JAKARTA - Rencana serbuan yang hendak dilakukan tentara Filipina gagal total. Satu peleton gabungan pasukan elite Filipina ditumpas habis. 18 Tentara tewas dan 50 luka-luka. Sementara dari pihak milisi Abu Sayyaf tewas.
Kegagalan ini jadi perhatian dunia. Jelas milisi Abu Sayyaf tak bisa diremehkan.
Lalu bagaimana seandainya pasukan elite TNI yang melakukan serangan untuk membebaskan 10 WNI yang disandera Abu Sayyaf?
Pengamat terorisme Wawan Purwanto menyebut hingga saat ini sulit bagi TNI untuk melakukan serangan. Sesuai dengan aturan perundangan, pemerintah Filipina tak mengizinkan TNI bergerak.
Namun jika seandainya pasukan elite TNI boleh diterjunkan, yang pertama harus dilakukan adalah mengenali medan sebaik mungkin. TNI punya tim Sandi Yudha yang bisa menyusup jauh ke daerah lawan untuk mencari data sebanyak mungkin.
Wawan menilai serangan pada Abu Sayyaf tak mungkin hanya dilakukan pasukan darat. Dukungan serangan udara dari pesawat tempur mutlak dibutuhkan.
"Pertama untuk menghancurkan obyek vital lawan seperti instalasi perhubungan atau gudang senjata. Kedua untuk mengalihkan perhatian saat tim darat bergerak membebaskan sandera," katanya.
Jika targetnya menghancurkan seluruh kekuatan Abu Sayyaf, dukungan kavaleri lapis baja dan tembakan artileri juga dibutuhkan.
Milisi ini tak bisa dianggap enteng. Mulai dari tahun 2002 sampai 2015, pasukan gabungan Amerika Serikat dan Filipina menggelar Operasi Enduring Freedom untuk menghabisi kelompok militan di Filipina, termasuk Abu Sayyaf. Operasi itu juga gagal menumpas Abu Sayyaf.
"Soal kegagalan dalam perang gerilya, AS juga kan kalah di Vietnam. Inti perang gerilya bagaimana membangun jaringan perlawanan bawah tanah, memancing lawan dan melakukan manuver untuk menghancurkan kekuatan yang lebih besar," kata Wawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar