Sabtu, 30 April 2016

NASAMS: Sistem Hanud Jarak Medium Impian Arhanud Indonesia



JAKARTA - Dibanding negara lain di Asia Tenggara, boleh dibilang militer Indonesia menjadi yang paling ‘kaya’ dalam keragaman rudal hanud (pertahanan udara). Sebut saja yang saat ini aktif ada RBS-70SA-7 StrelaGromMistralQW-3Chiron, dan Starstreak. Meski masing-masing punya sisi kehandalan tersendiri, namun kesemuanya masuk dalam kategori MANPADS (Man Portable Air Defence Sytem) VSHORAD (Very Short Air Defence). Soal keunggulann mobilitas dan perawatan, tentu tak usah diragukan.
Tapi yang jadi soal, jarak tembak yang amat terbatas tentu tidak sesuai dengan kebutuhan hanud titik secara komprehensif. Taburan MANPADS yang tersebar digunakan oleh TNI AD, TNI AL, dan TNI AU, hanya sanggup meladeni sasaran yang terbang rendah, pada ketinggian maksimum 4.000 meter. Kemampuan menguber sasaran pun paling banter dipatok sejauh 8.000 meter. Dalam doktrin Kohanudnas, untuk merespon sasaran yang terbang lebih tinggi, dikedepankan peran hanud terminal, yakni jet interceptor.
p1363156tknasams6336
Tidak ada yang keliru dari stategi hanud diatas, tapi jelas sudah sangat ketinggalan jaman, mengingat konsep diatas tidak disiapkan untuk merespon meluncurnya rudal jelajah yang dilepaskan dari kejauhan, plus jumlah pesawat tempur TNI AU yang terbatas, dipastikan coverage suatu hotspot belum tentu bisa optimal saat dibutuhkan.
MERAD
Meski sampai saat detik ini, Arhanud TNI masih berkutat di zona SHORAD, untungnya itikad untuk melakukan pembebahan pada sistem alutsista hanud mulai mendapat titik terang. Seperti dikutip dari pernyataan Komandan Korpaskhas Marsekal Muda TNI Adrian Watimena di majalah Commando edisi No2 Tahun 2016, disebutkan bahwa saat ini sedang dalam proses pengadaan sista hanud MERAD (Medium Air Defence). “MERAD ini jaraknya antara 50 – 100 km dan masuk dalam program MEF (Minimum Essential Force) II periode 2015 – 2019.”
NASAMSII_Battery_tit02.jpgeaf679b6-d01d-4bbf-8f45-320dc8a1bbf8LargerNasams2
Dalam segmen MERAD, beberapa kandidat telah dilirik dan dikunjungi oleh tim terkait. Sebut saja ada nama NASAMS (National Advanced Surface to Air Missile System) dari Norwegia, LY-80, Flying King, dan Sky Dragon 50. Ketiga yang disebut terakhir berasal dari Cina. Belum jelas siapa diantara keempat kandidat yang nantinya akan dipilih Kemhan (Kementerian Pertahanan) RI. Namun melihat potensi konflik di Laut Cina Selatan, alangkah bijak bila TNI dan Kemhan tak memilih produk dari Cina. Selain juga sudah terlalu banyak alutsista TNI yang berasal dari Negeri Tirai Bambu.
NASAMS
Bila diasumsikan yang dipilih adalah NASAMS, maka ini pertama kali bagi Norwegia memasok sistem rudal untuk TNI. NASAMS dibuat oleh Kongsberg, dan Kongsberg selama ini telah akrab di lingkungan TNI AL, yakni sebagai pemasok Combat Management System (CMS) MSI-90U MK2 untuk kapal selam Nagabanda Class (aka – Changbogo Class) dan Hugin 1000 AUV (Autonomous Underwater Vehicle) yang ada di KRI Rigel 933 dan KRI Spica 934. Jadi untuk urusan lobi penjualan bukan memulai dari nol lagi.
NASAMS_II_Kokonaisturvallisuus_2015_02
Lebih tepatnya sistem NASAMS digadang oleh Kongsberg Defence & Aerospace dan Raytheon. Karena ada nama Raytheon, maka basis pemasaran rudal ini mampu menembus paar Amerika Serikat. Bahkan NASAMS dipercaya sebagai rudal hanud yang melindungi obyek vital di Washington DC, termasuk Gedung Putih. Dengan label Raytheon, bisa ditebak basis pengembangan rudal mengacu pada basis rudal eksisting. Dan kemudian bisa disebut NASAMS adalah versi SAM (Surface to Air Missile) AIM-120 AMRAAM (Advanced Medium Range Air-to-Air Missile), rudal udara ke udara jarak sedang yang sangat kondang nan letal di kalangan NATO.
Kolaborasi Kongsberg dan Raytheon disepakati dalam kontrak kerjasama selama 10 tahun, dimulai sejak 2015 sampai 2025. Sistem hanud NASAMS secara keseluruhan dapat memantau, mengidentifikasi, dan mengeliminasi sasaran berupa pesawat tempur, helikopter, rudal jelajah, dan drone (UAV).
Sistem ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi, terlibat dan menghancurkan pesawat, helikopter, rudal jelajah dan kendaraan udara tak berawak (UAV). Sejak generasi pertama diperkenalkan pada tahun 1998, kini Kongsberg telah merilis NASAMS II. Varian terbaru ini sudah menggunakan jenis radar baru, dan 12 peluncur rudal untuk merespon sasaran yang dinamis. Selain Norwegia dan AS, NASAMS II telah digunakan oleh Oman, Finlandia dan Belanda.
Apa yang membuat NASAMS terlihat special? Salah satunya adalah sudah mengadopsi network centric, seperti yang digadang jet tempur Saab Gripen NG. Dengan network centric menydiakan open architecture yang mampu membuat sistem pertahanan terintegrasi dapat lebih tahan terhadap peperangan elektronika. NASAMS secara simultan dapat memindai 72 sasaran sekaligus dalam mode akif dan pasif.
Modul radar MPQ-64F1.
Modul radar MPQ-64F1.
Modul sensor IR dan Electro Optic.
Modul sensor IR dan Electro Optic.
Command Post atau FCU (Fire Control Unit).
Command Post atau FCU (Fire Control Unit).
Dalam sistem NASAMS terdiri dari peluncur rudal AIM-120 AMRAAM berpemandu active radar homing, radar Raytheon MPQ-64F1 Sentinel high-resolution, sensor infra red (IR) dan electro optic (EO), dan command post atau FCU (Fire Control Unit). MPQ-64F1 adalah 3D beam surveillance radar yang punya jarak pantau hingga 75 km. Nah, untuk rudal AIM-120 AMRAAM bisa dipilih, Raytheon menyediakan empat opsi, AIM-120 A/B dengan jarak tembak 55- 75 km, AIM-120C (105 km), AIM-120D (180 km), dan AIM-120 ER (Extended Range) dengan jarak tembak 40 – 50 km lebih jauh dari AIM-120D. Namun AIM-120 ER baru akan diproduksi pada tahun 2019.
Suasana di dalam kabin Command Post.
Suasana di dalam kabin Command Post.
Apakah nantinya NASAMS yang akan memperkuat MERAD Arhanud TNI di masa depan? Kita tunggu saja kabar berikutnya. Yang jelas vendor dari Cina tak akan tinggal diam, fitur canggih dengan harga miring pastinya selalu menggoda.

Sumber : http://www.indomiliter.com

AN/APG-78: Radar Pengendali Tembakkan Untuk Helikopter AH-64D Apache Longbow TNI AD






JAKARTA - Tahun depan jadi momen yang ramai dengan kehadiran alutsista gress TNI, di segmen helikopter dipastikan akan hadir AS565 MBe Panther, helikopter AKS (Anti Kapal Selam) untuk Puspenerbal TNI AL, sementara dari matra darat, helikopter tempur sangar AH-64D Apache Block III Longbow (aka – Guardian) dari Boeing untuk pesanan Puspenerbad TNI AD juga akan mulai berdatangan. Lewat proram FMS (Foreign Military Sales) yang dikucurkan tahun 2012 lalu, Indonesia memang akan mendapatkan delapan unit AH-64D Apache yang jadwal kedatangannya di Tanah Air pada tahun 2017.
pgL_LO-10143_001BritApacheLongbowRadar
Sebagai sistem senjata canggih yang terintegrasi penuh, AH-64D Apache yang didatangkan ke Indonesia tentu dalam wujud paket lengkap. Dengan nilai kontrak senilai US$1,42 miliar, selain delapan unit helikopter, TNI AD juga akan menerima 19 mesin T-700-GE-701D (16 sudah dalam kondisi terinstall dan 3 unit mesin sebagai cadangan). Tiap AH-64D menggunakan dua unit mesin. Dalam paket semiliar dollar juga termasuk 9 Modernized Target Acquisition and Designation Sight/Modernized Pilot Night Vision Sensors, 4 AN/APG-78 Fire Control Radars (FCR) dengan Radar Electronics Units (Longbow Component), 4 AN/APR-48A Radar Frequency Interferometers, 10 AAR-57(V) 3/5 Common Missile Warning Systems (CMWS) dengan 5th Sensor and Improved Countermeasure Dispenser, 10 AN/AVR-2B Laser Detecting Sets, 10 AN/APR-39A(V)4 Radar Signal Detecting Sets, dan 24 Integrated Helmet and Display Sight Systems (IHDSS-21).
2
Sementara dari sisi persenjataan, nantinya Puspenerbad tak lagi ketinggalan dari Singapura, pasalnya telah di order 32 unit peluncur rudal Hellfire M299A1. Logistik rudalnya pun dipersiapkan sampai 140 unit Hellfire AGM-114R3. Plus tentu bekal amunisi 30 mm untuk kanon M230 chain gun, logistik, spare part, dan pelatihan semua sudah terangkum dalam paket FMS. Sebagai itikad baik, saat HUT TNI ke-69 di Dermaga Ujung, Surabaya, empat unit Apache pinjaman dari US Army ikut serta dalam defile udara.
AH-64 Apache US Army dan Mi-35P TNI AD.
AH-64 Apache US Army dan Mi-35P TNI AD.
Sebagai helikopter termpur dengan letalitas tinggi, keluarga heli Apache jelas sarat perangkat sensor dan senjata yang serba jempolan. Apache menjadi pelopor penggunaan IHADSS (Integrated Helmet and Display Sight System). Dan dikemudian hari, IHADSS menjadi platform sistem sensor dan senjata yang favorit dipasang di beragam heli tempur modern. Selain AH-64 Apache, IHADSS kini diadopsi heli tempur Eurocopter Tiger, A1289 Mangusta, dan CSH-2 Rooivalk. Khusus tentang IHADDS dan koneksinya dengan kanon M230, telah kami kupas secara khusus pada artikel dibawah ini. AH-64D Apache Longbow Block III, punya identitas lain sebagai AH-64E Apache Guardian. Label inilah yang kemudian populer di Indonesia.
AN/APG-78 Fire Control Radars
Adanya modul radar yang berada tepat diatas poros bilah baling-baling utama menjadi ikon tersendiri bagi AH-64D Apache Longbow. Ini yang secara visual tegas membedakan antara varian lama, AH-64A Apache. Radar ini pada hakekatnya bagian dari sistem Longbow, sistem yang dibesut patungan antara Lockheed Martin dan Northrop Grumman, yang menawarkan integrasi pada sistem radar dan rudal Hellfire.
JGSDF_AH-64D(74506)_APG-78_Longbow_millimeter-wave_fire-control_radar
AN/APG-78 masuk ke dalam jenis radar pengendali tembakkan. Radar ini berjalan di frekuensi Ka band 35Ghz untuk fungsi deteksi, lokasi, klasifikasi dan prioritas pada sasaran taktis. Jarak jangkau radar AN/APG-78 mencapai radius 8 km. Sistem radar ini memang dipersiapkan untuk mampu mengendus kehadiran musuh meski dalam cuaca buruk dan operasinya mendukung pada medan berbukit. 
Sumber : http://www.indomiliter.com 

Jumat, 29 April 2016

Kapal Induk AS Lintasi Perairan Natuna



Natuna - Sengketa klaim Laut China Selatan mengundang kehadiran kapal induk Amerika Serikat bernomor lambung 74 di sekitar perairan tersebut. Kapal tersebut sempat mendekati Perairan Natuna pada Selasa, 26 April 2016.

Kapal induk itu berjarak kurang lebih 5 mil laut dari FPSO Platform Premier Oil Natuna dan dikawal dengan kapal Tabir Fregat berjarak 1,3 mil laut dan helikopter berjenis Black Hawk. Selain itu, kapal induk milik Amerika itu dikawal pesawat fighter yang tidak sempat tertangkap kamera.

Komandan Pangkalan TNI AL Ranai, Kolonel Laut (P) Arif Badrudin membenarkan kehadiran kapal induk tersebut. "Kami kawal kapal tersebut dengan KRI-STS 376 dan KRI SRI-352," ujar Arif saat dihubungi Liputan6.com, Rabu malam, 27 April 2016.

Ia menyatakan kapal induk itu sedang melaksanakan misi Freedom of Navigation (FON) di Perairan Laut China Selatan. Menurut Arif, operasi tersebut bertujuan untuk mencegah klaim berlebihan dari negara pantai atas Perairan Laut China Selatan dengan cara berlayar di kawasan yang disengketakan sejumlah negara.

"TNI AL sendiri sudah melakukan koordinasi dan melakukan shadowing (pengawalan) terhadap Gugus Tugas tersebut dengan mengerahkan beberapa KRI, seperti KRI Sultan Thaha Syaifudin-376 dan KRI Slamet Riyadi-352," tutur Arif.

Arif mengaku tidak mengetahui durasi pelaksanaan misi tersebut. Namun, ia menyebut kapal induk tersebut bisa beroperasi sepanjang tahun tanpa harus merapat untuk mengisi ulang bahan bakar karena menggunakan pendorong nuklir.

Selain itu, ia menyebutkan jumlah personel kapal induk AS berkisar antara 2.000 - 2.500 orang awak dan penerbang. Jumlah tersebut di luar dari jumlah kapal tabir pengawal maupun kapal selam.

"Jika ditambah pasukan marinirnya, angka bisa mencapai maksimal 5.000 personel," ucap Arif.

Sumber : http://m.liputan6.com

UMS Skeldar Mulai Latih Awak Drone Rajawali 330 TNI AD


JAKARTA - Seperti diberitakan pada pertengahan Februari lalu, TNI AD lewat Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI telah memesan tiga unit drone/UAV (Unmanned Aerial Vehicle) Rajawali 330 untuk tugas surveillance di wilayah perbatasan. Dan kini update terbaru menyebut pihak UMS Skeldar sedang memulai program pelatihan pada operator dan teknisi drone sayap tetap dengan mesin tunggal propeller ini.
Dikutip dari Janes.com (27/4/2016), tahap pelatihan UMS Skeldar untuk awak TNI AD dimulai sejak 18 April 2016, dan diperkirakan akan selesai dalam enam sampai delapan minggu kedepan, materi pelatihan termasuk ground handling dan operasional penerbangan. UMS Skeldar adalah manufaktur drone yang berbasis di Swiss, dimana sebagian besar saham UMS Skeldar kini dimiliki oleh Saab dari Swedia. Rajawali 330 adalah versi lokal dari UMS Skeldar F-330. Dalam ajang Singapore Airshow 2016 bulan Februari lalu, Menhan Ryamizard Ryacudu menyebut telah memesan tiga unit Rajawali 330 dan satu unit lagi didapatkan sebagai bonus dalam paket pembelian.
P_20160216_143512
P_20160216_153250
Rajawali 330 diproduksi oleh PT Bhinneka Dwi Persada (BDP). Peran PT BDP kemudian ‘menjahit’ beberapa komponen dan fitur agar punya kemampuan serta spesifikasi yang dibutuhkan militer Indonesia.
Rajawali 330 mampu membawa payload seberat 10 kg. Untuk pesanan TNI AD, payload nantinya akan dipasang pilihan perangkat electro optical/infra red camera, FLIR (Forward Looking Infra Red), hyperspectral camera, atau mapping camera dengan Light Detection and Ranging (LIDAR). Selain mengandalkan conventional take off and landing, drone ini punya kemampuan semi prepared strip, pneumatic catapult, car top launcher, dan parachute recovery system. Untuk mendarat secara konvensional, Rajawali 330 hanya membutuhkan jalur 60 meter.
Meski sebagian komponen penting Rajawali 330 masih diimpor, beberapa material pendukung telah dibuat di dalam negeri. Terkait dengan pembelian ini, pihak PT BDP akan memberikan ToT (Transfer of Technology) pada user, yakni pihak TNI AD.
Sumber : http://www.indomiliter.com

Kasal Tinjau Pembangunan Kapal ‘Perusak Kawal Rudal’ Buatan PT PAL



SURABAYA - Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal), Laksamana TNI Ade Supandi meninjau pembangunan kapal jenis 'Perusak Kawal Rudal' (PKR) Frigate yang merupakan pesanan TNI Angkatan Laut, di PT PAL, Surabaya, Jawa Timur.
Ade Suoandi didampingi oleh Dirut PT PAL Firmansyah Arifin, Dansatgas PKR Laksamana Pertama (Laksma) TNI Didik Setyono, Kadisadal Laksma TNI Prasetya Nugraha, dan Direktur Projek Jeroen Ferdinand.
Kapal berjenis Perusak Kawal Rudal (PKR) merupakan varian kapal perang yang di desain khusus untuk pertempuran. PKR ini dikenal sebagai kapal perang tercanggih karena dilengkapi dengan adanya rudal dan torpedo.
"Dalam perakitannya kapal PKR ini ada tujuh modul atau bagian kapal yang penting untuk disatukan. Untuk PKR pertama ini, sebanyak lima modul yang dibuat di PAL," kata Ade Supandi, Kamis (28/4/2016).
Kata dia, PT PAL bekerjasama dengan produsen kapal asal Belanda, Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS), dalam membangun dua Kapal berjenis PKR pesanan TNI AL. Pembangunan kedua kapal perang tersebut merupakan bagian dari program Transfer of Technology (ToT) dengan DSNS yang memerlukan waktu pembuatan kurang lebih selama 49 bulan.
"Kapal berjenis PKR ini memiliki panjang 105 meter dan lebar 14 meter. Dilengkapi sistem pendorong yang mampu berlayar dengan kecepatan 28 knot bila menggunakan dua unit diesel engine propulsion dan kecepatan 15 knot jika menggunakan dua unit electric motor propulsion," tutupnya.
Sumber : http://m.okezone.com

Menanti Kapal Trimaran Klewang 2






JAKARTA - Jika Anda ingin maju, janganlah menghindar dari teknologi. Menempellah kayak perangko dan amplop, dengan teknologi, agar Anda dibawa maju oleh perubahan jaman yang tidak bisa dielakkan. Kabar tentang KRI Klewang  2, sempat simpang siur. Hampir saja saya menyimpulkan, ganti pimpinan, ganti kebijakan. Di masa pemerintahan yang lalu, KRI Klewang terus digenjot. Ketika bertemu John Lundin di HUT TNI ke 69 di Surabaya tahun 2014, dia mengatakan KRI Klewang 2 akan selesai satu tahun lagi, berarti tahun 2015. Namun setelah ditunggu satu tahun, tidak ada kabar berita. Sempat juga beredar gosip, KRI Klewang ini, tak lagi diminati.
Kalau mau menjadi negara yang maju, maka negeri ini harus berani bereksperimen. Lagian proyek KRI Klewang sudah setengah jalan. Indonesia sudah bisa membuat kapal perang konvensional, melalui PT PAL dengan light frigate Sigma Class. Namun dengan teknologi modern kapal perang trimaran, juga jangan ditinggalkan, karena banyak ilmu di sana.



KRI Klewang (Foto : @bimaray)
KRI Klewang (Foto : @bimaray)

Semoga negeri ini tidak terjebak menjadi negeri 1001 prototype, atau hanya berani membuat sesuatu yang telah memiliki patron yang jelas seperti: Senjata SS Pindad, Panser Anoa dan Frigate Sigma. Indonesia juga harus berani “berjudi”, membuat sesuatu dari baru seperti KRI Klewang yang sudah setengah jalan. Ini masalah mentalitas, sebuah pekerjaan yang harus dituntaskan.
Kau yang memulai, kau yang mengakhiri. Jangan sampai, kau yang memulai, negeri tetangga yang mengakhiri. Semoga KRI Klewang II cepat terwujud.
Sumber : Defence.PK

Kamis, 28 April 2016

Jejak Soviet di Langit Garuda



Jakarta - Angkatan Udara Indonesia pernah menjadi kekuatan yang ditakuti. Tidak hanya di kawasan Asia Tenggara, tetapi juga di Asia bahkan di dunia.

Situasi itu terjadi pada era 1960an, ketika langit Indonesia diperkuat oleh pesawat-pesawat produksi Soviet. Kala itu Bung Karno sebagai pemimpin besar revolusi memang sangat anti Amerika hingga memilih untuk condong ke Soviet.
Keterikatan panjang itu yang sepertinya muncul kembali dalam beberapa decade terakhir. Setelah Amerika memutuskan untuk mengembargo penjualan alat militer, Indonesia kembali ke blok Rusia. Diawali dengan Su-27 Flanker dan kini berlanjut ke Su-30. Bahkan TNI AU ingin bisa segera mendapatkan SU-35 Flanker E.
Berikut pesawat-pesawat Soviet hingga Rusia yang pernah menjadi andalan Indonesia
1. JET TEMPUR MIG
MiG-15 AURI
MiG-15 AURI
Setelah Indonesia merdeka, Uni Soviet member hibah sejumlah pesawat tempur paling canggih kala itu. Tiga pesawat yang diberikan secara cuma-cuma yakni MiG-15, MiG-17, MiG-19 dan MiG-21. Secara spesifikasi, keempat pesawat ini tak memiliki kekuatan yang begitu jauh.
MiG-15 misalnya, pesawat ini memiliki panjang 10,07 meter dan lebar sayap 10,08 meter. Pesawat ini memiliki bobot kosong 3.630 kg dilengkapi mesin Klimov VK-1 sehingga mampu melesat dengan kecepatan maksimal 1.059 km per jam, dan menempuh jarak hingga 1.240 km.
MiG-19 Indonesia
MiG-19 Indonesia
Tak kalah dengan pendahulunya, MiG-21 memiliki panjang 14,5 meter dan lebar sayap 7.154 meter ini memiliki bobot bersih 8.825 kg. Pesawat ini dilengkapi sebuah mesin Tumansky R25-300 yang membuatnya melesat hingga 2.175 km per jam dengan jarak tempuh 1.210 km.
mig21of7
Dari ketiga pesawat, masih ada satu pesawat yang tak kalah canggihnya, yakni Lavochkin La-11. Pesawat ini memiliki panjang lebih kecil dibanding empat pesawat MiG yang diterima Indonesia, yakni 8,62 meter dan lebar sayap 9,80 meter. Pesawat ini memiliki bobot kosong 2.770 kg. Pesawat ini dilengkapi mesin Shvetsov ASh-82FN yang dilengkapi pendingin udara serta fuel injection. Kecepatan yang mampu dicapai pesawat jenis hanya hanya 674 km per jam, namun bisa melesat hingga 2.235 km sejak lepas landas.

2. BOMBER
Tu-2
Tu-2
Tak hanya mendapat pesawat tempur saja, Indonesia juga pesawat jenis bomber canggih. Ada tiga jenis pesawat bomber yang diterima Indonesia, yakni Tupolev Tu-2, Tu-16 dan Ilyushin Il-28. Dibanding Tu-16 dan Ilyushin Il-28, kemampuan tempur Tu-2 sudah terlihat saat berlangsungnya perang dunia kedua.
Secara spesifikasi, Tu-2 yang memuat 4 orang kru ini dibuat pada 1941-1948. Pesawat berbobot kosong 7.601 kg ini dilengkapi 2 mesin Shvetsov ASh-82 dengan kecepatan 528 km per jam. Kemampuan menjelajah pesawat ini hanya mampu mencapai 2.020 km.
Namun, pesawat ini mampu membawa bom seberat 9,000 kg. Tu-16 ini memuat 7 orang kru mulai diperkenalkan pada 1954 dan berhenti diproduksi tahun 1993. Pesawat berbobot kosong 37.200 kg ini dilengkapi 2 mesin Mikulin AM-3 M-500 dan mampu melesat hingga 1.050 km per jam, serta mampu menjelajah sampai 7.200 km.
IL-28 AURI
IL-28 AURI
Selain Tupolev, Indonesia juga menerima pesawat pembom dari pabrikan Ilyushin, yakni Il-28. Pesawat yang memuat 3 kru ini mulai diproduksi pada 1948 dan berhenti berdinas era 1980-an. Pesawat berbobot 12.890 kg ini dipasang 2 mesin Klimov VK-1A turbojets dan mampu melesat hingga 902 km per jam, dengan kemampuan jelajah hingga 2.180 km. Pesawat ini bisa membawa bom seberat 3.000 kg. 3. 2

3. HELIKOPTER


 Mi-4 AURI
Mi-4 AURI

Indonesia juga menerima sejumlah helikopter angkut dari Uni Soviet. Ada dua jenis heli yang diterima TNI AU ketika itu, yakni Mil Mi-4 dan Mi-6. Kedua heli ini merupakan kendaraan angkut paling modern yang dimiliki Indonesia.
Pembuatan Mi-4 dilakukan sebagai respon terhadap H-19 Chickasaw buatan AS yang dipakai selama berlangsungnya Perang Korea. Heli yang dibuat pada 1951 sampai 1979 ini pertama kali diperkenalkan kepada dunia saat berlangsungnya Soviet Aviation Day yang digelar di Tushino.
Secara karakteristik, Mi-4 ini bisa membawa 16 orang tentara atau mengantarkan kargo seberat 1.600 kg ke tempat tujuan. Untuk tenaganya, heli ini dilengkapi sebuah mesin Shvetsov ASh-82V radial engine sehingga mampu terbang dengan kecepatan 185 km per jam dan menempuh jarak sampai 500 km.

Mi-6 AURI
Mi-6 AURI

Berbeda dengan Mi-4, Mi-6 merupakan heli angkut berat. Jika di era modern, maka heli ini setara dengan Eurocopter AS 332 Super Puma milik TNI AU. Mi-6 diproduksi pada 1960 sampai 1981.
Pada eranya, heli ini dijuluki sebagai pesawat terbesar karena mampu memuat kargo hingga 12.000 kg. Dengan 2 unit mesin jenis Soloviev D-25V turboshaft heli ini memiliki kecepatan maksimal 300 km per jam hingga membuatnya disebut-sebut heli tercepat di dunia. Karena ukurannya yang besar, Mi-6 bisa menampung 90 penumpang atau 70 pasukan terjun payung.

4. ANGKUT MILITER


 Antonov An-12 AURI
Antonov An-12 AURI

Indonesia juga mendapatkan dua jenis pesawat angkut personel. Kedua pesawat itu adalah Antonov An-12 dan Ilyushin Il-14. Khusus Antonov An-12, pesawat yang diproduksi 1957 hingga 1973 tidak jauh berbeda dengan Lockheed C-130 Hercules buatan Amerika Serikat
Namun, pesawat buatan Uni Soviet itu memiliki box pertahanan di bagian ekornya. An-12 ini mempekerjakan lima orang kru yang terdiri dari 2 pilot, teknisi, navigator dan operator radio. Pesawat ini mampu menampung hingga 60 orang penumpang, termasuk kendaraan tempur jenis BMD-1.

Ilyushin Il-14 AURI
Ilyushin Il-14 AURI

Pesawat berbobot kosong 28.000 kg itu dilengkapi 4 unit mesin Ivchenko AI-20L atau bisa juga dipasang mesin 4 mesin AI-20M turboprops. Kecepatan maksimal pesawat ini mencapai 777 km per jam dan mampu menempuh jarak hingga 5.700 km (full tank) atau 3.600 km jika seluruh badan pesawat terisi penuh.
Sedangkan Ilyushin Il-14 ini hanya dioperasikan empat orang kru dan mampu menampung hingga 32 orang penumpang. Pesawat berbobot kosong 12.600 kg itu dilengkapi 2 unit mesin Shvetsov ASh-82T 14 berpendingin udara berbentuk silinder. Kecepatan maksimal pesawat ini mencapai 417 km per jam dan mampu menempuh jarak hingga 1.305 km.

 5. JET SUKHOI

indonesia
Setelah Amerika menjatuhkan embargo  pada sekitar 1998 Indonesia mulai melirik Rusia untuk membeli peralatan tempur canggih dari negara tersebut. Pembelian pesawat ini berlangsung di era kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri dengan sistem barter, Indonesia menawarkan produk-produk lokalnya untuk melunasi harga Sukhoi yang sangat tinggi.
Dua jenis pesawat yang dibeli Indonesia, yakni Su-27 dan Su-30.  Su-27  terpasang radar jenis Phazotron N001 Myech yang berelasi dengan Pulse-Doppler yang bisa mencari, mengunci hingga menembak jatuh pesawat musuh. Jet tempur ini juga memiliki sistem OLS-27 yang mampu mendeteksi lawannya sejauh 100 km.
Secara spesifikasi, pesawat ini memiliki bobot kosong 16.380 kg. Sebagai penggerak, terdapat 2 unit mesin Saturn/Lyulka AL-31F turbofans ditambah tangki yang mampu memuat bahan bakar hingga 9.400 kg. Kecepatan maksimal yang dicapai pesawat ini mencapai 2.500 km per jam dan menempuh jarak sampai 3.530 km.
Terdapat 5 pesawat jenis Su-27SK/SKM yang dimilik Indonesia saat ini. Sedangkan Su-30 dilengkapi dua mesin Saturn AL-31F afterburning yang membuatnya mampu melesat hingga 1.350 km per jam.
Dengan kapasitas tangki sebesar 5.270 kg, pesawat ini bisa menjalani 4,5 jam pertempuran udara dengan jarak tempuh 3.000 km. TNI AU memiliki 11 jenis Su-30MK/MK2 yang mulai berdinas sejak September 2013.

Sumber :
http://www.jejaktapak.com

Menhan Indonesia Kunjungi Moskow, Bahas Pembelian Su-35



Moskow - Seperti yang dilansir situs resmi Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Rusia, Indonesia dan Rusia tengah berupaya meningkatkan kerja sama di bidang kedirgantaraan, metalurgi, industri kimia, industri farmasi, teknik berat, serta industri otomotif.

Pada Januari lalu, delegasi Rusia yang dipimpin oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan Denis Manturov mengunjungi Indonesia dan mengadakan serangkaian pertemuan serta negosiasi dengan sejumlah pejabat Indonesia dan perwakilan beberapa industri di Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, Ryamizard kembali membahas rencana penandatanganan kontrak pembelian jet tempur multifungsi Su-35 saat berkunjung ke Rusia.

"Rusia ingin meningkatkan kerja sama yang saling menguntungkan dengan Indonesia. Indonesia adalah mitra yang menjanjikan, jadi kita perlu memperluas dinamika pembangunan proyek bilateral," tutur Denis Manturov.

Dalam kunjungan Ryamizard ke Moskow, pihak Rusia dan Indonesia sepakat akan menandatangani kontrak pembelian Su-35 pada bulan Mei di Moskow. Delegasi Indonesia akan mengunjungi Moskow untuk kepentingan tersebut, termasuk perwakilan perusahaan industri utama di dalam negeri. Selain itu, pertemuan mendatang akan membahas lingkup kerja sama secara lebih terperinci.

Sumber :
http://indonesia.rbth.com

Rabu, 27 April 2016

Imigrasi Periksa 5 WN Cina yang Ditangkap TNI AU di Halim

JAKARTA - Kantor Imigrasi Kelas I Jakarta Timur tengah memeriksa lima warga negara Cina yang ditangkap kemarin, Selasa, 26 April. Kelima warga asing itu ditangkap saat tengah beraktivitas di proyek jalur kereta api cepat yang berada di Pangkalan TNI Angkatan Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur.

Kepala Bagian Humas dan Tata Usaha Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, Heru Santoso Ananta Yudha, mengatakan kelima warga Cina itu diperiksa setelah Tim Pengawasan Orang Asing Kantor Imigrasi menerima informasi mengenai adanya warga negara asing yang diciduk oleh TNI AU.

"Berdasarkan pemeriksaan awal, didapat informasi bahwa kelima orang asing tersebut diduga melakukan pelanggaran keimigrasian dengan tidak dapat menunjukkan dokumen perjalanan serta izin tinggalnya selama di Indonesia," kata Heru dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 27 April 2016.

Saat ini, menurut Heru, kelima warga Cina itu tengah berada di ruang detensi Kantor Imigrasi untuk diperiksa lebih lanjut. Heru mengatakan, kelima orang itu terdiri dari CQ, ZH, XW, WJ, dan GL. "WJ dan GL tidak dapat menunjukkan dokumen," ujar Heru.

Sementara itu, CQ dapat memperlihatkan fotokopi paspor, ZH dapat memperlihatkan Kartu Izin Tinggal Terbatas (Kitas), dan XW dapat memperlihatkan kartu identitas Republik Rakyat Tiongkok (RRT). "Kami akan berkoordinasi dengan TNI AU untuk mengetahui secara pasti kegiatan mereka di sana," kata Heru.

Sebelumnya, Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Utama Wiko Sofyan membenarkan tertangkapnya lima WNA tersebut di Pangkalan TNI AU Halim Perdana Kusuma, Selasa kemarin. Namun, Wiko menyatakan bahwa terdapat dua warga negara Indonesia yang turut diciduk. Saat ditangkap, ketujuh orang itu sedang melakukan kegiatan pengeboran tanah

Para pekerja asing yang kini tengah berada di Kantor Imigrasi Kelas I Jakarta Timur itu merupakan pekerja dari PT Geo Central Mining, mitra dari PT Wijaya Karya yang merupakan pelaksana proyek Kereta Cepat Indonesia-Cina (KCIC). Sementara itu, dua WNI yang ikut ditangkap merupakan karyawan lepas PT GCM.

Adapun identitas dari para pekerja Cina yang ditangkap oleh TNI AU adalah :
1. Guo Lin Zhong (26 tahun, tukang bor dan administrasi),
2. Wang Jun (28 tahun, administrasi dan peneliti), 
3. Zhu Huafeng (47 tahun, teknisi mesin), 
4. Cheng Qianwu (48 tahun, teknisi mesin), 
5. Xie Wuming (41 tahun, teknisi mesin).

Sumber :
https://m.tempo.co

Australia Pilih Shortfin Barracuda, Apa Kehebatan Kapal Selam ini?



JAKARTA - Shortfin Barracuda, kapal selam yang diusulkan Prancis untuk Australia pada akhir tahun lalu telah membuat terobosan dengan memenangkan kompetisi pengadaan kapal selam senilai US$50 miliar untuk mengganti kapal selam Kelas Collins Angkatan Laut Australia.
Direction des Constructions Navales Services (DCNS) mengalahkan pesaing Thyssenkrupp Marine Systems (TKMS) dari Jerman dan Mitsubishi Heavy Industries (MHI) Jepang.
DCNS selanjutnya akan membangun 12 kapal selam konvensional dengan bobot 4500 ton untuk Australia yang didasarkan pada kapal selam nuklir Barracuda yang memiliki bobot 4700 ton. Kapal selam baru ini akan diberi nama Shortfin Barracuda.
Setelah selesai, seperti DCNS katakan, Shortfin Barracuda Blok 1A “akan menjadi artefak paling teknis dan kompleks di Australia”.
Kapal Selam Barracuda, dengan sistem propulsi jet pump, memiliki tingkat kebisingan yang sama dengan kapal selam konvensional lain pada kecepatan jelajah yang sangat rendah di bawah 5 knot. Namun data menunjukkan ketika Barracuda berlari cepat, sesuatu yang harus dilakukan untuk mengejar atau menghindari penyerang, desain Prancis secara signifikan lebih tenang daripada saingan.
Dipimpin oleh veteran awak kapal selam Australia Greg Sammut, tim evaluasi Angkatan Laut Australia sangat sadar bahwa dalam permainan bawah laut sebuah kapal selam yang tenang menang dan yang bising akan mati.

Shortfin Barracuda akan dilengkapi dengan empat alternator diesel untuk menghasilkan listrik masing-masing lebih dari 7 megawatt dan penyimpanan baterai cukup. Hal ini memungkinkan kapal selam memenuhi atau melampaui persyaratan jangkauan dan daya tahan yang disyaratkan Angkatan Laut Australia.
Shortfin Barracuda menggunakan propulsor pump-jet yang menggabungkan rotor dan stator dalam saluran yang secara signifikan akan mengurangi tingkat kebisingan.
Permukaan aftcontrol pada baling-baling kapal selam tunggal cenderung mengganggu air yang mengalir ke  putaran bilah baling-baling. Hal ini, menurut DCNS, akan menghasilkan kavitasi, dan diatasi dengan pengenalan propulsor rotor dan stator terselubung.
DCNS juga mengklaim telah memasukkan sonar pasif yang paling sensitif yang pernah digunakan kapal selam konvensional.
Pemerintah Jepang dengan konsorsium yang dipimpin oleh Mitsubishi Heavy Industries, telah menawarkan versi evolusi dari kapal selam kelas Soryu 4000 ton yang diperpanjang 6m-8m untuk memberikan ruang bahan bakar tambahan dan baterai untuk meningkatkan jangkauan dan untuk mengakomodasi awak. Sementara perusahaan Jerman TKMS menawarkan kapal selam 4000 ton dari desain baru, menggunakan teknologi yang telah diuji di kapal selam 2000 ton mereka.
Tugas yang pasti tidak menyenangkan untuk Perdana Menteri Australia adalah menjelaskan, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe kenapa tidak memilih mereka.  Karena pada era kepemimpinan mantan perdana menteri Tony Abbott sudah ada kesepakatan untuk membangun kapal selam bersama. Tapi kemudian perdana menteri baru terpaksa membuka proses untuk kompetisi internasional karena ada protes dari parlemen.
Semua kapal selam akan dibangun di Adelaide, meskipun kapal selam pertama tetap akan dibangun di galangan DCNS di Cherbourg Prancis dengan setengah dari tenaga kerja berasal dari Australia. Hal ini secara signifikan mengurangi risiko kegagalan sembari Australia menyiapkan fasilitas konstruksi di ASC Adelaide untuk membangun kapal selam kedua dan selanjutnya.
Sumber :
http://www.jejaktapak.com

Pasifik Kian Dikerumuni Kapal Selam, Indonesia Telat Bisa Fatal



JAKARTA - Australia telah memutuskan untuk memilih kapal selam Shortfin Barracuda Prancis untuk mengganti Kelas Collins mereka. Jika kapal selam ini sudah masuk ke layanan maka akan mendorong kemampuan Australia jauh ke depan dalam hal kekuatan di bawah gelombang.
Dalam beberapa tahun ke depan kawasan Pasifik memang akan semakin sesak dengan kapal selam yang wira-wiri melakukan misinya masing-masing.
China sedang membangun armada 80 kapal selam konvensional dan bertenaga nuklir. Mereka akan mencakup serangan kapal selam konvensional dan nuklir yang dirancang untuk menghancurkan kapal selam lain dan kapal permukaan, dan kapal selam nuklir yang dipersenjatai dengan rudal balistik yang mungkin dengan hulu ledak nuklir dan mampu mengancam target dari jarak jauh.
Sementara Jepang memiliki armada tangguh dari 17 kapal selam konvensional dan akan terus ditambah hingga mencapai 22. Korea Selatan memiliki kekuatan kapal selam kelas sangat kompeten dengan sembilan kapal selam konvensional kelas Chang Bogo yang didasarkan dari kapal selam Type 209 Jerman. Mereka juga tengah membangun sembilan kapal selam lebih modern yang dikembangkan dari Type 214 Jerman hingga akan memiliki 18 kapal modern sebelum akhir dekade ini. Seoul juga berencana untuk merancang dan membangun kapal tambahan sendiri.
Singapura memiliki kekuatan kapal selam konvensional yang juga tidak bisa diremahkan. Negara kecil ini memiliki empat kapal selam Kelas Sjoormen buatan Swedia dan dua kapal kelas Archer. Dua kapal selam type 218 Jerman juga akan mereka terima pada tahun 2020.
Taiwan sementara harus tertatih-tatih karena hanya memiliki dua kapal selam tua. Tetapi mereka tengah berjuang untuk memiliki setidaknya delapan kapal modern.
Bagaimana dengan Indonesia? Saat ini Angkatan Laut memang hanya memiliki dua kapal selam yakni KRI Cakra dan KRI Nenggala yang sudah tua. Tetapi Indonesia juga berencana untuk memiliki setidaknya 12 kapal selam. Tiga di antaranya adalah Kelas Chang Bogo yang dipesan dari Korea Selatan dan setidaknya dua kapal akan dibangun di dalam negeri. Sisanya, Indonesia masih dalam proses pencarian. Kapal Selam Kelas Kilo yang dibangun Rusia kerap disebut petinggi militer Indonesia sebagai salah satu yang terbaik. Tetapi sejauh ini belum ada keputusan yang diambil.
Hanya saja, Indonesia tidak boleh lambat dalam memilih kapal selam lain untuk menutup kekurangan. Karena harus dipahami membeli kapal selam bukan hal yang cepat. Membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai kapal itu bisa masuk ke layanan. Terlambat sedikit, maka Indonesia akan sangat kedodoran untuk mengimbangi operasi bawah gelombang.
Kapal selam Amerika juga akan menambah sibuknya perairan pasifik. Amerika adalah operator kapal selam terbesar di dunia dengan memiliki 14 kapal selam nuklir rudal balistik, empat kapal selam rudal yang dikonversi dan 55 kapal selam serangan. Sekitar dua pertiga dari kapal ini ada di bawah Komando Pasifik.
Belum lagi Rusia yang juga mulai aktif kembali di kawasan ini. Rusia diketahui terus melakukan pembenahan armada kapal selamnya dan sekarang memiliki sekitar 12 kapal selam bertenaga nuklir rudal balistik, 25 kapal selam serangan nuklir dan sekitar 20 kapal konvensional kelas Kilo dan Lada. Rusia juga masih membangun kapal selam generasi baru yang semakin tangguh.
Sumber :
http://www.jejaktapak.com