina sudah membangun pangkalan militer di LCS dan menempatkan jet tempur, rudal, radar dan kapal perang di perairan sengketa itu.

Jawaban dari semua permasalahan itu adalah percepatan perkuatan armada angkatan laut dan angkatan udara. Harus ada upaya mempercepat pesanan untuk ketersediaan isian alutsista khususnya matra laut dan udara. Produksi kapal perang yang sedang dilakukan PT PAL saat ini berupa pembuatan 2 kapal perang jenis PKR 10514 harus bisa ditambah minimal 5 unit lagi secara paralel sehingga pada tahun 2020 kita punya tambahan 7 KRI gres. Demikian juga dengan 3 kapal selam Changbogo yang operasionalnya akan diterima awal tahun 2017, 2018, 2019 harus bisa ditambah minimal 2 lagi sehingga seluruhnya mencapai 5 unit kapal selam baru pada tahun 2020.


Beberapa KRI siaga di pangkalan perbatasan

Angkatan udara sami mawon. Setelah sign 8 Sukhoi SU35 tahun ini, diharapkan tahun depan ada lagi kontrak 16 unit jet tempur F16 Viper, kemudian tahun berikutnya lagi kontrak kedua 8 Sukhoi SU35 sehingga jumlahnya mencapai 16 unit alias 1 skuadron. Untuk urusan Natuna dan pulau-pulau terluar lainnya kita perlu banyak jet fighter sebagai unsur patroli, pencegat dan pre emptive strike. Maka persebaran jet-jet tempur merupakan salah satu jawaban untuk kehadiran yang disegani di batas teritori.

Dalam menjaga teritori yang luas ini kita tak hanya fokus pada hot spot Natuna. Masih ada Ambalat yang mengambang, Morotai yang masih terbuka, kemudian laut Arafuru dan NTT. Ada lagi Sabang, pantai barat Sumatera dan pantai selatan Jawa semuanya harus tercover pada jadwal patroli rutin. Ini semua memerlukan kapal perang striking force yang saat ini jumlahnya masih belum mencukupi. Maka penambahan kapal perang sangat dibutuhkan utamanya dari kelas fregat dan destroyer.

Aksi kapal nelayan Cina merupakan bukti bahwa negeri itu selalu merasa benar dalam soal klaim wilayah tangkapan ikan yang dikatakan sebagai wilayah tradisionalnya. Dan itulah bahasa diplomatik yang menjadi bahan tertawaan. Maka tidak bisa tidak kita harus memperkuat militer kita disana sepanjang tahun dengan menempatkan sejumlah kapal perang dan jet tempur bersama komponen tempur berteknologi canggih seperti drone, radar, intelijen dan intai strategis.

Kita berpacu dengan waktu, kita percepat semua rencana pembangunan kekuatan militer tidak hanya infrastruktur pangkalan angkatan udara dan angkatan laut tetapi juga keunggulan kualitas dan kuantitas mobilitas alutsista bergerak. Termasuk media interoperabilitynya. Pangkalan militer Natuna akan di back up Pontianak dan Tanjung Pinang. Ketiganya akan bersinergi aktif dan beraksi cepat terhadap segala sesuatu yang mengoyak teritori NKRI.

Jadi, percepatlah kedatangan sisa 17 jet tempur F16 blok 52 Id yang sudah lebih empat tahun tanda tangan kontraknya. Termasuk isian radar dan rudal 15 jet tempur Golden Eagle segera dimulai. Jangan sampai proyek bertele-tele lalu dibenturkan dengan anggaran atau prioritas lain. Mestinya 24 jet tempur F16 blok 52 Id itu sudah selesai pengirimannya akhir tahun lalu, kemudian diikuti dengan upgrade 10 jet tempur F16 blok 15 Ocu.

Jangan main-main soal Natuna, fokuslah kesana, tumpahkan perhatian kesana, bangun fasilitas militer yang modern, berkelas dan berkarakter Lebah. Jadikan Natuna sebagai sarang Lebah. Lebah tidak akan mengganggu tetapi kalau diganggu dia akan menyengat kesana kemari meski sarangnya dihancurkan. Dan kalau sampai Natuna dihancurkan maka perang terbuka telah dimulai. Apakah ada yang berani memulai perang terbuka ? (SMID Indonesia)

Selasa, 21 Juni 2016

Sejarah : Jenderal A. Yani: “Bagi Saya Hanya Ada Dua Alternatif …”


Sejarah - Kondisi ketidakstabilan politik dalam negeri mencapai klimaks. Pemberontakan PRRI/Permesta muncul ke permukaan yang dimobilisir oleh  sebagian besar tokoh militer di daerah. Pemberontakan itu dibantu oleh kekuatan-kekuatan imperialis dari luar negeri.
Saat terjadinya instabilitas yang cukup menyita perhatian itu, pemerintah pun segera mengerahkan seluruh potensi nasional yang ada. Semua kekuatan baik yang berasal dari tentara non-reguler (rakyat) maupun tentara reguler (angkatan bersenjata) semuanya dikerahkan untuk meredam pemberontakan itu.
Pada tanggal 11 April 1958 Letkol Achmad Yani pun ditunjuk sebagai ‘Komandan Operasi 17 Agustus’ untuk menumpas pertunjukkan kolosal PRRI/Permesta di Padang, Sumatera Barat. Sebagai seorang prajurit yang disiplin dirinya menerima tugas yang diberikan tersebut dengan penuh tanggung jawab.
Pada saat Prasiden Soekarno menanyakan langsung padanya, apakah ia sanggup dan Berani melakukan pendaratan di pantai Padang? Sontak dirinya pun menjawab dengan penuh ketegasan, “Bagi saya hanya ada dua alternatif: berkubur di dasar lautan atau mendrat di Padang.” Seperti yang dikutip dari buku otobiografi Letjen Purnawirawan (alm) Soehardiman yang berjudul ‘Kupersembahkan Kepada Pengadilan Sejarah’.
Demikian gambaran kebulatan tekad sang Jenderal (Achmad Yani) yang dikenal oleh Soehardiman sebagai sosok yang tak pernah kenal kata ‘pantang menyerah’.
Soehardiman pun menceritakan dalam bukunya tersebut, bahwa kecerdasan dan kepemimpinan Jenderal Achmad Yani sangat menonjol di militer. Kapabilitas yang dimilikinya itulah yang memberikan prioritas terhadap dirinya untuk mengikuti pendidikan kemiliteran di luar negari.
Pada tahun 1955, tokoh militer terkemukaini berangkat berangkat ke Amerika Serikat untuk menempuh pendidikan ‘Command and General Staff College Fort Leaven Worth’. Pendidikan yang diikutinya itu khusus mempelajari kerjasama antara Angkatan Darat dengan Angkatan Udara. Alhasil, dirinya lulus dengan nilai terbaik pada saat itu.
Kemudian perjalanannya mengenyam pendidikan militer di luar negeri pun berlanjut ke Inggris untuk melanjutkan pendidikan ‘ Warfare Course’. Sekembalinya ke Tanah Air terhitung per tanggal 1 September 1956, dirinya pun diangkat sebagai Ass. II KASAD. Berselang dua tahun kemudian, tepatnya tanggal 1 November 1958 pangkatnya dinaikan menjadi Kolonel.
Tak lama berselang pasca penaikan pangkatnya menjadi Kolonel, pada 17 Desember di tahun yang sama, dirinya menjabat sebagai Deputi I KASAD. (SMID Indonesia)

Indonesia Beli Kapal Selam Kelas Kilo dari Rusia


Jakarta - Pameran bergengsi Eurosatory memang selalu mendatangkan kejutan. Dalam wawancara media Sputnik dengan Direktur Rosoboronexport Anatoly Isaykin, terungkap bahwa perusahaan mampu mencapai rencana-rencana bisnisnya dan memenuhi target 2016 sebesar 13 miliar dolar AS, tanpa adanya keterlambatan pengantaran ke negara pemesan.
Yang mencengangkan, Anatoly Isaykin sedikit memberikan bocoran bahwa Rosoboronexport sudah mulai melakukan pekerjaan pra-kontrak untuk penjualan kapal selam diesel elektrik kelas Varshavyanka Class (Project 636) atau yang populer dikenal sebagai Improved Kilo Class.
Walaupun begitu, sebenarnya terdapat sedikit ambiguitas terkait berita ini, karena kemudian disebutkan bahwa pekerjaan pra-kontrak ini adalah didasarkan pada pernyataan resmi dari pejabat Kementerian Pertahanan, atau belum ada suatu dokumen resmi yang memang menyatakan bahwa Indonesia berniat akan membeli  kapal selam ini. Isu mengenai pembelian Project 636 memang sudah berhembus kencang sejak September 2007.
Project 636 merupakan modernisasi dari Project 877EKM Kilo dan menawarkan kecepatan dan durasi misi di laut lepas, berkat pemasangan dua plug sepanjang 600mm sebuahnya sehingga mesin yang bertenaga bisa dipasang. Kemampuan selamnya mencapai 300 meter dan meluncur dengan kecepatan 20 knot di kedalaman, serta mampu berpatroli sampai 10.000km.
Project 636 dikabarkan memiliki kesenyapan yang tinggi, bahkan terhitung terbaik untuk kelas diesel-elektrik. Kapal selam ini mampu dilengkapi enam tabung torpedo kaliber 533mm dan mampu membawa total 18 torpedo, atau 24 ranjau antikapal.
Indonesia saat ini memang tengah giat membangun kekuatan bawah permukaannya, mengingat KRI Cakra dan Nanggala sudah berusia tua. Secara hitungan ideal, minimal TNI AL memiliki 12 kapal selam. Tiga kapal selam kelas Chang Bo Go (CBG) yang merupakan versi lisensi dari U-209 Jerman sudah dibeli dari Korea Selatan dan satu sudah memasuki fase uji laik laut, dimana Indonesia meraih transfer teknologi yang berarti dengan kapal selam yang ketiga dibuat oleh PT PAL Surabaya.
Nah terkait transfer teknologi memang menjadi suatu hambatan bagi produk Rusia karena Indonesia cenderung beli ngeteng. Namun begitu, harus dicatat bahwa Rusia pun mau berinvestasi di Indonesia dalam bentuk proyek rel kereta api trans Kalimantan, belum lagi niatan perusahaan Rusia membangun proyek seperti smelterdan yang terbaru, reaktor nuklir yang dibuat Rosatom.
Apabila proyek-proyek ini dapat di-trade off dengan kewajiban transfer teknologi, bukan tidak mungkin keran alutsista Rusia akan mengucur deras. (SMID Indonesia)

Haijing 3303: Senjata Kelas Kapal Patroli, Performa Kelas Korvet


Jakarta - Dalam beberapa hari ini identitas China Coast Guard (CCG) menjadi trending topic di Tanah Air. Pasalnya beberapa kali armada kapal CCG (Penjaga Pantai Cina) dilaporkan terus membayang-bayangi aksi penegakan hukum yang dilakukan kapal perang TNI AL atas illegal fishing yang dilakukan kapal nelayan Cina. Tak satu dua kali pula, kapal CCG berani menghalangi upaya penangkapan yang dilakukan aparat Indonesia.
Dan merujuk ke peristiwa yang paling baru, yakni insiden pada 17 Juni lalu, kapal CCG yang diketahui dengan identitas Haijing 3303 berani mendekati korvet KRI Imam Bonjol 383 yang tengah melakukan upaya penarikan kapal ikan asing asal Cina, Han Tan Cou dengan nomer lambung 19038. Sebelumnya empat KRI, termasuk KRI Sutanto 377, KRI Teuku Umar 385, dan KRI Todak 631 telah melakukan pengejaran pada 12 kapal asing dari Cina yang terindikasi melakukan illegal fishing. Dari 12 kapal asing, satu kapal tertangkap, dan sisanya berhasil melarikan diri. Drama pengejaran kapal ikan ini berlangsung dramatis, karena beberapa kali dilakukan tembakan peringatan dari kapal perang TNI AL namun tak digubris.
Water canon pada Haijing 3303
Water canon pada Haijing 3303
Haijing 3303 nampak memotong arah KRI Imam Bonjol 383.
Haijing 3303 nampak memotong arah KRI Imam Bonjol 383.
Dalam foto yang dirilis Dinas Peneranan Komando Armada Barat (Koarmabar) hari ini (21/6/2016). Diperlihatan foto-foto dramatis atas insiden di Natuna pada 17 Juni lalu. Bahkan dalam foto nampak seolah kanon pada Haijing 3303 seperti diarahkan ke KRI Imam Bonjol 383, malah jika dilihat kapal penjaga pantai Cina tersebut bermanuver seperti memotong arah laju KRI Imam Bonjol 383. Dan berikut foto-foto eksklusif dari Dispen Koarmabar yang diperoleh dari sumber Merdeka.com.
Manuver KRI Todak 631 dengan latar Haijing 3303.
Manuver KRI Todak 631 dengan latar Haijing 3303. KRI Todak adalah jenis FPB-57 Nav V buatan PT PAL.
IMG-20160621-WA0010
IMG-20160621-WA0008
IMG-20160621-WA0015
Yang lantas menarik atas peristiwa 17 Juni adalah sosok kapal CCG Haijing 3303. Dari visual di foto, kapal tersebut punya dimensi lumayan besar, bahkan banyak yang memperkirakan dimensinya setara dengan frigat Van Speijk Class milik TNI AL. Anda penasaran siapa Haijing 3303?
Haijing 3303 masuk dalam kelas Zhaoyu WPS, meski resminya bukan kapal perang, tapi kapal ini dibangun dari platform korvet Type 056 Jiangdao Class. China Coast Guard punya armada yang cukup besar, situs Wikipedia.org menyebut setidaknya CCG saat ini punya 183 kapal patroli dalam berbagai jenis dan tonase. Di kelas Zhaoyu WPS, Haijing 3303 tidak sendiri, masih ada 11 kapal sejenis yang dimiliki CCG.
Kanon PJ17.
Kanon PJ17.
Dari spesifikasinya, Haijing 3303 punya berat kosong 3.450 ton. Panjang kapal ini 111 meter dengan lebar 15 meter. Kapal ini juga dilengkapi heli pad dan fasilitas hanggar. Sementara jumlah awaknya 50 orang. Untuk spesifikasi mesin, kecepatan, dan dukungan sensor yang melengkapi, hingga saat ini masih belum diketahui. Namun merujuk ke oplanchina.com, Haijing 3303 dilengkapi meriam air (water canon) dan kanon PSU (Penangkis Serangan Udara) jenis PJ17 naval gun kaliber 30 mm buatan Norinco. Kanon ini disematkan pada sisi haluan. Meski di daulat sebagai PSU, kanon ini dipercaya sangat handal untuk melibas sasaran di permukaan dengan jarak tembak efektif 2.000 meter.
Hai-Jing-3301.6
PJ17 30 mm adalah jenis kanon laras tunggal. Kanon ini masuk dalam segmen RCWS (Remote Control Weapon System) dan secara masif juga digunakan pada kapal perang AL Cina. Tidak diketahui data dan spesifikasi tentang PJ17, namun yang pasti selain digunakan Cina, kanon ini telah dioperasikan AL Pakistan, AL Bangladesh, dan AL Nigeria.
Faktanya dalam insiden 17 Juni lalu, TNI AL tak hanya mendapat gangguan dari Haijing3303, namun masih ada kapal lain yang diketahui sebagai Haijing 2501. Kapal ini yang berupaya membayangi KRI Imam Bonjol 383 saat sedang menyeret kapal nelayan Cina menuju Natuna. Lewat komunikasi radio, dari Haijing 2501 meminta agar TNI AL melepaskan kapal nelayan 19038. Gangguan dari Haijing 2501 berakhir setelah kapal CCG ini mendapat kepungan oleh beberapa KRI. (SMID Indonesia)

Senin, 20 Juni 2016

Akhirnya, Israel Bakal Terbangkan Pesawat Tempur F-35


Israel - Setelah sempat dianggap sebuah hoax, akhirnya pemerintah Israel menyatakan secara resmi bahwa pihaknya akan ikut mengoperasikan pesawat tempur F-35 Lightning II. Belum diketahui berapa unit pesawat tempur F-35 yang akan dioperasikan.
Bukan sekedar rumor, pihak Departemen Pertahanan Israel menyatakan, pihaknya akan menerima pesawat tempur F-35 pertamanya hari Rabu besok (22/6/2016). Penyerahan akan dilakukan di fasilitas produksi Lockheed Martin di Fort Worth, Texas, AS dan dihadiri langsung oleh Menteri Pertahanan Israel Avigdor Liberman dan pejabat tinggi Angkatan Udara Israel.
Dengan penyerahan pesawat tempur F-35 Lightning II ini Israel menjadi negara pertama di luar AS yang mengoperasikan pesawat generasi ke lima tersebut. Kehadiran F-35 ini juga akan mengubah peta pertahanan udara di kawasan tersebut.
Pengoperasian pesawat tempur F-35 oleh Israel ini diikuti rumor yang mengatakan bahwa pesawat tersebut memiliki spesifikasi yang berbeda dengan F-35 lainnya. Maj.Gen. Amir Eshel, Kepala Staf IAF menguatkan rumor ini. Ia mengatakan, Israel meminta adanya upgrade di sistem pengumpulan data intelijen.
“Saat saya berbicara tentang intelijen dan target, saya berbicara soal pengumpulan data-data tersebut dalam 24 jam penuh dan membuat prioritas secara otomatis. Juga soal pembangunan jaringan penerbangan yang besar, antara pesawat tempur, helikopter, hingga drone,” jelasnya seperti dikutip oleh Jerusalem Post. (SMID Indonesia)

Setelah Ditunda, Satelit BRIsat Akhirnya Mengangkasa


Jakarta - Setelah ditunda tiga kali, akhirnya satelit BRI, BRISat meluncur juga menuju orbit. Peluncuran yang dilakukan dari Kourou, French Guiana, Amerika Selatan, itu berlangsung 18 Juni pukul 18.40 waktu setempat atau19 Juni pukul 04.40 WIB. BRISat diluncurkan bersama dengan satelit Echostar XVIII milik Dish, perusahaan asal AS, oleh roket Ariane 5 milik Arianespace, Prancis.
Alhamdulillah BRIsat telah berhasi mengepakkan sayapnya mengangkasa menuju langit Papua pada orbit 150,5 BT. Semoga BRIsat akan memberikan kemaslahatan kepada Rakyat Indonesia, wa bil khusus untuk Bank BRI. Aamiin,” tulis Hari Siaga Amijarso, Sekretaris Perusahaan BRI di WhatsApp (WA) kepasa SMID Indonesia dari Kourou, dua jam setelah BRISat mengorbit.
Awalnya, satelit BRISat akan mengorbit pada 9 Juni waktu setempat, tapi diundur menjadi 16 Juni. Tak jadi pada 16 Juni, peluncuran akan dilakukan 17 Juni waktu setempat. Pada 18 Jun dini hari di Jakarta, acara “nonton bareng” peluncuran BRISat digelar di gedung BRI I.
Direksi dan karyawan, juga wartawan hadir, dipandu oleh pengarah acara Denny Project Pop dan Temon. Tiga TV swasta pun menayangkan langsung peluncuran BRISat itu. Namun cuaca yang tidak memungkinkan, terutama angin yang sangat kencang, menjadikan peluncuran hari itu ditunda satu hari.
Beberapa waktu sebelum peluncuran, cuaca tetap belum bersahabat. Namun peluncuran satelit BRISat yang rencananya pada rentang waktu pukul 17.30-18.40 waktu setempat akhirnya bisa dilaksanakan. Peluncuran dilakukan sampai hamper batas waktu itu dikarenakan ada sedikit hambatan teknis yang kemudian dapat diselesaikan. Kehati-hatian pihak Arianespace memang dimaklumi karena mereka tidak ingin reputasinya tercoreng jika peluncuran gagal. Perusahaan Prancis ini sudah berhasil meluncurkan 75 satelit dengan sukses.
Setelah satelit meluncur, pengendalian diambilalih oleh pembuat BRISat, yakni Space Systems Loral (SSL) dari AS. Satelit akan mencapai orbitnya di 150,5 Bujur Timur di atas Papuadalam 10 hari, kemudian akan beroperasi secara komersial 50-60 hari setelah diluncurkan. BRISat pun menjadi satelit yang pertama dan satu-satunya di dunia yang dimiliki perusahaan perbankan.
Bank BRI memang memiliki jaringan yang sangat luas: memliki 10.350 kantor unit kerja dan sekitar 19.000 ATM diseluruh Indonesia dengan lebih dari 50 juta nasabah. Dengan adanya satelit, pelayanan melalui internet akan lebih ditingkatkan, bahkan menjangkau (daerah) yang tak terjangkau. (SMID Indonesia)

Laut Cina Selatan Memanas (Lagi), Satuan Korvet Parchim TNI AL Dibayangi Kapal Penjaga Pantai Cina


Jakarta - Kapal nelayan asing asal Cina kian nekat merangsek masuk ke ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) Indonesia. Setelah insiden pada 19 Maret dan 27 Mei lalu, kabar terbaru dari wilayah Perairan Natuna kembali memanas, tepatnya pada 17 Juni lalu satuan kapal perang dari Koarmabar (Komando Armada Barat) kembali melakukan penindakan pada kapal nelayan Cina yang melakukan illegal fishing. Dan seperti dua peristiwa sebelumnya, kapal penjaga pantai Cina (China Coast Guard) ikut membayangi aksi tegas kapal perang TNI AL.
Meski Indonesia tak langsung ikut dalam konflik di Laut Cina Selatan, dibuktikan dengan pengakuan Pemerintah Cina atas kedaulatan laut NKRI di Natuna, namun wilayah ZEE Indonesia di Perairan Natuna masuk dalam ‘Traditional Fishing Zone” Cina, dan inilah yang menjadi sengkarut masalah antara Indonesia dan Cina. Pasalnya Traditional Fishing Zone adalah pernyataan sepihak dari Cina, dan istilah tersebut tidak ada dalam hukum laut internasional.
4530811792_49675309cf_b
Merujuk ke peristiwa 17 Juni lalu, penegakan hukum yang dilakukan armada kapal perang TNI AL harus diacungi jempol. Berikut kronologis peristiwanya:
  1. Jumat 17 Juni Satuan Tugas Laut TNI AL memergoki 10 sampai 12 KIA (Kapal Ikan Asing) Cina pada posisi 06 38 37 U/109 20 36 T. Kecepatan KIA 1 – 2 knots dan didiga sedang menarik jaring.
  2. Mengetahui kedatangan kapal perang Indonesia (KRI). Kumpulan KIA berpencar melarikan diri dengan menambah kecepatan. Selanjutnya 4 KRI melakukan pengejaran secara terpisah.
  3. Seluruh KRI memerintahkan KIA untuk stop mesin via sambungan radio dan pengeras suara. Namun diabaikan dan justru KIA menambambah kecepatan. Setelah beberapa jam pengejaran, dilakukan tembakan peringatan ke udara dengan senjata laras panjang. Masih juga diabaikan, ditembak ke arah laut di haluan KIA. Namun tetap lari, ditembak ke haluan kapal. Disini justru KIA bermanuver membahayakan KRI dengan hampir menabrak KRI. Tembakan diarahkan ke anjungan hanya untuk menakuti nahkoda. Namun KIA tetap lari tambah kecepatan. Diduga kemudi dikunci dan ABK (anak buah kapal) bersembunyi di dek bawah.
  4. Beberapa KIA berhasil lari keluar dari ZEE. .Namun 1 KIA dengan nomer lambung 19038 berputar terus dengan kemudi terkunci. Saat itu KRI IBL (Imam Bonjol) menurunkan tim VBSS (Visit, board, search, and seizure) dengan di backup tim VBSS KRI TDK (Todak). Tim VBSS berhasil naik dan kuasai anjungan serta matikan mesin. Ditemui kemudi dan komunikasi sudah dirusak. Terdapatt7 ABK (6 laki2 dan 1 perempuan).
  5. Kapal CCG (China Coast Guard) 3303 mendekat dengan kecepatan 20 knots meminta KRI Melepas KIA tersebut. Kemudian KRI IBL menarik KIA. KRI lainnya menyekat kehadiran CCG 3303, dan terjadi perdebatan di radio antara KRI dengan CCG. Akhirnya CCG 3303 meninggalkan tempat ke arah Timur Laut. Seluruh unsur KRI dan KIA tangkapan menuju Sebang mawang Natuna.
  6. Dalam proses perjalanan ke Natuna, datang sebuah kapal CCG 2501 dan kembali mengganggu perjalanan namun dihalangi oleh KRI-KRI yang mengawal. Akhirnya CCG 2501 meninggalkan tempat setelah perdebatan dan dikepung oleh beberapa KRI. Selanjutnya seluruh unsure KRI dan KIA 19038 menuju Sebang mawang, kecuali KRI BPP (Balikpapan) tetap bersiaga di Pulau Sekatung.
Mengutip berita dari Reuters.com (19/6/2016), Kementerian Luar Negeri Cina melaporkan terdapat satu orang nelayan yang terluka akibat tembakan peringatan tersebut. Atas kejadian tersebut, Beijing melayangkan protes resmi kepada pemerintah RI terkait insiden tersebut. Sementara nelayan yang terluka disebutkan berhasil di evakuasi ke salah satu pulau di Propinsi Hainan.
Roket anti kapal selam RBU-6000 dan kanon AK-230 di KRI Sutanto 377.
Peluncur roket anti kapal selam RBU-6000 di KRI Sutanto 377.
Sebelumnya, seperti dikutitp dari Janes.com (17/6/2016), Koarmabar TNI AL memang tengah menggelar latihan rutin pengamanan di Laut Natuna dan Laut Cina Selatan. Dalam latihan yang digelar selama 12 hari, yakni dari 9 – 20 Juni 2016, TNI AL mengerahkan KRI Sultan Thaha Syaifuddin 376, KRI Sutanto 377, KRI Imam Bonjol 383, dan KRI Teuku Umar 385, keempatnya adalah jenis korvet Parchim Class buatan Jerman Timur. Selain itu satuan tempur laut ini juga diperkuat satu unit KCR (Kapal Cepat Rudal) KRI Todak 631. Dan menunjang operasi di lautan lepas, turut bergabung kapal tanker KRI Balikpapan 901. Tidak ketinggalan sebagai unsur intai dari udara disertakan pula satu unit CN-235 220 MPA (Maritim Patrol Aircraft) dari Puspenerbal.
Dari keseluruhan gugus tempur yang dilibatkan, sayangnya hanya KRI Todak 631 yang dilengkapi rudal anti kapal. Jenis FPB Nav V ini memang dilengkapi dua peluncur rudal anti kapal buatan Cina, C-802. Sementara untuk unsur korvet Parchim, KRI Sultan Thaha Syaifuddin 376 menjadi yangb tercanggih dengan mengadopsi kanon CIWS (Close In Weapon System) Type 730 buatan Norinco, Cina.
Peristiwa 19 Maret 2016
Insiden kapal patroli Penjaga Pantai Cina yang menerobos wilayah Perairan Natuna pada 19 Maret menjadi pertanda bahwa Indonesia dapat terseret ke pusaran konflik Laut Cina Selatan. Saat itu kapal Penjaga Pantai Cina nekad merangsek masuk teritori RI untuk mencegah upaya penangkapan KM Kway Fey yang melakukan illegal fishing oleh pihak Satgas KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) dan TNI AL. Dan sangat diyakini bila meletus peperangan di kawasan yang disengketakan enam negara tersebut, maka Indonesia akan terimbas langsung.
Peristiwa 27 Mei 2016
Frigat KRI Oswald Siahaan 354 melakukan aksi penangkapan illegal fishing kapal nelayan Cina di Laut Natuna. Sebuah aksi yang dramatis, melalui proses pengejaran dan tembakan peringatan, serta dibayangi kapal penjaga pantai Cina. Sebagai informasi, KRI Oswald Siahaan (OWA) 354 adalah satu-satunya kapal perang TNI AL pengusung rudal anti kapal Yakhont. (SMID Indonesia)