Senin, 16 Mei 2016

TNI AU Targetkan Pesawat SAAB GlobalEye AEW&C


Jakarta – “Samudera, laut, selat dan teluk adalah masa depan peradaban kita. Kami telah terlalu lama mengabaikannya. Kami harus bekerja sekeras mungkin untuk mengembalikan Indonesia sebagai negara maritim. Sudah saatnya bagi Indonesia untuk mengambil kembali semuanya,” ujar Joko Widodo dalam pidato pelantikannya sebagai Presiden RI, Senin 20 Oktober, 2014 di Gedung DPR, Jakarta.
Sejumlah proposal telah dibahas dan beberapa telah dilaksanakan. Badan Keamanan Maritim Indonesia, misalnya, telah mengerahkan kapal untuk memburu kapal pencuri ikan. Juga Angkatan Laut telah membeli pesawat patroli maritim dan memerintahkan kapal perang untuk tujuan yang sama. Tapi hasilnya masih jauh dari selesai. Masalah terlalu sistemik, Pemerintah dinilai perlu solusi yang lebih komprehensif.
Disaat solusi yang efektif dan efisien masih dipertimbangkan, Angkatan Udara baru-baru ini mencoba melangkah lebih konkrit untuk kendaraan yang menjadi ruang lingkup domain mereka. Proposal ini diperlukan mengingat masalah maritim dan kelautan tidak dapat diselesaikan dari peralatan laut saja. Tapi itu hanya dapat diatasi dengan menggabungkan semua elemen dari kedua pihak demi hasil yang maksimal.
GlobalEye AEW&C Saab
GlobalEye AEW&C Saab
Menyadari hal ini, seperti pernah diusulkan oleh KSAU Marsekal Agus Supriatna, niat untuk memodernisasi pesawat pengintai strategis dalam rangka memfasilitasi dan memperluas cakupan pengamatan dan pengawasan. Mengingat Boeing 737-200 aset Surveillance tidak up-to-date untuk potensi ancaman pada hari ini, Angkatan Udara kini melirik pesawat pengganti jenis yang dianggap sesuai untuk masalah saat ini.
Sumber Angkasa mengungkapkan bahwa pesawat itu adalah GlobalEye. Dengan radar canggih dan sistem GlobalEye sangat berkualitas, pesawat ini mampu memantau kegiatan wilayah udara, darat dan pengawasan laut.
Ini berarti bahwa selain dapat digunakan untuk mencegah penangkapan ikan ilegal setiap tahun yang menyebabkan kerugian hingga Rp 300 triliun, pesawat multirole ini juga bisa meringankan tugas mengawasi pesawat tempur di wilayah udara Republik Indonesia. Sebuah pilihan yang layak untuk dipertimbangkan.
Sumber : Majalah Angkasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar