Beijing - China dan Rusia akan mengadakan pelatihan gabungan pertama anti-peluru kendali dengan bantuan komputer. Latihan ini digelar setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan membahas penemaptan sistem pertahanan anti-peluru kendali untuk menangkal ancaman Korea Utara.
Menteri luar negeri China dan Rusia pada pekan lalu mendesak Washington dan Seoul menghentikan rencana penempatan sistem pertahanan rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) menyusul uji nuklir keempat Korea Utara pada 6 Januari dan sejumlah uji luncur peluru kendali mereka.
Surat kabar resmi China berbahasa Inggris China Daily Kamis 5 Mei 2016 mengutip kementerian pertahanan China melaporkan pelatihan gabungan China dan Rusia itu akan diadakan pada bulan ini di sebuah pusat penelitian militer Rusia. Surat kabar itu memberikan sedikit rincian, namun mengutip sejumlah pakar yang mengatakan bahwa latihan itu akan membantu kemiliteran kedua negara untuk mengenal struktur komando dan proses pemindahan data mereka.
Gedung Putih juga mengatakan bahwa mereka masih berdiskusi dengan sekutu dekatnya, Korea Selatan terkait penempatan sistem THAAD dan bahwa itu tidak akan mengancam negara lain jika benar akan dipasang.
Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan bahwa sistem itu mengancam keseimbangan semenanjung Korea dan merusak keamanan strategis China dan Rusia.
Usaha Korea Utara untuk mengembangkan kemampuan persenjataan nuklir telah membuat marah China, yang merupakan satu-satunya pendukung ekonomi dan diplomatis terbesar Pyongyang. Namun Beijing mengkhawatirkan bahwa THAAD beserta perlengkapan radarnya memiliki kemampuan jangkauan hingga ke wilayah China.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar