Minggu, 31 Juli 2016

Aksi Dakota dalam Kampanye PRRI


Sejarah - Dari kokpit C-47 Dakota, Letnan Udara Satu Sukardi melihat di kejauhan pemburu P-51Mustang dan pembom B-25 Mitchell masih melepaskan tembakan ke bawah dengan manuver menakutkan. Sesaat lagi ke-24 Dakota akan menerjunkan ratusan pasukan payung APRI di Tabing, Padang.
Dibanding merebut Pekanbaru dan Medan, Operasi 17 Agustus untuk menduduki Kota Padang pada 17 Maret 1958, relatif lebih mudah dari sisi penerbangan. Karena pada saat akan menyerang Padang, AURI sudah mempunyai modal tiga lapangan terbang di Pulau Bintan (Kijang), Pekanbaru (Simpang Tiga), dan Medan (Polonia).
Operasi perebutan Padang bisa disebut sebagai klimaks dari tiga operasi yang disiapkan oleh GKS (Gabungan Kepala Staf) dalam menyudahi petualangan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) di Sumatera.
Seperti ditulis dengan sangat baik oleh Marsekal (Pur) Sukardi di bukunya, “Saatnya Berbagi Pengalaman dan Rasa Sukardi Marsekal TNI (Purn)” dan dikutip di tulisan ini, untuk merebut kembali secara militer seluruh wilayah di Sumatera Utara dan Tengah, telah disiapkan tiga operasi. Yaitu Operasi Tegas untuk menguasai kembali wilayah Riau, dipimpin oleh Letkol Inf Kaharuddin Nasution. Operasi Saptamarga untuk merebut Sumatera Timur dan Tapanuli, dipercayakan kepada Brigjen TNI Djatikusumo. Serta merebut Sumatera Barat, disiapkan Operasi 17 Agustus dengan komandan Kolonel Inf Achmad Yani. Sikap mendua Kolonel Barlian di Sumatera Selatan pun tidak dibiarkan berkembang lebih jauh, sehingga GKS mengirim Letkol dr Ibnu Sutowo dan pasukannya lewat Operasi Sadar. Sikap simpati Barlian kepada PRRI pula yang menjadikan GKS membatalkan penggunaan lapangan terbang Palembang sebagai pangkalan aju.
Soal Kolonel Barlian, Sukardi tiba-tiba ingat kejadian beberapa tahun silam saat dia menjadi staf ahli Menkopolhukam Soesilo Soedarman. Ketika itu muncul aspirasi dari rakyat Palembang untuk mengubah nama bandara menjadi Bandara Barlian. Oleh menteri, hal ini didiskusikan dengan Sukardi, yang kemudian menjelaskan bahwa sikap simpati Barlian kepada PRRI meninggalkan catatan buruk dalam karier militernya. Sang menteri pun mengabaikan permintaan kelompok yang mengatasnamakan rakyat itu.
GKS memang memprioritaskan untuk merebut wilayah Riau secepatnya karena alasan strategis. Di antaranya karena di wilayah tersebut terdapat kilang minyak Caltex yang banyak mempekerjakan warga asing terutama dari Amerika Serikat. Walau di sisi lain, anehnya, para petualang PRRI dan juga Permesta, mendapat dukungan secara diam-diam dari  AS lewat badan intelijen CIA.
Operasi Tegas adalah operasi gabungan laut dan udara. Pasukan KKO (Korps Komando) AL dan Batalion 528 Brawijaya didaratkan dari Sungai Siak Indragiri, sementara PGT (Pasukan Gerak Tjepat) dan RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat) diterjunkan dari udara. Namun karena ALRI butuh waktu untuk mencapai Pekanbaru karena harus menelusuri sungai, maka tak ada pilihan operasi udara harus dilaksanakan segera. Karena operasi gabungan, Letkol Kaharuddin dibantu oleh Letkol Udara Wiriadinata sebagai Wakil Komandan I dan Mayor KKO Indra Subagio sebagai Wakil Komandan II.
Diharapkan menjadi yang terdepan, tidak mudah bagi AURI untuk mewujudkannya. Pasalnya tak satupun lapangan terbang di Sumatera yang bisa dipergunakan karena sudah dikuasai oleh pihak PRRI. Hanya satu yang tersisa, yaitu lapangan terbang Kijang di Bintan yang biasa disebut Tanjung Pinang (sebenarnya ini nama kota di Pulau Bintan), sekitar 350 kilometer dari Pekanbaru.
Sejatinya lapangan terbang ini memiliki sejumlah kelemahan seperti tidak tersedianya fasilitas pengisian bahan bakar. Panjang landasan hanya 1.000 meter dan terbuat dari campuran batu dan tanah yang dipadatkan. Taxiway juga tidak tersedia, tempat parkir pesawat sangat terbatas. Penerangan landasan hanya mengandalkan obor-obor minyak tanah yang diistilahkan gooseneck.
Hanya itulah pilihan yang tersedia, padahal Dakota yang akan membawa pasukan payung tidak mampu terbang nonstop dari Jakarta ke Pekanbaru dan kembali lagi ke Jakarta. Legenda Perang Dunia II ini butuh stop over untuk refueling. Alhasil ketika sekitar 50 pesawat AURI dari berbagai jenis yang dilibatkan dalam Operasi mendarat di Kijang, suasananya tak ubahnya terminal bus bayangan. Pesawat di parkir di kiri dan kanan landasan pacu, sangat berdesak-desakan, wing to wing, pun tidak aman.
Peralatan komunikasi dan navigasi pangkalan hanya mengandalkan radio VHF/UHF berkekuatan sedang. Itupun masih mengkhawatirkan karena pasokan listrik yang terbatas. Karena pancaran sinyal alat pemandu navigasi tidak terlalu besar, pesawat yang akan mendarat baru bisa menangkap sinyalnya sekitar 30 mil dari pangkalan.
Menurut catatan Sukardi, sistem pertahanan pangkalan juga setali tiga uang, sesuai kemampuan APRI kala itu. Begitu pula sistem radar, tidak ada sama sekali. Bagaimana mungkin sebuah pangkalan induk tidak dilindungi oleh radar atau sistem pertahanan udara.
Karena itu pertahanan pangkalan terhadap kemungkinan serangan udara lawan, jika ada, dilaksanakan oleh pesawat Mustang. Secara rutin pesawat pemburu ini melakukan patroli udara di sekitar lapangan terbang. “Kalaulah ada sabotase saat itu, habislah sudah AURI,” kenang Sukardi kepada Angkasa di kediamannya di kawasan Jakarta Selatan.
Persiapan matang
Setelah Pekanbaru berhasil direbut pasukan APRI pada 12 Maret 1958, keberhasilan juga diperoleh lebih mudah ketika menduduki Medan. Pasukan yang semula diterjunkan di Pekanbaru, setelah alih kodal dengan pasukan darat, kemudian diterjunkan kembali di Medan. Perebutan Medan dilakukan dalam sebuah airborne operation skala kecil di Belawan pada 17 Maret yang melibatkan PGT dan RPKAD.
Penerjunan dibarengi dengan pendaratan amfibi oleh KKO di pelabuhan Belawan disusul pendaratan pasukan AD dari Batalion 322. Operasi ini dirancang secara mendadak setelah laporan intelijen menyampaikan bahwa Medan diduduki oleh pasukan yang loyal kepada Mayor Boyke Nainggolan. Karena operasi dadakan ini, rencana Operasi 17 Agustus di Padang mengalami penundaan sesaat. Selesai menerjunkan pasukan, Sukardi dan 11 pesawat Dakota lainnya bermalam di Medan, bersiap untuk menyerang Padang.

Terima Kasih Hercules


Sejarah - Peran pesawat angkut yang satu ini memang sudah tak perlu diragukan lagi. Dari mulai angkutan pasukan, logistik, penerjunan, hingga misi kemanusiaan. Digunakan pertama kali oleh AU AS pada tahun 1956, hingga kini C-130 Hercules masih menjadi tulang punggung angkutan udara militer dan dioperasikan di 70 negara.
C-130A tipe basic pertama kali dioperasikan oleh AU AS (USAF) tahun 1956 di 463d Troop Carrier Wing, Lanud Admore, Oklahoma dan di 314th Troop Carrier Wing, Lanud Stewart, Tennessee. Sementara negara di luar AS yang pertama kali mengoperasikan C-130A adalah AU Australia (RAAF) yang menerima 12 pesawat tersebut tahun 1958.

Sumber gambar: Suharso Rahman
Sumber gambar: Suharso Rahman

Indonesia dan Kanada menjadi negara pertama di luar AS yang menggunakan C-130 Hercules tipe B. Indonesia (AURI) menerima 10 C-130B terdiri dari delapan versi angkut (C-130B) dan dua versi tanker (KC-130B) pada Maret 1960 semasa pemerintahan Presiden Sukarno. Sementara AU Kanada menerima varian B pada Oktober-November tahun 1960 yang kemudian kodenya diubah menjadi C-130 Mk I.
Selain digunakan oleh Angkatan Udara, C-130 Hercules juga pernah digunakan oleh Korps Marinir AS (USMC). Pesawat varian tanker KC-130F milik USMC yang dipinjamkan ke US Naval Air Test Center ini bahkan mencatatkan rekor sebagai pesawat terbesar dan terberat yang lepas landas dan mendarat di kapal induk USS Forrestal (CVA-59) sebanyak 29 kali tahun 1963.

C-130 Hercules
Sumber gambar: Suharso Rahman

Sebanyak 21 kali proses touch and go itu, pesawat bahkan tidak menggunakan arrester hook saat mendarat dan 21 kali lepas landas tanpa asistensi dengan bobot muatan berbeda-beda. Pesawat tersebut kini disimpan di National Museum of Naval Aviation di NAS Pensacola, Florida.
C-130 Hercules telah dibuat lebih dari 2.300 unit oleh Lockheed/Lockheed Martin dan menjadi pesawat yang masih diproduksi setelah 50 tahun dioperasikan. Tipe terbaru adalah C-130J Super Hercules yang telah dioperasikan di antaranya oleh USAF, USMC, AU Inggris, dan AU Italia.
Sapu jagat

Sumber Gambar: Kaskus.co.id
Sumber Gambar: Kaskus.co.id

Ketika berbagai bencana melanda di Tanah Air maupun di beberapa negara tetangga seperti yang terjadi bulan lalu di Filipina, pesawat C-130 TNI AU kembali memainkan peran vitalnya. Bantuan kemanusiaan berupa logistik yang dibutuhkan para korban bencana Topan Haiyan, di Filipina segera diberangkatkan dari Jakarta.
TNI AU mengerahkan empat pesawat C-130E/H gabungan dari Skadron Udara 32 dan Skadron Udara 31. Di Filipina Hercules mengerahkan otot-otonya untuk mengangkut pengungsi maupun logistik selama satu minggu.
Di dalam negeri, berbagai latihan penerjunan, pergeseran pasukan, angkutan kendaraan khusus, bahkan dukungan kegiatan olahraga dirgantara, juga dilakukan menggunakan C-130. Bila sekali waktu kita pernah ikut dalam penerbangan pesawat Hercules, mungkin kita baru akan merasakan bagaimana peran pesawat pengangkut ini mendukung mobilisasi antarpulau di negeri kepulauan terbesar di dunia ini.
Terima kasih Hercules. Terima kasih untuk segenap kru yang setiap hari mulai dini hingga petang bahkan malam hari, tidak henti mengabdi. Hercules Sang Penjelajah, tak pernah lelah mengarungi alam raya mengemban tugas mulia. 

Ini Dia Keseruan Latihan Prajurit Marinir


Situbondo - Prajurit Marinir TNI AL melaksanakan operasi pendaratan amfibi di Pantai Banongan, Asembagus, Situbondo. Jawa Timur Jumat (29/07/2016). Pendaratan amfibi prajurit Korps Marinir TNI AL yang disaksikan oleh Komandan Pasmar-1 Brigjen TNI (Mar) Lukman, S.T., M.Si (Han), Dankolatmar Kolonel Marinir Imam Sopingi serta para pejabat teras Korps Marinir tersebut dalam rangka Latihan Marinir Terpadu (Latmardu) tahun 2016.
Prajurit Marinir TNI AL melaksanakan operasi pendaratan amfibi di Pantai Banongan, Asembagus, Situbondo. Jawa Timur Jumat (29/07/2016) dalam rangka Latihan Marinir Terpadu (Latmardu) tahun 2016. Sumber gambar: Dispen Korps Marinir
Sumber gambar: Dispen Korps Marinir
Prajurit Marinir TNI AL melaksanakan operasi pendaratan amfibi di Pantai Banongan, Asembagus, Situbondo. Jawa Timur Jumat (29/07/2016) dalam rangka Latihan Marinir Terpadu (Latmardu) tahun 2016. Sumber gambar: Dispen Korps Marinir
Sumber gambar: Dispen Korps Marinir
Sebelum pelaksanaan pendaratan, terlebih dahulu dilaksanakan latihan Terjun Tempur (Jumpur) oleh prajurit Yontaifib-1 Mar dan latihan Pendaratan Khusus (Ratsus).
Prajurit Marinir TNI AL melaksanakan operasi pendaratan amfibi di Pantai Banongan, Asembagus, Situbondo. Jawa Timur Jumat (29/07/2016) dalam rangka Latihan Marinir Terpadu (Latmardu) tahun 2016. Sumber gambar: Dispen Korps Marinir
Sumber gambar: Dispen Korps Marinir
Prajurit Marinir TNI AL melaksanakan operasi pendaratan amfibi di Pantai Banongan, Asembagus, Situbondo. Jawa Timur Jumat (29/07/2016) dalam rangka Latihan Marinir Terpadu (Latmardu) tahun 2016. Sumber gambar: Dispen Korps Marinir
Sumber gambar: Dispen Korps Marinir
Pendaratan amfibi dipimpin oleh Komandan Pasrat Letkol Marinir Bakti Dasasasi Penanggungan, S.E yang sehari-hari menjabat Komandan Batalyon Infanteri-3 Marinir. Selain melibatkan prajurit, Korps Marinir TNI AL juga menurunkan beberapa material tempur yang dimiliki Korps Marinir TNI AL.
Prajurit Marinir TNI AL melaksanakan operasi pendaratan amfibi di Pantai Banongan, Asembagus, Situbondo. Jawa Timur Jumat (29/07/2016) dalam rangka Latihan Marinir Terpadu (Latmardu) tahun 2016. Sumber gambar: Dispen Korps Marinir
Sumber gambar: Dispen Korps Marinir
Prajurit Marinir TNI AL melaksanakan operasi pendaratan amfibi di Pantai Banongan, Asembagus, Situbondo. Jawa Timur Jumat (29/07/2016) dalam rangka Latihan Marinir Terpadu (Latmardu) tahun 2016. Sumber gambar: Dispen Korps Marinir
Prajurit Marinir TNI AL melaksanakan operasi pendaratan amfibi di Pantai Banongan, Asembagus, Situbondo. Jawa Timur Jumat (29/07/2016) dalam rangka Latihan Marinir Terpadu (Latmardu) tahun 2016. Sumber gambar: Dispen Korps Marinir
Prajurit Marinir TNI AL melaksanakan operasi pendaratan amfibi di Pantai Banongan, Asembagus, Situbondo. Jawa Timur Jumat (29/07/2016) dalam rangka Latihan Marinir Terpadu (Latmardu) tahun 2016. Sumber gambar: Dispen Korps Marinir
Sumber gambar: Dispen Korps Marinir

Menunggu Changbogo


Jakarta - Armada striking force bawah laut Indonesia sedang bersiap-siap menunggu kedatangan kapal selam canggih buatan Korea Selatan, Changbogo. Akhir tahun ini atau awal tahun depan satu dari tiga kapal selam yang dipesan sudah dapat dioperasionalkan oleh korps Hiu Kencana. Kedatangan kapal selam Changbogo itu nantinya sekaligus memecahkan rekor jumlah kapal selam Indonesia yang selama hampir setengah abad hanya berjumlah dua biji tok.




Iya, sebuah negara kepulauan tropis terbesar di dunia selama puluhan tahun memunggungi lautnya. Sehingga nelayan asing pesta pora mengambil ikan dan bahkan mungkin ikut memetakan data intelijen bawah laut. Sekarang baru siuman dan sadar dari kebodohannya. Kemudian bangun melalui srikandi Pangandaran “Angelina Jolie” Susi Puji Astuti menangkap dan menenggelamkan puluhan kapal nelayan asing.

Indonesia sedang membenahi manajemen kelautannya termasuk memperkuat barisan keamanan dan pertahanan laut. Untuk keamanan laut sudah dibentuk Bakamla (Badan Keamanan Laut) yang sedang dibesarkan dengan puluhan kapal penjaga pantai Coast Guard. Dalam lima tahun ke depan setidaknya sudah tersedia 30-35 kapal penjaga pantai. Itu sebabnya industri galangan kapal swasta nasional kita saat ini sedang bergembira ria dengan panen order buat kapal-kapal Bakamla termasuk juga dari berbagai institusi yang beroperasi di bidang kelautan seperti Bea Cukai, Polisi Air, Kemenhub.

KRI Nanggala 402, sudah dimodernisasi di Korsel

Dengan adanya Bakamla tugas TNI AL diringankan karena ada sinergi alias bagi-bagi tenaga untuk menjaga keamanan laut. Itu sebabnya armada kapal perang Indonesia yang berstatus KRI jumlahnya tidak akan beranjak dari 160-165 unit. Jumlah itu dianggap memadai dan seluruhnya sedang dan akan dimodernisasi melalui empowering dan pergantian kapal perang. TNI AL akan fokus pada apa yang disebut “gugus tempur laut” meski tetap mengawal “gugus keamanan laut” bersama kapal-kapal Bakamla.


Nah untuk kekuatan armada kapal selam kita yang jumlahnya “selalu dua” selama puluhan tahun, sangat memalukan jika tidak ditambah. Untunglah kita masih punya rasa malu. Ingat dengan sejarah Trikora, ketika kita punya kapal selam “Whiskey Class” sampai 12 biji si Belanda mulai berhitung ulang. Kekuatan penggentar bawah laut Indonesia adalah salah satu faktor penentu hengkangnya kolonialisme Belanda di Papua tahun 1963. Tolong catat itu.


Dengan perjuangan panjang, saling sikut dan penuh tikungan maut, selama hampir delapan tahun mencla mencle, akhirnya pemerintahan SBY pada akhir Desember 2011 menandatangani kerjasama pengadaan kapal selam dengan Korsel melalui mekanisme transfer teknologi. Kita pesan tiga biji, yang dua dibuat di Korsel dan yang satu terakhir dibuat di PAL Surabaya. Nilai kontrak ketiganya US $ 1,1 milyar.

Ketiga kapal selam ini diprediksi akan bernama KRI Nagabanda 403, KRI Trisula 404 dan KRI Nagarangsang 405. Tentu kehadiran ketiga kapal selam canggih ini seperti melepas beban sesak nafas selama ini bagi korps Hiu Kencana yang hanya punya dua kapal selam tua berusia hampir 40 tahun. Lebih dari itu setidaknya ada rasa percaya diri untuk memastikan ruang bawah laut kita ada dalam kontrol pengawasan Hiu Kencana.

Tentu kita berharap serial Changbogo tidak berhenti sampai bilangan nominal tiga. Sebagaimana harapan Hiu Kencana yang mottonya “Tabah Sampai Akhir”, jumlah kekuatan kapal selam Indonesia yang harus dicukupi ada di angka 12-14 kapal selam untuk menjaga 3 ALKI yang strategis. Dengan model transfer teknologi dimana kapal selam ketiga dan seterusnya sudah bisa dibuat oleh para insinyur Indonesia di PT PAL dengan supervisi Korsel tentu ini sangat membanggakan. Jangan sampai niat yang sudah bagus ini kemudian dipatahkan oleh inkonsistensi pengambil kebijakan, lalu memesan kapal selam jenis lain.

Persoalan di hampir semua model pengambil kebijakan kita adalah ganti pejabat ganti selera. Proyek Changbogo ini sangat membanggakan jika nantinya kita sudah bisa buat kapal selam sendiri. Sama dengan proyek kapal perang yang dikenal dengan PKR 10514 kerjasama Belanda dan PAL, sampai pembuatan kapal perang kedua semua berjalan bagus. Tapi ilmu yang didapat dari pembuatan 2 PKR 10514 itu seakan ingin dimentahkan dengan program inkonsistensi itu. Padahal Belanda menyediakan opsi membuat sampai 20 unit kapal perang modern kita.

Proyek PKR 10514, Jet tempur IFX dan Changbogo adalah kebanggaan kita sebagai bangsa karena dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan kita sudah menguasai teknologi industri pertahanan strategis. Jangan sampai kebanggaan sebagai bangsa besar dikalahkan oleh naluri makelar demi “bank saku”. Semua proyek alutsista model transfer teknologi itu sudah ada pada jalan yang benar. Changbogo sedang kita tunggu dan semoga jumlahnya tidak berakhir di nominal tiga tetapi akan berlanjut sampai tiga belas atau empat belas. Semua demi kehebatan bangsaku, bukan “bank saku”.

PMRobotics JT-240: Drone Penantang Kanon Oerlikon Skyshield Paskhas TNI AU


Jakarta - Untuk saat ini, CIWS (Close In Weapon System) Oerlikon Skyshield kaliber 35 mm yang dioperasikan Detasemen Hanud (Denhanud) Paskhas TNI AU adalah kanon SHORAD (Short Range Air Defence System) tercanggih yang ada di Indonesia. Namun untuk mensahkan predikat canggih dan handal pada kanon buatan Rheinmetall Air Defence Swiss ini, perlu dilakukan uji coba penembakan dalam menghadapi sasaran bergerak di udara.
11831752_1452133701759923_1454993193498724461_n
JT-240-Jet-Target-3-1
Yang dimaksud sasaran bergerak di udara tak lain adalah drone. Ya, target drone masih dipercaya untuk menjajal kesiapan sistem alutsista dan awak kanon terhadap kondisi peperangan yang mendekati keadaan sebenarnya. Oerlikon Skyshield yang mengusung jenis laras Contraves 35/1000 kaliber 35 mm L79 GDF-007 dengan mekanisme gas serta pendingin berupa air, digadang mampu melibas sasaran berupa helikopter, jet tempur yang terbang rendah, sampai rudal jelajah. Kecepatan tembak kanon laras tunggal ini juga fantastis, yakni melontarkan 1.000 proyektil dalam satu menit. Tak heran bila PKR (Perusak Kawal Rudal) Martadinata Class TNI AL (aka – SIGMA Class 10514) juga mengusung versi naval kanon ini, yaitu Oerlikon Millenium.
11800556_1452133768426583_1146710357149585974_n
Lebih detail tentang kanon Oerlikon Skyshield dapat disimak pada tautan judul artikel dibawah ini.
Sebagai sistem terpadu yang terdiri dari fire control unit, sensor radar, dan commando post, Oerlikon Skyshield TNI AU kali ini ditantang oleh target drone jenis JT-240. Target drone buatan PMRobotics GmbH, Swiss ini memang unik dibanding target drone yang biasa digunakan TNI AD/TNI AU. Pasalnya target drone ini tak menggunakan mesin propeller baling-baling, sosoknya lebih mencerminkan sebuah jet tempur dalam ukuran mini. Sebagai mesin propeller memang JT-240 mengusung mesin turbin dengan kekuatan 165N.
11822385_1452133775093249_932087922284374932_n
Operator pengendali JT-240.
Tampilan suasana di dalam Command Post Skyshield.
Tampilan suasana di dalam Command Post Skyshield.
Sesi uji coba diselenggarakan oleh Detasemen Hanud (Denhanud) 472 Paskhas, berlangsung pada awal Mei lalu dengan mengambil lokasi di daerah Pandanwangi Pesisir Pantai Lumajang, Jawa Timur. Dalam uji coba ini dihadiri para pejabat Kemhan, Mabesau, para Asisten Korpaskhas, Depohar 60, para Danwing Paskhas, Danpusdiklat Paskhas dan para jajaran Dandenhanud Paskhas, dan pihak mitra PT. Adhityatama Perkasa Putra serta Produsen Rheinmetall Air Defence.
JT-240-Jet-Target
JT-240-Jet-Target-4
Kegiatan ini dilaksanakan untuk uji dinamis dengan menggunakan Target Drone Jet dengan profile Head On dapat dideteksi oleh Sensor Unit/Radar dan dapat dihancurkan dengan Oerlikon Skyshield. Serta dilangsungkan uji statis melaksanakan Tracking oleh sensor unit/Radar dengan sasaran berupa Target Drone Jet dengan menggunakan Oerlikon Skyshield dan Rudal Chiron buatan Korea Selatan. Pada hari berikutnya, personel Denhanud Paskhas melaksanakan uji coba penembakan senjata Oerlikon Skyshield mulai dari mulai penyiapan amunisi, loading, penentuan fiktif point di dalam Command Post serta sistem penembakan mulai dari single, rapid dan burst sampai prosedur penembakan.
Berdasarkan informasi yang Indomiliter dapatkan dari Manuel Metz, perwakilan PMRobotics GmbH, disebutkan bahwa JT-240 dalam sesi uji penembakan bermanuver dengan navigasi otomatis lewat 3D waypoint. Ini artinya manuver drone sudah ditentukan sebelumnya berdasarkan pointing koordinat GPS (Global Positioning System). Meski begitu, untuk momen take off dan landing, kendali drone ini beralih ke manual dengan remote control oleh operator.
JT-240 berhasil ditembak, uji coba berlangsung sukses.
JT-240 berhasil ditembak, uji coba berlangsung sukses.
Beda dengan target drone Meggit BTT-3 Banshee yang pernah digunakan Arhanud TNI AD saat menjajal rudal MANPADS Mistral Atlas, JT-240 tidak diluncurkan lewat sistem pelontar, drone JT-240 lepas landas dan mendarat cukup dengan runway sepanjang 200 meter. Pola konfigurasi pada JT-240 juga dapat dikustomisasi sesuai kebutuhan level latihan. JT-240 punya kecepatan maksimum 60 meter per detik atau 260 Km per jam. Masih kalah cepat dengan target drone NRIST S-70 yang digunakan Paskhas dalam uji coba penembakan rudal QW-3. NRIST S-70 yang buatan Cina, dengan mesin propeller mampu melaju hingga 300 Km per jam.
Untuk urusan payload, JT-240 sanggup membawa smoketrails dan sensor pod dengan bobot maksimum 500 gram. Spesifikasi JT-240 memang imut, drone dengan balutan cat warna hitam ini punya berat kosong 21 kg dan berat penuh dengan bahan bakar mencapai 29 kg. JT-240 punya panjang 2,6 meter, lebar rentang sayap 2,4 meter. Pola sistem kendali target drone ini mengusung model LoS (Line of Sight) dengan jangkauan data link sampai 40 Km. Sementara untuk endurance, target drone ini dapat di setting untuk lama terbang 35 menit. (Haryo Adjie)
Spesifikasi PMRobotics JT-240:
– Lenght: 2,6 meter
– Wingspan: 2,4 meter
– Weight empty: 21 kg
– Weight full: 29 kg
– Payload: 0,5 kg
– Engine: turbine engine with a downrated trust of 165N
– Endurance: 35 minute
– Range: 40 Km

Jumat, 29 Juli 2016

Iver Huitfeldt Class: Lebih Perkasa dari Formidable Class, Ini Dia “Bakal Calon” Pengganti Frigat Van Speijk TNI AL

Jakarta - Rencananya, mulai tahun depan TNI AL secara bertahap akan memensiunkan frigat Van Speijk, hingga akhirnya kesemua unit frigat asal Belanda ini akan masuk masa purna tugas di tahun 2024. Berkurangnya kapal perang dari Satuan Kapal Eskorta (Satkor) sudah diantisipasi dengan pengadaan jenis kapal baru, salah satunya dengan hadirnya frigat Martadinata Class (aka – SIGMA Class 10514). Namun dari segi kuantitas, TNI AL masih perlu menambah unit frigat baru, mengingat jumlah Van Speijk yang akan pensiun mencapai enam unit.
0012-DSC_4632b
Melihat ‘peluang’ kebutuhan frigat untuk memperkuat TNI AL, tentu menjadi angin segar bagi manufaktur atau galangan kapal untuk menawarkan model kapal perang yang pas untuk postur TNI AL. Meski faktanya belum ada sinyal yang jelas untuk pengadaan frigat baru selain SIGMA Class 10514, pemerintah Denmark mulai menjajakan frigat Iver Huitfeldt Class. Frigat inilah yang pada 7 Maret 2016 lalu sempat dikunjungi Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu di fasilitas pangkalan AL Denmark. Menhan saat itu melihat frigat Peter Willemoes, kapal kedua dari tiga unit Iver Huitfeldt Class yang telah beroperasi.
Iver-Huitfeldt-class-Denmark-2
Banyak yang menarik dilirik dari sosok Iver Huitfeldt Class yang tergolong frigat ‘kelas berat,’ pertama dari bobot tonasenya yang mencapai 6.645 ton. Bila frigat ini akhirnya dimiliki TNI AL, maka akan jadi yang terbesar, bahkan frigat tercanggih di Asia Tenggara, Formidable Class milik Singapura pun ‘hanya’ 3.200 ton. Tonase yang besar pada Iver Huitfeldt Class tentu bukan pepesan kosong, bekal senjata, sensor dan radar yang melengkapi frigat ini pun juga sangat mematikan. Bahkan bila disandingkan dengan Formidable Class Singapura, maka frigat kebanggaan Singapura itu akan kalah spesifikasi.
Menhan Ryamizard Ryacudu di Pusat Informasi Tempur frigat Peter Willemoes (F362).
Menhan Ryamizard Ryacudu di Pusat Informasi Tempur frigat Peter Willemoes (F362).
Frigat Iver Huitfeldt Class dibangun oleh Odense Steel Shipyard pada tahun 2008. Denmark membangun tiga kapal di kelas ini, yaitu Iver Huitfeldt (F 361), Peter Willemoes (F362), dan Niels Juel (F363). Dari sehi rancangan, Iver Huitfeldt Class dibangun berdasar desain kapal kelas Absalon, yang dibangun pada 2004.
Seperti halnya korvet Diponegoro Class dan PKR Martadinata Class, lambungIver Huitfeldt Class dirancang untuk mengurangi tangkapan sinyal radar, radiasi inframerah, suara bawah air, dan endusan magnetik, sehingga kapal ini lebih sulit dideteksi musuh.
Iver Huitfeldt Class mengusung peluncur SAM model VLS (vertical launch system), serupa dengan yang ada di korvet Bung Tomo Class.
Iver Huitfeldt Class mengusung peluncur SAM model VLS (vertical launch system), serupa dengan yang ada di korvet Bung Tomo Class.
Untuk urusan radar juga juga super, Iver Huitfeldt Class menggunakan radar SMART-L (Signaal Multibeam Acquisition Radar for Tracking) yang berjalan di frekuensi L band, radar surveillance ini memiliki jangkauan deteksi sejauh maksimum 400 Km. Kekuatan intai juga masih ditambah radar APAR (Active Phased Array) yang berjalan di frekuensi I band dan radar SCANTER 6000. Semengtara untuk mendeteksi lawan di bawah air, ada sonar ATLAS ASO 94 hull mounted untuk mendektsi keberadaan kapal selam. Menghadapi peperangan elektronik, Iver Huitfeldt Class menggunakan radar pengedali tembakan jenis Saab CEROS 200. Guna meladeni peperangan elektronik juga telah diantisipasi dengan keberadaan ES-3701 Tactical Radar Electronic Support Measures.
Untuk bekal senjata, frigat Iver Huitfeldt Class dipersenjatai dengan meriam reaksi cepat Oto Melara 76mm Super Rapid, 32 sel peluncur rudal vertikal (VLS) Mk 41 untuk rudal permukaan ke udara SM-2 IIIA, 24 sel VLS Mk 56 untuk rudal permukan ke udara RIM-162 ESSM (Evolved SeaSparrow Missile), 2 peluncur empat tabung untuk rudal anti kapal Harpoon, satu unit Oerlikon Millennium 35 mm sebagai CIWS, dan dua peluncur torpedo MU90.
Iver Huitfeldt Class dilengkapi CIWS kanon Oerlikon Millenium, ditempatkan diatas hanggar. Martadinata Class pun nantiya dilengkapi kanon sejenis.
Iver Huitfeldt Class dilengkapi CIWS kanon Oerlikon Millenium, ditempatkan diatas hanggar. Martadinata Class TNI AL nantiya juga dilengkapi kanon sejenis.
Secara umum, Iver Huitfeldt Class memiliki panjang 138,7 meter, lebar 19,75 meter, dan draft 5,3 m. Frigat ini disokong empat mesin diesel MTU 8000 20V M70 yang masing-masing berkekuatan 8,2 MW, sehinga dapat melaju hingga kecepatan 30 knots atau 56 km/jam. Kapal ini dapat menjelajah hingga 9.000 mil laut atau sekitar 17.000 km pada kecepatan 18 knots atau 33 km per jam.
Untuk mendukung misi udara, frigat ini juga dilengkapi dengan dek dan hanggar helikopter ukuran medium, seperti helikopter AW101 atau helikopter dengan berat 20 ton. Sebagai perbandingan dek dan hanggar pada Martadinata Class dirancang untuk helikopter berbobot maksimum 10 ton. Radar Terma SCANTER 6000 disini berperan sebagai guidance radar bagi helikopter di lautan.
Tampilan bagian dalam hanggar, untuk masuk ke hanggar, bilah helikopter harus dilipat.
Tampilan bagian dalam hanggar, untuk masuk ke hanggar, bilah helikopter harus dilipat.
Harus diakui Iver Huitfeldt Class adalah frigat yang sangat perkasa, jika Indonesia suatu saat memiliki jenis kapal perang ini, maka diyakini TNI AL akan menjadi kekuatan laut termodern di Asia Tenggara, dengan menggeser posisi Singapura. Namun, ibarat pepatah, ‘ada harga ada rupa,’ harga frigat ini pun lumayan berat, dikutup dari Wikipedia.org, satu unit kapal ini ditaksir mencapai US$325 juta.
download
Meski nama Denmark masih asing dalam jagad alutsista nasional, khususnya untuk angkatan laut. Tapi beberapa alutsista modern, seperti radar telah dipasok oleh beberapa perusahaan asal negara Skandinavia ini. Diantara alutsista asal Denmark seperti radar Terma SCANTER 4100 di KRI Fatahillah 361 dan radar Weibel untuk Kohanudnas (Komando Pertahanan Udara Nasional). 

RIMPAC 2016: KRI Diponegoro 365 Lalukan Uji Tembak Kanon Vektor G12 20mm


Jakarta - Sebagai kapal perang andalan (flagship) TNI AL, KRI Diponegoro 365 memang pantas mewakili kekuatan maritim Indonesia di ajang latihan bersama (latma)multilateral terbesar di dunia, RIMPAC (Rim of Pacific) 2016. Bekal sensor dan radar sudah cukup modern di kelasnya, adopsi senjata juga relatif mumpuni di kelas korvet. Namun sayangnya korvet buatan Belanda ini tidak dibekali kanon reaksi cepat CIWS (Close In Weapon System).
Sebagai gantinya, kanon untuk peran PSU (Penangkis Serangan Udara) dan menghadapi sasaran di permukaan dalam jarak pendek, dipercayakan pada kanon jenis Vektor G12 kaliber 20 mm buatan Denel, manufaktur senjata asal Afrika Selatan. Vektor G12 diketahui menjadi PSU pada empat korvet kelas SIGMA Class 9113 buatan Belanda, dimana pada tiap-tiap kapal terdapat 2 pucuk Vektor G12 yang ditempatkan pada posisi samping.
Tidak hanya korvet Diponegoro Class yang menggunakan kanon ini, KCR (Kapal Cepat Rudal) TNI AL produksi PT Palindo Marine di Batam, yakni KRI Clurit 641 dan KRI Kujang 642 juga mengandalkan kanon ini sebagai senjata utama pada sisi haluan, namun seiring moderninasi Vektor G12 kini KRI Clurit 641 dan KRI Kujang 642 telah digantikan dengan kanon CIWS NG-18 (AK-630M).
26-GUN-EXERCISE-KRI-DIPONEGORO-365-DALAM-RIMPAC-2016.jpeg-1-300x199
Dari sisi performa, Vektor G12 mempunyai jarak tembak maksimum hingga 10.000 meter dan jarak tembak efektif 2.000 meter dengan amunisi HE (high explosive). Kecepatan tembak kanon laras tunggal ini mencapai 750 amunisi per menit, sedangkan kecepatan luncur proyektilnya adalah 1.050 meter per detik. Jenis amunisi kaliber 20×139 mm ini dapat memuntahkan proyektil dengan hulu ledak APC-T HEI, HEI-T, TP, APDS-T, APHEI, APHEIT, dan TP-T.
Vektor G12 di geladak KRI Diponegoro 365
Vektor G12 di geladak KRI Diponegoro 365
Vektor G12 pada geladak KRI Diponegoro 365, salah satu korvet kelas SIGMA
Vektor G12 pada geladak KRI Diponegoro 365, salah satu korvet kelas SIGMA
Meski kanon ini dioperasikan secara manual olehgunner (juru tembak), bukan berarti Vektor G12 lemah dalam operasi pertempuran. Berkat panduan lewat komunikasi oleh operator radar intai dari PIT (Pusat Informasi Tempur), juru tembak yang terlatih dapat dengan sigap mengantisipasi datangnya arah pesawat terbang atau helikopter lawan. Sementara untuk menghadapi target di permukaan laut, menunjang presisi tembakan juru tembak dapat memanfaatkan alat bidik optik.
Mengutip sumber dari Dispen Koarmatim (26/7/2016), di ajang RIMPAC 2016 KRI Diponegoro 365 juga melangsungkan tahapan latihan Sea Phase The Rim of Pacific, yang didalamnya terdapat uji tembak Gun Exercise (Gunex). Dalam latihan penembakan ini, awak KRI Diponegoro 365 menunjukkan kemampuannya dalam melaksanakan akuisisi dan penghancuran sasaran. Gunex dilaksanakan tepat di tengah-tengah Samudera Pasifik. Senjata yang digunakan dalam latihan penembakan ini adalah kanon Vektor G12 yang diawaki oleh Kld Amo Eka Yulianto dan dibantu oleh Kopda Bah Muji Wahyuono. Proses uji tembak ini dilakukan pada hari Kamis (21/7/2016) lalu.
Vektor G12 pasa sisi haluan KRI Clurit 641
Vektor G12 pasa sisi haluan KRI Clurit 641
Penembakan kanon 20 mm tersebut menggunakan sasaran berjenis killer tomato sejumlah tiga buah dengan jarak tembak kurang lebih 1,5 mil laut. Dalam latihan kali ini, KRI Diponegoro 365 berhasil menenggelamkan dua dari tiga sasaran yang disiapkan. Selain KRI Diponegoro 365, beberapa kapal perang peserta RIMPAC juga turut berpartisipasi, di antaranya adalah FS Prairial dari Perancis, USS Stockdale dan USS Princeton dari Amerika Serikat, CHS Xian dan CHS Hengsui dari Cina.
Sebelum penembakan dilangsungkan, juru tembak melakukan menyebut, “PKU di sini PK PAA, sasaran masuk jarak tembak, ijin buka tembakan.” Kemudian dibalas, “Di sini PKU, randu (receive and understand), laksanakan penembakan 150 butir peluru.” Sebagai informasi, PKU adalah Pos Komando Utama, dan PK PAA adalah Pos Komando Pertempuran Atas Air.
Latma RIMPAC 2016 melibatkan 45 kapal perang, 5 kapal selam, 200 pesawat udara, dan 25.000 personel. Latihan ini berlangsung sejak tanggal 1 Juli 2016 dan direncanakan ditutup pada tanggal 5 Agustus 2016.