Kamis, 04 Agustus 2016

Thales Lirod MK2: Radar Pengendali Tembakan di Korvet Diponegoro Class dan FPB-57 Nav V

 


Jakarta - Dalam dua bulan belakangan, nama KRI Diponegoro 365 lumayan banyak disebut, pasalnya korvet dari Satuan Kapal Eskorta (Satkor) Koarmatim ini dipercaya mewakili kekuatan TNI AL di ajang latma RIMPAC (Rim of the Pacific) 2016. Sebagai kapal kombatan, KRI Diponegoro 365 yang masuk ke SIGMA Class 9113 punya bekal beberapa andalan, diantaranya berupa kanon reaksi cepat Oto Melara 76 mm dan rudal anti serangan udara berbasis SHORADS (Short Range Air Defence System) MBDA Mistral dengan peluncur Tetral.
Sebagai alutsista modern, baik kanon Oto Melara 76 mm dan rudal Mistral Tertal sudah dioperasikan secara automatic remote dari PIT (Pusat Informasi Tempur). Dan bicara kemampuan serba canggih yang melekat di kedua senjata ini, tak bisa dilepaskan dari keberadaan perangkat radar pengedali tembakan (fire control radar). Sebagai sistem senjata berstandar NATO, radar pengendali tembakan di korvet Diponegoro Class berasal dari Eropa Barat, tepatnya Belanda.
2
Jenis radar pengedali tembakan yang diadopsi pada korvet KRI Diponegoro adalah Lirod (Lightweight Radar Optronic Director) MK2 buatan Thales Nederland B.V. Radar pengendali tembakan ini dirancang untuk mengatur tembakan dari kanon kaliber kecil dan menengah, plus mengatur tembakan dari rudal jarak pendek. Oleh pihak pabrikan, radar ini disebut punya cukup siap meladeni peperangan elektronik lewat Electronic counter countermeasures (ECCM). Adopsi radar yang beroperasi di frekuensi K band dan penggunaan kamera TV, dipercaya ideal untuk peran ECCM. Jadi dalam satu perangkat radar pengendali tembakan terdapat dua modul sensor, yakni radar K band dan kamera TV.
Dengan asas Doppler, sistem radar mampu mendeteksi sasaran kecil yang bergerak dinamis di permukaan, termasuk dalam kondisi cuaca buruk. Secara teori radar Lirod MK2 sanggup mengendus sasaran dari jarak 36 km. Melihat dari jangkauan radar, Lirod MK2 terasa pas untuk operasi di kawasan litoral. Selain fungsi sebagai radar pengendali tembakan, Lirod Mk2 juga bisa di switchke moda surveillance, sehingga dapat mendukung tingkat kesigapan tempur dan deteksi ancaman dini, Bila sasaran berhasil di deteksi, proses akuisisi sasaran bisa berlangsung relatif cepat dan efektif.
Lirod MK2 di KRI Lemadang 632, salah satu FPB-57 Nav V.
Lirod MK2 di KRI Lemadang 632, salah satu FPB-57 Nav V.
Fungsi pelacakan pada sasaran tak hanya dilakukan lewat radar K band, Lirod MK2 punya kemampuan sensor optronic (optical electronic) berupa kamera TV. Keberadaan kamera TV pada Lirod merupakan passive tracking yangdigunakan untuk mengetahui baringan dan elevasi suatu sasaran yang mempunyai jangkauan antara 10 meter sampai 20 km. Ini digadang sangat cocok digunakan untuk melaksanakan tracking pada kondisi radar silence. Selain perannya untuk mengendalikan tembakan kanon Oto Melara 76 mm, kamera TV juga bisa digunakan untuk modus optical surveillance.
Dari sisi output tangkapan radar, Lirod MK2 dapat menyuguhkan informasi dalam moda 1D, 2D dan 3D. Secara simultan sistem radar ini dapat menangani satu sasaran di udara dan satu sasaran di permukaan secara simultan. Selama proses penembakan, sistem radar juga akan melakukan kalkulasi posisi lontaran proyektil pada sasaran.
Juga Digunakan di FPB-57 Nav V
Sejatinya sebelum diadopsi oleh korvet Diponegoro Class, Lirod MK2 lebih dulu melekat pada kapal cepat jenis FPB-57 Nav V buatan PT PAL yang diluncurkan pada tahun 2000. Nama-nama FPB-57 Nav V pengguna Lirod MK2 adalah KRI Todak 631, KRI Lemadang 632, KRI Hiu 634, dan KRI Layang 635. Karena tak dibekali rudal anti serangan udara, Lirod MK2 di FPB-57 digunakan sebagai pengendali tembakan pada kanon Bofors 57 mm MK2
KRI Hiu 634.
KRI Hiu 634.
KRI Todak dengan nomer lambung baru (631) sebagai armada Satkat TNI AL.
KRI Todak dengan nomer lambung baru (631) sebagai armada Satkat TNI AL.
Spesifikasi Lirod MK2
Sensors
– Radar: K-band
– EO: Black & White camera IR camera (optional)
Radar system
– Antenna type: elliptical parabolic with monopulse cluster
– Antenna size: 1 m (H) x 0.4 m (W)
– Beamwidth: 0.55°(E) 1.5°(B)
– Frequency band: 35 GHz
– Transmitter type: TWT
– Average power: 100 W
– Instrumented Range limit: 36 km
– Processing: fully coherent Doppler processing
– Elevation movement: -30° to +85° (ref. ship’s deck)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar