Kamis, 11 Agustus 2016

Denmark Tawarkan Pembangunan Frigat ‘Plug and Play’ Iver Huitfeldt Class di Indonesia


Jakarta - Bagi pemerhati alutsista, nama Iver Huitfeldt Class dari Denmark mungkin sudah tak asing didengar, inilah peringkat keempat frigat paling mematikan versi defencyclopedia yang ditawarkan untuk TNI AL. Selain kapabilitas tempurnya yang tinggi, frigat dengan desain modular ini bakal menjadikan TNI AL sebagai pengguna kapal perang tercanggih di kawasan Asia Tenggara. Dan menyesuaikan dengan kebutuhan Indonesia, frigat berbobot 6.649 ton ini ditawarkan dengan fleksibilitas dan kustomisasi, bahkan Denmark menawarkan pembangunan kapal light destroyer ini di Indonesia.
Dalam pertemuan penulis bersama Casper Klynge, Duta Besar Kerajaan Denmark untuk Indonesia, disebutkan bahwa Denmark sangat serius untuk menawarkan frigat ini ke Indonesia. “Kami menawarkan frigat Iver Huitfeldt Class dalam fleksibilitas terkait perlengkapan senjata dan sensor yang dibutuhkan Indonesia. Kami juga menawarkan untuk pembangunan kapal perang ini di fasilitas galangan Indonesia, dan ini akan menjadi peluang positif bagi industri di dalam negeri, dan tentunya skema ToT (Transfer of Technology),” ujar Casper Klynge kepada Indomiliter.com.
Indomiliter bersama Duta Besar Denmark ujar Casper Klynge (kedua dari kiri).
Indomiliter bersama Duta Besar Denmark, Casper Klynge (kedua dari kiri).
Seperti dipaparkan dalam tulisan sebelumnya, frigat Iver Huitfeldt Class ditawarkan untuk menggantikan posisi frigat Van Speijk Class yang secara bertahap akan dipensiunkan mulai tahun 2017. Terkait dengan tawaran tersebut, bahkan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu sudah sempat melihat langsung sosok Iver Huitfeldt Class di Denmark pada bulan Maret silam. Meski nama Denmark masih terbilang pemain baru dalam jagad alutsista TNI, namun Denmark telah berhasil memasok perangkat radar Weibel untuk Kohanudnas (Komando Pertahanan Udara Nasional) dan radar Terma SCANTER di frigat Fatahillah Class.
spek2
Lebih teknis pada solusi yang ditawarkan, Odense Maritime Technology selaku principal Iver Huitfeldt Class memberikan beberapa opsi bila nantinya frigat ini diakuisisi oleh TNI AL. Yang pertama adalah solusi ‘plug and play,’ dimana persenjataan dan sensor dibangun melalu modul-modul. Tentunya muatan disini dapat disesuaikan dengan keperluan misi. Masa pakai yang berbeda dari komponen-komponen dapat diatasi secara individual sistem per sistem. Pola ini dipercaya dapat menghilangkan periode “off hire” yang panjang, dan secara praktis mampu meningkatkan usia pemakaian kapal. Dalam hal perawatan, muatan dan platform dapat dirawat secara independen, ini bisa memperdendek periode proses perawatan dan memperpanjang jam operasional.
Menhan Ryamizard Ryacudu di Pusat Informasi Tempur frigat Peter Willemoes (F362).
Menhan Ryamizard Ryacudu di Pusat Informasi Tempur frigat Peter Willemoes (F362).
Opsi kedua terkait ToT, Odense Maritime Technology selaku perancang menawarkan kerjasama yang erat dengan pihak galangan kapal dan TNI AL sebagai user. Dimana semua pihak bekerja dengan mengacu pada database yang sama, sehingga memaksimalkan proses ToT dari mulai tahap perancangan hingga tahap perakitan kapal di Indonesia.
Kemudian yang terakhir adalah muatan konten lokal, dimana sebagian pembangunan dan perakitan dapat dilakukan oleh galangan kapal Indonesia. Odense Maritime Technology menawarkan keterlibatan perancang kapal lokal dalam tahap rancangan dan rekayasa, serta principal akan membantu galangan kapal lokal selama fase konstruksi di Indonesia.
20160119_15
download
Secara umum, Iver Huitfeldt Class memiliki panjang 138,7 meter, lebar 19,75 meter, dan draft 5,3 m. Frigat ini disokong empat mesin diesel MTU 8000 20V M70 yang masing-masing berkekuatan 8,2 MW, sehinga dapat melaju hingga kecepatan 30 knots atau 56 km/jam. Kapal ini dapat menjelajah hingga 9.000 mil laut atau sekitar 17.000 km pada kecepatan 18 knots atau 33 km per jam.
Untuk mendukung misi udara, frigat ini juga dilengkapi dengan dek dan hanggar helikopter ukuran medium, seperti helikopter AW101 atau helikopter dengan berat 20 ton. Sebagai perbandingan dek dan hanggar pada Martadinata Class dirancang untuk helikopter berbobot maksimum 10 ton. Dibangun dengan standar tertinggi NATO, Iver Huitfeldt Class telah dioperasikan Denmark dalam misi anti bajak laut di Teluk Aden dan Samudera Hindia.(Indomiliter)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar