Jakarta - Selama empat hari terakhir ada pemberitaan yang cukup mengusik hati para penggemar kemiliteran di tanah air. Sejumlah media online Rusia seperti bmpd memberitakan kehadiran satu varian baru dari BMP-3 yaitu BT-3F yang merupakan kendaraan angkut pasukan murni. Yang mengherankan, BT-3F dikatakan sebagai pesanan Korp Marinir TNI AL. Benarkah begitu?
Dari sisi kebutuhan, Korps Marinir memang butuh tambahan alutsista dalam bentuk ranratfib (Kendaraaan Pendarat Amfibi). Apalagi dengan pemekaran organisasi menyusul pembentukan Pasmar 3 di Sorong. Sudah tentu ada kebutuhan tambahan untuk mengadakan ranratfib. Prinsipal kendaraan pendarat Marinir adalah BTR-50P dan yang lebih baru LVTP-7. BTR-50P jelas sudah sangat tua dan butuh pengganti segera, walaupun sejumlah BTR-50P sudah menjalankan upaya repowering dan upgrade di pertengahan 1990-an.
Sumber berita tersebut datang dari wawancara media Moscow Defense Briefdengan Deputi Direktur perusahaan KTZ (Traktornie Zavody) Alexey Losev yang dengan anggaran perusahaan sendiri mengembangkan modifikasi dari BMP-3F dalam bentuk BT-3F.
BT kependekan dari Bronentransporter atau pengangkut pasukan. BT-3F yang dikembangkan KTZ akan dipamerkan dalam pameran di Rusia dan ditawarkan untuk kebutuhan AL Rusia. Alexey juga mengatakan bahwa Indonesia tertarik dengan produk mereka, walaupun secara umum pemberitaan dari media Rusia semacam ini cenderung bombastis dan perlu diverifikasi kebenarannya.
Nah, dari ranpurnya sendiri sosoknya memang cukup menarik. BT-3F secara umum menggunakan hull yang sama dengan BMP-3 yang ditenagai mesin diesel UTD-29M berdaya 500hp. Jarak jangkau BT-3F masih sama dengan BMP-3F, kurang lebih 600 kilometer. Yang berbeda pada BT-3F, terdapat ‘kabin’ yang atapnya lebih tinggi dari bagian depan kendaraan, yang dijadikan kompartemen untuk pasukan.
Untuk melihat ke arah luar, di pinggir atap kabin ini terdapat dua ‘jendela’ di tiap sisi untuk melihat ke arah atas. Modifikasi ini membuat BT-3F sepintas sangat mirip BTR-50P walaupun daya angkutnya masih kalah dengan ‘simbah’ BTR-50P.
Karena BT-3F tidak menggunakan kubah bermeriam, maka posisi komandan dan juru tembak kini digeser ke dalam kabin. Sementara di bagian depan pengemudi duduk di tengah kendaraan. Di bagian depan ada tiga palka terpisah, satu palka di kiri dan kanan pengemudi kemungkinan juga merupakan akses keluar pasukan.
Perubahan lainnya ada pada posisi juru tembak senapan mesin depan, yang pada BMP-3F ada di kiri-kanan depan. Pada BT-3F hanya stasiun kanan yang dipasang senapan mesin PKT 7,62mm, sisi kirinya dibiarkan kosong dengan plexiglass menggantikan dudukan senapan mesin.
Bagian kabin yang lebih tinggi merupakan kompartemen tempur untuk awak, dan dapat menampung sampai 14 pasukan bersenjata lengkap. Pasukan keluar dari pintu akses di atap kendaraan yang membuka ke kanan dan ke kiri, ditambah pintu akses belakang yang berukuran kecil.
Akses keluar utama dari atas ini merupakan keharusan karena desain mesin keluarga BMP-3 yang terpasang di lantai bagian belakang, sehingga tidak memungkinkan untuk membuat pintu akses yang sepenuhnya terbuka dari belakang.
Untuk sistem senjata, BT-3F cukup mengandalkan sistem senjata remote (RCWS) DPV-T bermodalkan senapan mesin 7,62x54mm PKTM, dengan sistem pertahananan berupa dua klaster pelontar granat asap dengan total berjumlah enam buah.Di dek tempat RCWS DPV-T terpasang masih ada lima periskop yang memberikan bidang pandang 180 derajat untuk komandan kendaraan yang kemungkinan besar juga bertugas sebagai juru tembak. Apabila pembeli menghendaki sistem RCWS lain yang mau dipasang, hal ini juga dapat dilakukan untuk menyesuaikan keinginan pembeli.
Mengenai kemungkinan Korps Marinir membeli BT-3F, pendapat penulis, jalannya masih jauh. BT-3F masih merupakan purwarupa yang belum mendapatkan sertifikasi dari Angkatan Bersenjata Rusia. Dari sisi kebutuhan, Korps Marinir sedang fokus untuk membenahi proteksi LVTP-7 dan berencana menambah beberapa unit lagi.
Kebutuhan lain yang tak kalah penting adalah pengadaan tank amfibi untuk Pasmar 3 karena stok PT-76 sebagai pemukul utama juga sudah sama tuanya dengan BTR-50P dan jelas juga perlu diganti. Kalau dalam jangka waktu menengah 3-5 tahun, barulah berita BT-3F diniatkan untuk dibeli baru masuk di akal. (Majalah Angkasa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar