Rabu, 20 April 2016

Skuadron SU-35, Kekuatan Penggentar Baru TNI AU di Usia ke -70

    

JAKARTA - Sebagai kekuatan matra udara negara Republik Indonesia,TNI AU mempunyai visi yang mulia yaitu terwujudnya postur TNI AU yang professional, efektif, efisien, modern, dinamis dan handal dalam rangka menegakkan serta mempertahankan kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Adapun misi TNI AU antara lain mewujudkan kemampuan dan kekuatan sistem, personel, materiil alutsista dan fasilitas untuk memenuhi postur TNI AU yang berkualitas agar siap untuk melaksanakan tugas dan fungsi. Meningkatkan kemampuan penyelenggaraan fungsi-fungsi intelijen dan pengamanan dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi TNI AU. Melaksanakan pembinaan kekuatan dan kemampuan dalam rangka pelaksanaan tugas TNI AU baik dalam Operasi Militer untuk Perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
Tugas TNI AU dalam OMP maupun OMSP yang seabreg sepertihalnya TNI AD dan TNI AL,lebih-lebih dalam lingkungan yang amat strategis dan tantangan global yang semakin meningkat khususnya berbagai sengketa yang muncul akhir-akhir ini di kawasan Laut Cina Selatan,yang berbatasan langsung dengan RI , maka peningkatan pertahanan udara negara dan personel Angkatan Udara yang memadai dan tangguh adalah suatu yang tak bisa ditawarlagi.
Dalam suatu kesempatan setelah pelantikan sebagai KSAU, Marsekal TNI Agus Supriatna menegaskan, semua rencana strategis TNI AU 2015-2020 menjadi prioritas terutama meningkatkan pertahanan udara yang masih banyak mengalami kekurangan seperti radar dan pesawat. "Rencana strategis kita butuh 12 radar, ke depan radar lama diperbaiki," tandas KSAU. Dalam upacara serah terima jabatan dari KSAU lama kepada KSAU baru,yaitu Marsekal TNI Agus Supriatna, yang dipimpin oleh Panglima TNI waktu itu, Jenderal Moeldoko di Taxi Way “Echo” Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, 15 Januari 2015 mengingatkan agar TNI AU aktif meningkatkan kedaulatan udara khususnya di wilayah Laut Cina Selatan. Menurut Panglima, hal ini penting karena selain berimplikasi langsung pada hubungan kerjasama keamanan dengan Negara sahabat, juga erat kaitannya dengan peningkatan ekonomi. “Tantangan TNI AU kedepan semakin besar, salah satunya terkait kompetisi kedaulatan wilayah udara dan akses ekonomi, khususnya di wilayah Laut Cina Selatan yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu," ujar Panglima,  juga menegaskan agar TNI AU memperbesar kemampuan Operasi Militer untuk Perang (OPM) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP) dengan alutsista yang sudah hadir. Panglima berharap dengan adanya alutsista baru seperti pesawat tempur T-501 Golden Eagle, Sukhoi, Super Tucano, dan F-16, dapat mengoptimalkan peran dan tugas Angkatan Udara ke depannya.
Kini ini dengan akan  hadirnya skuadron pesawat Sukhoi 35, seolah menyambut HUT TNI AU ke-70, TNI AU lebih percaya diri meskipun untuk itu negara mengeluarkan kocek yang tidak sedikit. Harga satu unit Su-35 diperkirakan US$65 juta atau sekitar Rp951 miliar. Setidaknya meskipun masih jauh dari kebutuhan yang seharusnya, setidaknya dapat mendekati minimum essential force yang diterapkan TNI. Bandingkan dengan negara jiran seperti Malaysia atau Singapura, jumlah pesawat tempur TNI AU masih kalah jauh. Pada sisi lain TNI AU perlu memiliki SDM, pilot tempur yang siap untuk mengoperasikan pesawat super canggih tersebut. Dalam hal ini kepentingan atau urgensi pendidikan untuk menguasai teknologi baru super canggih harus segera disiapkan secara seksama dan matang, agar kejadian-kejadian jatuhnya pesawat Super Tucono buatan Brazil dan lainnya tak terulang. Apalagi TNI AU telah bertekad untu kzero  accident.
Untuk mencapai zero accident dan peningkatan SDM TNI yang berkulitas, modern, dan professional, khususnya pilot tempur yang akan mengawaki pesawat super canggih dengan bobot teknologi yang mutakhir semacam SU-35 maka Sumber daya manusia atau SDM yang andal di semua lini kehidupan merupakan kebutuhan yang tidak boleh diabaikan. Tanpa SDM yang andal, maka Alutsista yang dimiliki TNI Angkatan Udara hanya akan menjadi pajangan belaka. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini, setiap personel TNI Angkatan Udara memerlukan strategi pengembangan SDM di segala aspek. Oleh karena itu, setiap personel dituntut mengembangkan diri untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya. Peningkatan kualitas SDM adalah cara yang tepat dalam menambah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan khusus guna mendukung kelancaran pelaksanaan tugas di masa depan baik dalam keadaan damai maupun perang.Indonesia kini berencana membeli lagi skuadron Sukhoi jenis teranyar, Su-35, yang memiliki kemampuan serupa pesawat siluman.
Seperti diketahui Su-35 mampu melakukan manuver yang tak bisa diimbangi pesawat tempur biasa. Selain dapat menanjak vertikal, berhenti seketika di udara, dan berjungkir balik 180 derajat seperti yang dipamerkan pada MAKS 2015, jet itu juga bisa membawa banyak rudal dan lenyap dari radar.
Su-35 dapat hilang begitu saja di udara alias tak terdeteksi radar ketika pesawat mengubah kecepatan secara acak sehingga mengacaukan pendeteksian radar pesawat musuh. Su-35 juga dilengkapi peralatan jamming yang bisa menurunkan kemampuan deteksi radar musuh.
Lebih istimewa lagi, Su-35 mampu terbang “secepat siluman”. Jet ini memiliki kecepatan supersonik 1,5 mach atau dua kali kecepatan suara. Singkatnya, ini pesawat yang cukup mengerikan. Sukhoi Company mengklasifikasikan jet baru mereka ini sebagai pesawat generasi keempat dengan kecanggihan teknologi tepat di bawah pesawat siluman generasi kelima.
Meski demikian, Su-35 bahkan dianggap mampu menandingi jet tempur siluman generasi kelima buatan Amerika Serikat, yakni F-22 Raptor. Nilai tambah Su-35 adalah mampu berfungsi sebagai pengisi bahan bakar dan pemadam kebakaran. Ini pula yang membuat TNI menjatuhkan pilihan padanya.  Akhirnya Dirgahayu 70 TNI AU, Swa Bhuwana Paksa. 
Sumber : Ahmad Fitri – Pengamat Teknologi Pertahanan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar