Jakarta - Jika tiada aral melintang, tak lama lagi etalase Batalyon Armed GS (Gerak Sendiri) TNI AD bakal bertambah, yakni dengan hadirnya 20 unit Self Tracked Propelled Howitzer M109A4 Paladin dari Belgia. Ini tentu angin segar, mengingat kekuatan Batalyon Armed (Yon Armed) GS, khususnya yang berbasis self tracked (tank) sejak tiga dekade lebih belum mendapat peremajaan alutsista.
Sampai saat ini, TNI AD mempunya dua Yon Armed GS, yaitu Yon Armed-4/105 GS yang berada di bawah Kodam III Siliwangi – bermarkas di Cimahi, Jawa Barat. Dan Yon Armed-7/105 GS Bring Galih yang berada di bawah Kodam Kodam Jaya – bermarkas di Cikiwul, Bekasi. Tumpuan kekuatan dua Yon Armed GS adalah AMX MK61 buatan Perancis yang dibekali meriam Howtizer kaliber 105 mm. Dirunut dari usianya, AMX MK61 yang didatangkan akhir tahun 70-an, plus kaliber meriam yang kurang ‘garang, maka hadirnya M109A4 Paladin bisa menjadi motivasi baru bagi awak Armed GS TNI AD.
Awalnya banyak pihak yang memperkirakan jenis yang Self Tracked Propelled Howitzer yang akan diakuisisi TNI AD adalah K9 Thunder buatan Samsung Techwin. Dasar perkiraan ini lantaran kerjasama antara Indonesia dan Korea Selatan yang cukup erat dalam produksi alutsista. Sampai saat ini sebagian besar howitzer TNI AD dibeli dari Korsel. Dua tipe howitzer yang di datangkan dari Korsel adalah KH-178 105 mm dan KH-179 155 mm. Ditambah pihak Korsel tidak pelit untuk urusan ToT (Transfer of Technology). Ditambah K9 Thunder dirancang dari penyempurnaan M109 Paladin, jadi besar kemungkinan K9 Thunder lebih unggul dalam beberapa aspek.
Namun, prediksi diatas ternyata keliru, dan yang diakuisisi oleh Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI adalah M109A4 Paladin, yang berstatus bekas pakai AD Belgia. Sebagau negara NATO, Belgia punya ratusan unit M109 dari seri A2/A3 dan A4 yang totalnya ada 127 unit. Dari jumlah tersebut 64 telah di upgrade menjadi versi A4, dan kemudian 20 unit diantaranya dijual ke Indonesia, dan 40 unit lainnya dijual ke Brasil. Selain M109A4 Paladin, TNI AD juga mendapatkan armada ranpur APC M113 A1 bekas pakai AD Belgia.
M109 Paladin sendiri sudah terbilang masyur namanya dalam jagad alustista, namanya sudah mentereng sejak Perang Vietnam, Perang Yom Kippur, Perang Iran Irak, Perang di Sahara, Perang Teluk, Perang Irak, dan yang terbaru digunakjan Arab Saudi saat menyerang Yaman. Di Asia Tenggara, selain Indonesia, Thailand (20 unit) dan Malaysia (30 unit) juga menjadi pemilik Paladin. Ironisnya seri Paladin kedua jiran lebih baru dari milik Indonesia, Thailand dengan M109A5 dan Malaysia dengan M109A6.
M109 sejak awal merupakan desain baru, alias bukan berbasis ranpur yang sudah eksis seperti halnya AMX MK61 yang berasal dari platform AMX-13. Dengan desain baru, desainer M109 lebih leluasa menentukan tata letak pengaturan ruangnya, disesuaikan dengan kebutuhan artileri gerak sendiri yang khas. Pada M109, mesin ditempatkan disebalah kana n, dengan kisi-kisi radioator dan lubang gas buang (exhaust) di bagian atas bodi. Disisi kiri depan terdapat ruang untuk pengemudi, dengan lubang berpintu tunggal. Pengemudi (driver) dilengkapi dengan tiga unit periskop, termausk sudah mengakomodor perangkat bantu lihat malam alias night vision system.
Dalam simulasi pertempuran, mau sekuat atau selemah apa pun armor yang dimiliki, bagian belakang kendaraan tepat menawarkan perlindungan terbaik. Sehingga logis jika proses pemuatan ulang (reloading) amunisi howitzer dilakukan dari bagian belakang kendaraan. Bukan dari samping atau atas. Posisi pintu utama atau main hatch ini terletak di bagian belakang dengan posisi bukaan menyamping yang tidak menggangu perputaran kubah (turret), meski pada prakteknya kubah tak diputar saat pintu ditu dibuka dan proses reloading berlangsung.
Kubah tempat meriam howitzer merupakan ruang utama bagi seluruh awak M109, kecuali driver yang terpisah. Komandan duduk di sebelah kanan, dengan bagian atasnya terdapat hatch yang membuka ke belakang. Di posisi tersebut terdapat kupola yang dapat berputar, dipersenjatai SMB (Senapan Mesin Berat) Browing M2HB kaliber 12,7 mm, jika mau masih terdpat dudukan tambahan untuk peluncur granat. Sementara disebelah kiri merupakan tempat untuk penembak yang berperan mengarahkan laras howitzer dan tentu juga Ia yang melepaskan tembakan. Lalu di posisi belakang ada dua awak pemuat amunisi (loader).
Untuk perlindungan, keseluruhan bodi M109 dilapisi alumunium armor, termasuk pada bagian kubah. Pada dinding interior tak lupa disematkan Kevlar spall liners. Level proteksinya memang tak setinggi MBT (Main Battle Tank) Leopard 2A4, namun tetap memberikan perlindungan cukup prima untuk peluru kaliber kecil dan menengah.
Sistem penggerak roda rantai (track) M109 terdiri dari tujuh roadwheel dan sebuahdrive sprocket di bagian depan, serta sebuah idler di belakang. Track-nya sendiri dari tipesingle pin center guide dengan rubber pad yang dapat diganti di lapangan. Di bagian samping pintu utama (main hatch) terdapat semacam “sekop” besar yang dapat diturunkan dan ditancapkan ke tanah untuk dijadikan semacam jangkar yang menahan hentakan balik (recoil) amat kuat saat M109 menembakkan proyektil dengan mesiu pendorong (propelling charge) maksimum.
Dari aspek fire power, M109A4 Paladin mengadopsi jenis L/39 Howitzer M185 kaliber 155 mm. Jarak tembak konvensionalnya mencapai 18 km, sementara bila menggunakan RAP (Rocket Assisted Projectile) lontaran proyektil sanggup menjangkau sasaran sejauh 30 km. Sudut elevasi laras dapat digerakkan -3 sampai 75 derajat.
Bagaimana dengan kecepatan tembak? Karena pola pengisian amunisi masih manual, maka akan berpulang pada kecakapan dari team loader itu sendiri. Secara teori bila awak M109 cukup terlatih, maka dalam satu menit bisa ditembakkan 4 proyektil, namun untuk tembakan berkelanjutan umumnya satu menit satu proyektil. Dalam sekali jalan, kubah M109 Paladin dapat dimuati 39 amunisi, termasuk 2 copperhead rounds.
Untuk urusan dapur pacu, semua varian M109 Paladin disokong mesin diesel buatan General Motors, yakni Detroit Diesel 8V71T dengan delapan silinder yang dilengkapi perangkat turbocharger, dengan semburan daya maksimum 405 hp. Kecepatan laju kendaraan berbobot 28,5 ton ini mencapai 56 km per jam di jalan raya, dengan jarak tempuh hingga 350 km.
Ciri pembeda M109A4 dibanding seri A1, A2 dan A3 adalah adanya penambahan filter anti nubika (nuklir, biologi dan kimia). Dalam proyek RAM (reliability, availability and maintainability) juga ditingkatkan kinerja subsistem antara lain filter udara mesin, kipas pendingin mesin, mekanimsme putaran kubah, protective cover untuk berbagai sensor diatas bodi serta penambahan starter circuit relay. (Indomiliter)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar