Minggu, 12 Juni 2016

Marinir Amerika di Darwin Semakin Besar, Jarak ke Indonesia pun Memendek


Jakarta - Amerika Serikat masih berencana mengirim 2.500 Marinir ke Australia setiap tahunnya. Namun rotasi besar-besaran itu sepertinya tidak akan terjadi setidaknya hingga 2020.
Amerika dan Australia masih bekerja keras soal detail mengirim pasukan Marinir lengkap (MAGTF) ke dalam satuan tugas Down Under sekitar lima tahun setelah Presiden Obama mengumumkan rencana untuk mengirim 2.500 Marinir ke Australia dimulai tahun ini.
Satgas yang dikenal sebagai Marine Rotational Force-Darwin, menghabiskan sekitar enam bulan setiap penempatannya di Wilayah bagian Utara Australia. Marinir mulai dikirim ke Australia segera setelah Obama mengumumkan Poros Pasifik, sebuah kebijakan yang bersifat reorientasi setelah berakhirnya perang di Irak dan Afghanistan untuk menangkal kebangkitan China, seperti ditulis Jeff Schogol didefensenews.

Marinir Amerika di Djibouti. Sumber gambar:  US Marines.
Marinir Amerika di Djibouti. Sumber gambar: US Marines.

Pejabat pertahanan Australia membantah mengatakan jadwal pemunduran ini, namun memastikan bahwa mereka bekerjasama dengan Amerika untuk mengirim kekuatan penuh MAGTF ke Darwin pada 2020.
Saat ini sekitar 1.250 Marinir Amerikan berada di Australia. Rotasi ini memelar ke tingkat batalion pendarat sejak pasukan pertama setingkat kompi dikirim, yaitu sekitar 200 Marinir pada April 2012.
Sejak itu ada sekitar enam kali negosiasi antara kedua negara tentang seberapa besar kedua negara berbagi anggaran dan fasilitas yang digunakan. Sementara penempatan Marinir ini oleh sejumlah pengamat disebut tidaklah tepat dalam kontek keseimbangan strategis di Pasifik barat terkait peningkatan aktivitas militer China.
Amerika dan Australia telah berinvestasi jutaan dolar untuk meningkatkan kekuatan Marinir di Australia, meski kedua pihak mengadapi persoalan terkait anggaran sehingga melahirkan sejumlah gesekan.
Dengan rotasi Marinir ke Jepang, Australia dan juga Guam, Marinir Amerika harus mengalokasikan miliaran dolar untuk membiayai pergerakan pasukannya. Australian sendiri menghabiskan 11 juta dolar untuk meningkatkan pangkalan angkatan Darat dan Angkatan Udara guna mengakomodasi Marinir Amerika di Wilayah bagian Utara. Kedua belah pihak dihimbau untuk mencari solusi, menghindari gesekan dan lebih melihat kepentingan lebih besar di masa depan.
Penempatan Marinir Amerika di Australia hanyalah satu keping dari rencana Marinir untuk memangkalkan kurang lebih 15 persen dari kekuatannya di Hawaii dan di luar kawasan itu dalam tahun-tahun mendatang.
Penempatan Marinir Amerika di Australia pun tidak terlepas dari rencana besar pengembangan Angkatan Laut Australia sebagai kekuatan maritim yang memiliki kemampuan proyeksi di kawasan Asia Tenggara. Kondisi sekarang dipandang sebagai modernisasi besar-besaran Angkatan Laut Australia sejak Perang Dunia II.

Amerikan akan menambah jumlah Marinir di Australia. Sumber gambar: US Marines.
Amerikan akan menambah jumlah Marinir di Australia. Sumber gambar: US Marines.

Di antara strategi maritim agresif Angkatan Laut Australia adalah membangun dua kapal pendarat helikopter Canberra-class. Rencana ini juga termasuk investasi 90 miliar dolar pembuatan kapal pada dekade mendatang.
Saat ini, 1.250 Marinir Amerika akan melatih tentara Australia pada Oktober menddatang. Kebanyakan dari Marinir ini menetap di Barak Robertson milik Angkatan Darat dan sebagian di dekat pangkalan udara Darwin. Umumnya pasukan yang dirotasi tahun ini berasal dari Battalion ke-1, Marinir ke-1 di Camp Pendleton, California.
Rencana awal Obama menempatkan Marinir Amerika di Australia pada tahun 2012, pernah mendapat sorotan tajam dari sejumlah pengamat di Indonesia dan Pemerintah Indonesia saat itu. Namun sejalan waktu dan kesibukan pemerintah serta para politisi Indonesia, perhatian terhadap rencana yang terus dimatangkan Amerika dan Australia ini pun tidak pernah lagi ditanggapi. Marinir Amerika semakin dekat dengan wilayah Indonesia, sehingga semakin memudahkan bagi Amerika untuk menggerakan pasukan paling agresif ini ke wilayah Indonesia jika diperlukan.
Pemahaman tentang masalah pertahanan memang belum final di Indonesia baik di tingkat eksekutif, legislatif, maupun masyarakat Indonesia sendiri. Rencana Presiden Joko Widodo untuk menjadikan Indonesia sebagai kekuatan maritim dunia, pun terlihat terhuyung-huyung. Padahal fakta menunjukkan, bahwa tidak ada negara besar dan disegani dalam arti politik dan ekonomi tanpa memiliki angkatan perang yang kuat dan modern. (SMID Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar