Australia - Pembentukan SASR tidak bisa lebih pas lagi, karena politik Konfrontasi yang dilancarkan Presiden Soekarno melalui Dwikora telah menyeret Asia Tenggara dalam perang rahasia. Inggris, yang tidak bisa menyatakan perang terbuka terhadap Indonesia, melancarkan operasi khusus bersandi Claret untuk melawan agitasi dan propaganda yang dilancarkan oleh Orde Lama.
Operasi Claret didesain sangat rahasia. Setiap patroli yang dikirim harus berdasarkan otorisasi langsung dari Mayjen Walter Walker, panglima British Forces Borneo. Seperti ditulis Aryo Nugroho di edisi Commando Series “The inside Story of Special Air Service Regiment SASR Pasukan Khusus yang Pernah Terlupakan” dan diterbitkan Majalah Commando ini, perintahnya sederhana: operasi harus dijalankan prajurit berkualifikasi komando, tidak boleh menjadi tawanan atau tertangkap, dan bila ada yang gugur tidak boleh ditinggalkan begitu saja.
Atas permintaan Inggris yang akhirnya tidak bisa ditolak lagi, Australia mengirimkan 1st Squadron, SASR sebagai unit SASR pertama yang resmi ditugaskan dalam misi tempur. Awalnya OC dari 22nd SAS yang mengunjungi Australia pada Juli 1963 menceritakan bahwa 22nd SAS sudah menghadapi kendala keterbatasan orang untuk menjalankan operasi klandestin menghadapi konfrontasi.
Oleh karenanya, SASR ‘diundang’ untuk melakukan misi pengintaian. Pemerintah Australia yang memandang bahwa kebijakan konfrontasi Presiden Soekarno kini semakin nyata dengan beberapa kali penerjunan pasukan di semenanjung Malaya, merasa bahwa kepentingan mereka di PNG akan terancam. Jika Indonesia berani menyusup ke Malaya, tak ada alasan bahwa aksi serupa dapat dilakukan ke Papua Nugini, apalagi saat itu Papua akhirnya jatuh ke tangan Indonesia.
Uniknya, para troop dari 1st Squadron tiba di Kalimantan tepat di masa-masa transisi. Mereka datang dengan mengenakan baret merah. Radio di Jakarta memberitakan bahwa Inggris mengirim Parachute Regiment berdasar laporan mata-mata Indonesia yang ada di Malaysia. Tidak mereka tahu, pria-pria Australia tersebut kemudian mengenakan baret SASR setelah diberitahu bahwa penggantian secara resmi telah diputuskan.
Pertemuan TNI dengan SASR kembali terjadi menjelang lepasnya Timor Timur dari Indonesia tahun 1999. Sebelum berangkat ke Dili, Komandan SAS (saat itu) Letkol Tim McOwan memerintahkan perwiranya kursus singkat bahasa Tetun. Tidak ada yang menduga situasi di Timtim segenting itu, sehingga SASR yang selalu standby tidak memperkirakan akan dibutuhkan.
Seperti saudara tuanya SAS Inggris, SASR yang dibentuk 4 September 1964 adalah pasukan khusus terbaik Australia sejak masa embrio hingga kenyang pengalaman perang. Di antaranya di Malaya, Vietnam, dan Timor Timur. SASR tampil sebagai kumpulan individu pemberani sekaligus organisasi yang memiliki perencanaan operasi sungguh matang. Episode Afghanistan dan Irak pun membawa SASR ke panggung dunia dengan catatan prestasi membanggakan, walau awalnya hanya diberi area operasi yang kurang menguntungkan.
Hubungan erat Indonesia dan Australia pasca lepasnya Timtim terbukti dengan kedekatan SASR dan Kopassus. Diawal medio 1990-an, kerjasama SASR dan Kopassus dilaksanakan secara rutin secara bergantian dalam bentuk latihan gabungan Dawn Kookaburra yang dilaksanakan di Australia dan Dawn Komodo apabila dilaksanakan di Indonesia. (SMID Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar