Selasa, 21 Juni 2016

Sejarah : Jenderal A. Yani: “Bagi Saya Hanya Ada Dua Alternatif …”


Sejarah - Kondisi ketidakstabilan politik dalam negeri mencapai klimaks. Pemberontakan PRRI/Permesta muncul ke permukaan yang dimobilisir oleh  sebagian besar tokoh militer di daerah. Pemberontakan itu dibantu oleh kekuatan-kekuatan imperialis dari luar negeri.
Saat terjadinya instabilitas yang cukup menyita perhatian itu, pemerintah pun segera mengerahkan seluruh potensi nasional yang ada. Semua kekuatan baik yang berasal dari tentara non-reguler (rakyat) maupun tentara reguler (angkatan bersenjata) semuanya dikerahkan untuk meredam pemberontakan itu.
Pada tanggal 11 April 1958 Letkol Achmad Yani pun ditunjuk sebagai ‘Komandan Operasi 17 Agustus’ untuk menumpas pertunjukkan kolosal PRRI/Permesta di Padang, Sumatera Barat. Sebagai seorang prajurit yang disiplin dirinya menerima tugas yang diberikan tersebut dengan penuh tanggung jawab.
Pada saat Prasiden Soekarno menanyakan langsung padanya, apakah ia sanggup dan Berani melakukan pendaratan di pantai Padang? Sontak dirinya pun menjawab dengan penuh ketegasan, “Bagi saya hanya ada dua alternatif: berkubur di dasar lautan atau mendrat di Padang.” Seperti yang dikutip dari buku otobiografi Letjen Purnawirawan (alm) Soehardiman yang berjudul ‘Kupersembahkan Kepada Pengadilan Sejarah’.
Demikian gambaran kebulatan tekad sang Jenderal (Achmad Yani) yang dikenal oleh Soehardiman sebagai sosok yang tak pernah kenal kata ‘pantang menyerah’.
Soehardiman pun menceritakan dalam bukunya tersebut, bahwa kecerdasan dan kepemimpinan Jenderal Achmad Yani sangat menonjol di militer. Kapabilitas yang dimilikinya itulah yang memberikan prioritas terhadap dirinya untuk mengikuti pendidikan kemiliteran di luar negari.
Pada tahun 1955, tokoh militer terkemukaini berangkat berangkat ke Amerika Serikat untuk menempuh pendidikan ‘Command and General Staff College Fort Leaven Worth’. Pendidikan yang diikutinya itu khusus mempelajari kerjasama antara Angkatan Darat dengan Angkatan Udara. Alhasil, dirinya lulus dengan nilai terbaik pada saat itu.
Kemudian perjalanannya mengenyam pendidikan militer di luar negeri pun berlanjut ke Inggris untuk melanjutkan pendidikan ‘ Warfare Course’. Sekembalinya ke Tanah Air terhitung per tanggal 1 September 1956, dirinya pun diangkat sebagai Ass. II KASAD. Berselang dua tahun kemudian, tepatnya tanggal 1 November 1958 pangkatnya dinaikan menjadi Kolonel.
Tak lama berselang pasca penaikan pangkatnya menjadi Kolonel, pada 17 Desember di tahun yang sama, dirinya menjabat sebagai Deputi I KASAD. (SMID Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar