Jakarta - Rasanya miris saat mendengar ada kapal patroli TNI AL yang diserang preman di Perairan Tanjung Balai Asahan. Tepatnya pada 22 Januari lalu, KAL Boa (eks KRI Boa 807) diserang sekelompok preman ketika sedang mengejar kapal pengangkut pakaian bekas ilegal. Dalam aksi penyerangan, awak KAL telah memberikan tembakan peringatan, namun tidak diindahkan oleh kawanan 60 preman yang menggunakan empat kapal motor. Dengan dihujani bom Molotov, justru KAL Boa yang harus menjaga jarak sampai harus merapat ke alur darat untuk keluar dari kepungan preman.
‘Lemahnya’ kelengkapan senjata pada KAL Boa bisa menjadi salah satu sebab nekadnya preman menyerang kapal patroli TNI AL. Meski dahulunya berstatus kapal patroli di Satrol (Satuan Kapal Patroli) dengan menyandang identitas ‘KRI,’ namun KRI Boa 807 hanya dilengkapi senjata utama berupa kanon PSU (Penangkis Serangan Udara) jenis Oerlikon 20mm/70 MK4 di haluan, dan dua pucuk SMB (senapan mesin berat) DShK-38.
Racikan tersebut sejatinya masih lumayan sangar untuk tugas-tugas patroli, tapi karena masih dioperasikan full manual, mengundang kerawanan bagi keselamatan awak saat terjadi kontak tembak dengan lawan dari jarak dekat. Belum lagi, lambung Boa yang terbuat dari fiberglass lebih rawan ditembus proyektil dari senapan ringan. Sebagai kapal patroli, KRI Boa 807 juga hanya punya kecepatan dibawah 30 knots, dipandang kurang mumpuni untuk mengejar speed boat perompak.
Menjawab lemahnya persenjataan di KAL, peronda wilayah pangkalan TNI AL kini mulai dilakukan upgrade. Salah satunya dengan adopsi jenis Kapal Patroli Cepat (PC-28) yang dioperasikan Lantamal (Pangkalan Utama Angkatan Laut). PC-28 dibuat oleh galangan kapal PT Palindo Marine di Batam. Kapal patroli ini dirancang untuk bermanuver lincah dan cepat di perairan dangkal. PC-28 juga sanggup dipacu hingga kecepatan maksimum 34 knots, atau dalam kondisi full load kecepatan maksimal menjadi 26 knots. Dapur pacu PC-28 menggunakan dua unit mesin diesel 1.650 hp.
Berbeda dengan KAL Boa, PC-28 Palindo Marine yang diawaki 15 personel mengadopsi lambung kapal dari bahan alumunium. Daiantara material yang digunakan adalah baja khusus High Tensile Steel kekuatan tariknya dua kali lipat dari baja ringan atau sepuluh kali lipat dari kayu. Bahan baja tersebut diproduksi PT Krakatau Steel, Cilegon. PC-28 punya panjang keseluruhan 30 meter, lebar 5,85 meter dan bobot 75 ton. Kabarnya hampir semua komponen kapal diproduksi di dalam negeri, kecuali mesin yang masih di impor. Harga per unit kapal ini disebut-sebut mencapai Rp33,3 miliar.
Untuk urusan persenjataan, PC-28 memang tidak lagi menggunakan kanon kelas 20 mm, kali ini yang dipasang adalah jenis SMB M2HB kaliber 12,7 mm. Namun senjata pada haluan ini telah dilengkapi sistem RCWS (remote control weapon system), yang kabarnya dipasok oleh perusahaan swasta dalam negeri PT Alam Indonesin Utama (AIU). Dengan adopsi RCWS, maka operasi penembakkan menjadi lebih aman, dan fokus bidikan menjadi lebih terarah. Selain itu, PC-28 nantinya juga akan dipasang senjata berupa peluncur roket FFAR (folding fin aerial rocket) kaliber 70 mm.
Sampai saat ini, Palindo Marine telah meluncurkan KAL Bireun II-1-63 dan KAL Kumai I-6-58, dan KAL Mapor II-4-64. KAL (Kapal Angkatan Laut) dirancang dengan basis kapal patroli ringan. Berbeda dengan KRI, operasional standar KAL dibatasi pada pengamanan di sekitar pangkalan angkatan laut, seperti contohnya pada Lantamal I Belawan, Sumatera Utara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar