Amerika Serikat - Militer Amerika Serikat memiliki berbagai macam persenjataan canggih dan dalam banyak hal memiliki keunggulan dibandingkan negara lain di dunia. Negara ini memiliki kapal induk nuklir paling banyak dan canggih, memiliki jet tempur dan bomber siluman, kapal permukaan mematikan, kapal selam nuklir yang ganas. Tetapi ada satu yang tidak dimiliki dan bisa menjadi titik lemah, sebuah teknologi yang mungkin terkesan ketinggalan zaman tetapi sangat penting, yakni kapal selam konvensional atau kapal selam diesel listrik.
Amerika Serikat tidak lagi membangun kapal selam jenis ini sejak kapal selam Kelas Barbel terakhir dipensiun pada akhir 1950-an. Sejak saat itu Amerika fokus untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir. Dalam konteks Perang Dingin mungkin hal itu relevan karena kapal selam rudal balistik nuklir Soviet harus terus dibayangi, tapi waktu telah berubah.
Meskikapal selam diesel listrik mengalami masalah karena tidak bisa bertahan lama di dalam air, tetapi itu dulu. Sekarang telah ditemukan teknologi propulsi udara independen (AIP) yang telah mengubah permainan. Kapal selam konvensional Type 212 Jerman kini bisa berendam di dalam air selama tiga minggu tanpa harus keluar ke permukaan untuk mengisi daya listrik. Dalam waktu selama itu, kapal selam dapat menempuh perjalanan 1.500 mil (2.400 kilometer) atau lebih. Tanpa memancarkan panas dan dengan tidak perlu untuk pendinginan konstan karena kurangnya reaktor nuklir. Hal yang paling penting adalah kapal selam diesel listrik akan jauh lebih senyap atau stealthiness dibandingkan kapal selam nuklir.
Tantangan Angkatan Laut Amerika saat ini tidak saja datang dari Rusia yang mulai terbangun dari tidurnya setelah kapal selam mereka sempat tidur untuk waktu yang lama. Ada China di Pasifik yang terus membangun dirinya di dalam air. Kapal selam China telah menjadi ancaman di Laut China Selatan dan Laut China Timur. Kapal selam ini bisa memainkan peran kunci untuk menegakkan strategi A2 / AD (anti-access / area denial) untuk melawan keunggulan Angkatan Laut Amerika jika terjadi konflik.
Dengan kekuatan kapal selam sebagian besar konvensional, China akan lebih mampu menyelinap untuk mengikuti bahkan menghancurkan kapal selam Amerika tanpa bisa terdeteksi oleh kapal selam nuklir Amerika.
China menggunakan kekuatan campuran antara kapal selam nuklir dan konvensional. Hal ini memungkinkan China akan berpotensi untuk bisa membangun armada kapal selam yang jauh lebih banyak dibandingkan kapal selam Amerika karena biaya kapal selam konvensional jauh lebih murah.
Untuk perbandingan satu kapal selam kelas Virginia menghabiskan biaya sekitar US$2,7 miliar per unit. Dengan jumlah yang sama Jerman bisa membangun enam sampai tujuh kapal selam Type 212.
Meski kapal selam serangan nuklir Amerika luar biasa tetapi dalam kasus konflik dengan China, jumlah kapal akan menjadi faktor penting. Kapal selam konvensional akan mampu menangani sebagian besar tugas yang dilakukan kapal selam serang nuklir tetapi dengan biaya yang jauh lebih murah. China akan memiliki jumlah yang mencukupi untuk mengirimkan kapal selam ke luar garis pantai sekaligus mempertahankan sebagian lagi untuk pertahanan di air sendiri.
PASAR TERBUKA LEBAR
Amerika sejauh ini belum memikirkan untuk membangun kembali kapal selam konvensional. Meski hal itu tidak menutup kemungkinan bisa terjadi. Bagaimanapun anggaran akan memegang peranan penting dalam upaya membangun kekuatan militer saat ini.
Presiden George W. Bush pada tahun 2001 berjanji kepada Taiwan untuk memberikan delapan kapal selam konvensional. Tetapi janji itu tidak pernah ditepati karena Amerika tidak lagi memproduksi kapal selam konvensional. Jika Amerika Serikat memutuskan untuk memulai membangun kapal selam konvensional maka janji ke Taiwan akhirnya bisa terpenuhi.
Selain itu, pasar untuk kapal selam konvensional sangat besar. Kebanyakan negara-negara Asia mencari untuk membangun, meningkatkan, atau memodernisasi armada kapal selam mereka. Jerman dan Prancis keduanya menikmati kesuksesan dalam pemasaran kapal selam ini dengan menjual kapal selam ke berbagai negara seperti Korea Selatan, Indonesia, India, dan Malaysia. Sementara Amerika tidak pernah bisa mencicipi bisnis besar ini karena hanya membangun kapal selam nuklir yang sangat sedikit negara membutuhkannya.
Kapal selam konvensional dengan AIP tidak akan hanya meningkatkan kemampuan Angkatan Laut Amerika tetapi juga memungkinkan AS untuk memasuki pasar senjata yang cukup besar sementara memberikan kekuatan untuk memasok sekutu dengan alat yang mereka butuhkan untuk pencegahan. Jika Amerika telah kehilangan kemampuan membanguh kapal selam model ini karena telah lama meninggalkannya, maka transfer teknologi dari Jerman bukan hal yang sulit untuk dilakukan. Jadi kenapa Amerika tidak membangun kapal selam konvensional saja?
Sumber :
http://www.jejaktapak.com
http://www.jejaktapak.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar