Jakarta - Peristiwanya sudah berlangsung hampir sebulan lalu, tepatnya 19 Mei 2016, atau sehari pasca rollout Gripen NG (Next Generation) di fasilitas Saab Aeronautics di kota Linköping, Swedia, SMID Indonesia, bersama jurnalis dari Thailand, Brasil, dan Jepang berkesempatan mengunjungi fasilitas hanggar test flight Gripen NG. Di hanggar yang mendapat penjagaan ketat, namun jauh dari kesan kaku ini, Saab memperlihatkan sosok Gripen 39-7, sebuah jet yang dibangun khusus sebagai pondasi pengembangan Gripen NG, atau yang setelah di rollout resmi disebut sebagai Gripen E.
Di hanggar yang cat luarnya berwarna biru, Saab menempatkan dua unit jet Gripen, yakni Gripen C milik AU Swedia. Kebetulan Gripen C dengan nomer ekor 261, pada sehari sebelumnya dipamerkan secara statis di hanggar rollout Gripen NG. Dan satunya lagi, tak lain adalah Gripen 39-7. Karena berupa jet uji coba (Gripen NG Demo), tidak ada identitas AU Swedia di pesawat yang di sirip ekor tegaknya tergambar elang berikut cakarnya.
Bagi sebagian orang, Gripen 39-7 adalah konsep gado-gado, alias hybrid antara desain Gripen D (tandem seat) dengan Gripen E/F. Merujuk ke sejarahnya, kampanye Gripen NG dimulai saat pesawat demo ini diluncurkan pada 23 April 2008, dan dilanjutkan dengan penerbangan perdana pada 27 Mei di tahun yang sama. Rancang bangun Gripen 39-7 berasal dari Gripen D, yaitu dengan melakukan banyak perombakan fisik yang lumayan radikal, diantaranya perubahan pada desain main landing gear, adopsi mesin General Electric F414G yang lebih kuat dari mesin Volvo RM12, plus pada bagian depan kokpit terdapat perangkat IRST (Infrared Search and Track). Sebelumnya di Gripen C/D tidak terdapat IRST.
Pada Oktober 2009, lewat proyek “Dash Seven,” Gripen 39-7 mulai dipasangkan beberapa perangkat avionik dan tactical system generasi terbaru, seperti radar AESA (Active Electronically Scanned Array), radar Selex ES-05 Raven, missile approach warning system (MAWS), IRST Skyward-G, yang dipasok oleh Selex Galileo. Selama melihat Gripen 39-7, kami mendapat penjelasan langsung dari Hans Einerth, selaku Chief Test Pilot Gripen. “Hingga saat ini, Gripen 39-7 masih terus digunakan dalam pengujian sistem elektronik untuk kebutuhan Gripen NG,” ujar Hans.
Sekilas memang terasa sulit membedakan Gripen 39-7 dengan Gripen C yang ada dalam satu hanggar, apalagi Gripen 39-7 masih menggunakan pendarat depan (nose landing gear) model Gripen C/D dengan dua roda (double wheels). Pasalnya di Gripen E terungkap Saab mengadopsi pendarat depan dengan single wheel, seperti halnya F-16 Fighting Falcon. Secara kasat mata, kami hanya bisa membedakan dari kelengkapan sensor IRST di depan kokpit Gripen 39-7.
Kapasitas Bahan Bakar Meningkat
Hans Einerth menjelaskan seputar perubahan desain pada main landing gear. Seperti terlihat pada foto, terdapat perbedaan yang mencolok pada rancangan di bagian ini. Perubahan main landing gear membawa imbas pada meningkatnya kapasitas bahan bakar pesawat, atau ada kenaikan 2,4 sampai 3,4 ton bahan bakar, artinya kemampuan jelajah dan endurance pesawat ikut meningkat.
Dibangun dari versi tandem seat, maka Gripen 39-7 tak dilengkapi kanon internal. Namun perlu diketahui, Gripen tandem seat dimensinya lebih panjang 70 cm dibanding Gripen C (single seat). Penambahan panjang ini untuk mengkompensasi adanya kursi kedua dan perlengkapan pada dashboard.
Beranjak ke bagian ekor, Hans menjelaskan bahwa Gripen memang tak seperti halnya F-16, jet single engine ini tak dilengkapi dengan fasilitas drag chute (rem parasut). “Komponen drag chute kami anggap cukup memberatkan, sebagai gantinya kami dapat memanfaatkan peran canard untuk melakukan pengereman pada simulasi pendaratan di landasan yang pendek,” kata Hans. Masih di bagian ekor, tepatnya dekat dengan air brake, terdapat APU.
APU (auxiliary power unit) menjadi fasiltas yang sangat diandalkan oleh Gripen. Dengan APU memungkinkan jet tempur ini dapat beroperasi mandiri saat di ground, atau dapat mengurangi ketergantungan pada elemen ground system. Dalam situasi darurat, jet tempur dapat diaktifkan (power on) tanpa dukungan APU eksternal.
Dalam kesempatan lain, Håkan Buskhe, President and CEO Saab AB pernah memberi penjelasan, “Untuk memastikan sisi keamanan, Gripen NG telah melewati uji terbang selama 120.000 jam lebih. Test flight telah dilakukan di Swedia, Inggris, Hungaria, dan Afrika Selatan. Sebagai versi peningkatan dari Gripen C, Gripen NG dirancang untuk dapat membawa lebih banyak senjata, lebih banyak bahan bakar, dan tentunya mesin dengan teknologi baru,” ujar Buskhe yang telah menjajal menerbangkan Gripen NG. Dari platform Gripen 39-7 ini, setidaknya telah dilakukan lebih dari 79 kali pola serangan mendadak.
Sayangnya karena jadwal perjalanan kami yang lumayan padat, kunjungan ke hanggar Gripen harus diakhiri setelah 45 menit asyik bertanya-tanya seru kepada Hans Einerth. (SMID Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar