Jakarta - Keberadaan Anoa APC (Armoured Personnel Carrier) 6×6 menjadi komponen utama dalam struktur Batalyon Infanteri (Yonif) Mekanis TNI AD. Dengan ranpur lapis baja ini, gerak laju pasukan infanteri dapat lebih aman dari risiko terjangan proyektil lawan, karena sekujur bodi Anoa telah dilapisi material anti peluru Level III, menjadikan awak dan penumpangnya terlindungi dari serangan peluru kaliber 7,62 mm. Meski begitu, justru posisi juru tembak (gunner) yang rawan mendapat serangan.
Juru tembak pada Anoa memang beresiko terkena tembakan lawan, pasalnya saat mengoperasikan senjata, gunner harus menampakkan setengah badannya atau kepala keluar palka. Memang sudah ada plat pelindung di kiri dan kanan, namun tetap aja desain semi kubah ini kurang memberi proteksi yang maksimal pada juru tembak. Menjawab tantangan tersebut, PT Pindad selaku produsen Anoa telah sejak lama memikirkan solusinya.
Dan sebagai jawabannya adalah dihadirkannya sosok varian Anoa 6×6 APC yang dipasangi kubah dengan RCWS (Remote Control Weapon System). Tercatat sejak tahun 2013, PT Pindad dan pihak pengguna, yakni TNI AD aktif mengadakan uji coba pada serangakaian tipe RCWS. Untuk kemudahan instalasi, jelas yang diutamakan adalah model RCWS yang modular. Beberapa tipe RCWS yang penah dijajal untuk Anoa adalah DeFNder buatan Fabrique Nationale de Herstal, Belgia, kemudian ada M151 Protector dari Kongsberg, Norwegia, bahkan kubah RCWS futuristik Qimek dari Rheinmetall Defence juga pernah diuji pasang pada Anoa. Qimek adalah jenis RCWS yang juga disematkan pada MBT (Main Battle Tank) Leopard Revolution.
Dari pihak PT Pindad sudah ada titik terang siapa mitra yang diajak bekerjasama dalam proyek produksi RCWS di dalam negeri. Belum lama berselang direktur utama PT Pindad, Silmy Karim telah menandatangi kerjasama RCWS dengan Kongsberg untuk produksi RCWS M151 Protector di dalam negeri. Langkah ToT (Transfer of Technology) ini layak diapresikasi. Meski Kongsberg telah mendapatkan kontrak RCWS, namun rangkaian uji dan adopsi RCWS lebih dulu dilakukan dengan DeFNder dari FN Herstal. Bahkan konon Anoa versi Kongtingen Garuda untuk UNIFIL di Lebanon sudah ada yang dipasang dengan RCWS DeFNder.
DeFNder diperkenalkan pada ajang Eurosatory 2010, dan sampai saat ini telah diadaptasi ke lebih dari 630 tipe kendaraan tempur. DeFNder pun sudah kenyang dalam penugasan, diantaranya RCWS ini dioperasikan dalam operasi di Afghanistan dan Lebanon.
FN DeFNDer dengan senapan mesin FN M3P (varian penyempurnaan dari M2HB, dicirikan dengan laras ‘berlubang-lubang.’
DeFNder menawarkan keunggulan berupa kompabilitas dengan beragam sistem senapan mesin lansiran FN, mulai dari senapan kelas Minimi 5,56 mm, FN MAG GPMG 7,62 mm, hingga M2HB 12,7 mm, semua dapat dengan mudah dicangkok ke DeFNder. Merujuk ke spesifiksi yang dipampirkan dalam situs resminya, DeFNder ditawarkan dalam tiga pilihan, yakni DeFNder light khusus mengusung senapan mesin dari basis Minimi dan sekelasnya, kemudian DeFNder medium untuk mendukung senapan mesin kelas FN MAG GPMG, senapan mesin berat M2HB dan FN M3P, dan pelontar granat otomatis AGL 40 mm. Dan yang terakhir adalah DeFNder Arrow yang khusus digunakan untuk kelas senapan mesin berat, plus kombinasi tabung pelontar granat.
Sesuai kebutuhan, pihak user dalam hal ini TNI AD lewat Pussenif (Pusat Kesenjataan Infanteri) memilih jenis DeFNder medium untuk dipasangkan pada Anoa APC. Pussenif tentu tak sendirian dalam implementasi sistem RCWS ini, sebagai sistem integrator didukung pihak PT Dirgantara Indonesia (DI). Dalam proses pemasangan DeFNder ke tubuh Anoa, maka lubang palka penembak dikosongkan dan diberi plat baja setebal lima centimeter sebagai dudukan utama RCWS. Plat baja ini juga dilengkapi lubang untuk jalur masuk kabel. Plat ini ini diikat ke atas kendaraan dengan mur baut yang menglilingi kubah palka.
Sistem DeFNder dirancang modular, terdiri dari modul senjata dan modul kendali. Untuk modul senjata yang berada di luar, terdiri dari dudukan senapan mesin, modul optik yang dapat ditentukan jenisnya oleh pembeli, kotak peluru pun dapat dipilih jenis dan kapasitasnya. Dudukan pada modul senjata distabilisasi dengan dua sumbu, alhasil akurasi penembakan tetap fokus saat Anoa melaju dengan kecepatan rendah, atau Anoa sedang melancarkan tembakan dalam sudut miring.
Agar aman dari terjangan proyektil, modul senjata juga diproteksi dengan plat baja yang mengacu pada standar STANAG 4569, sehingga sistem modul senjata aman dari hantaman peluru kaliber 7,62/5,56 mm dari jarak 30 meter, dan peluru artileri 155 mm dari jarak 100 meter. Dalam sistem modul senjata juga terdapat sensor optik pendeteksi panas berbasis termal, yang mampu mendeteksi sumber panas tubuh dan mesin kendaraan. Untuk penembakkan di malam hari, dilakukan dengan bantuan FLIR (Forward Looking Infra Red) yang memberikan penginderaan amat jelas dan tajam. Opsi tambahan yang terkait optik adalah penggunaan LWR (Laser Warning Receiver) dan SADLS (Small Arms Detection and Localization System).
Dalam menghadapi sasaran yang dinamis, selain sudut putar modul senjata yang 360 derajat, sudut dongak dan runduk senapan mesin M2HB dan M3P juga sangat baik. Untuk sudut dongak (elevasi vertical) bisa sampai 75 derajat, sehingga dianggap ideal untuk menghadang ancaman dari helikopter. Laras senapan juga bisa diturunkan sampai minus 40 derajat, sehingga pas untuk ‘menyapu’ serangan dari infanteri lawan yang mendekat.
Modul Kendali
Untuk modul kendali ditempatkan didalam kompartemen ranpur. Disini operator mengendalikan RCWS dari konsol yang terdiri dari monitor berlayar warna untuk menampilkan tangkapan gambar dari optik. Tidak ketinggalan tersedia joystick untuk mengarahkan laras senjata, berikut tombol penembakkan dam pemilihan moda tampilan.
Untuk modul kendali ditempatkan didalam kompartemen ranpur. Disini operator mengendalikan RCWS dari konsol yang terdiri dari monitor berlayar warna untuk menampilkan tangkapan gambar dari optik. Tidak ketinggalan tersedia joystick untuk mengarahkan laras senjata, berikut tombol penembakkan dam pemilihan moda tampilan.
Joystik di RCWS ini dibuat intuitif, sebab sensor optik dilengkapi laser range finder yang mampu memberikan input data pasti senjata ke sasaran, maka setiap kali arah laras dimanipulasi dengan joystick, maka sistem stabliliasi secara otomatis memberkan koreksi sudut elevasi bidik, dengan mempertimbangkan tipe lintasan balistik peluru yang digunakan. Pada ranpur Anoa 2 6×6, modul kendali ditempatkan pada kursi komandan, letaknya disamping sopir disebelah kiri. Tentu saja penempatan modul kendali tak harus diposisi komandan, bisa juga dibuatkan kursi khusus di kompartemen belakang. (Gilang Perdana)
Spesifikasi DeFNder Medium:
– Calibre: 12x99mm NATO (.50 cal)
– Depression angle: -40°
– Elevation angle: +70°
– Ammo box capacity: 300 rounds (standard)
– Display unit: 1024×768 pixels LCD color screen
– Rate of fire: 1.100 RPM
– Recocking: Electrical
– Supply power: 18-32 VDC MIL-STD 1275C
– Total weight fully loaded: – Maximum speed traverse: 90°/s
– Maximum speed elevation: 60°/s
– Calibre: 12x99mm NATO (.50 cal)
– Depression angle: -40°
– Elevation angle: +70°
– Ammo box capacity: 300 rounds (standard)
– Display unit: 1024×768 pixels LCD color screen
– Rate of fire: 1.100 RPM
– Recocking: Electrical
– Supply power: 18-32 VDC MIL-STD 1275C
– Total weight fully loaded: – Maximum speed traverse: 90°/s
– Maximum speed elevation: 60°/s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar