Jakarta - BMP-3F Korps Marinir TNI AL memang bukan MBT (Main Battle Tank), kelasnya adalah IFV (Infantry Fighting Vehicle), meski begitu ranpur amfibi modern asal Rusia ini sangat diandalkan sebagai salah satu kekuatan kavaleri paling lethal di arsenal alutsista TNI. Debutnya tak hanya populer di negara-negara karib Rusia, BMP-3 yang battle proven juga digunakan oleh negara-negara yang tak terbiasa dengan produk Rusia, sebut saja Uni Emirat Arab dan Korea Selatan, bahkan Arab Saudi kabarnya juga dalam proses memesan ranpur ini.
Bagi publik di Tanah Air, BMP-3F yang bersenjatakan kanon 100 mm begitu lekat di hati, terlebih dengan manuver jumping yang beberapa kali diperagakkan saat parade militer. Memacu tank dalam kecepatan tinggi, lalu melakukan lompatan sembari melepaskan tembakan dari laras kanon 100 mm, adalah sesuatu yang spektakuler, setidaknya sampai saat ini belum ada tandingan untuk melakukan hal tersebut di lingkup ranpur TNI.
Dibesut oleh pabrikan Kurganmashzavod, populasi BMP-3 saat ini telah tembus 2.000 unit, Rusia adalah pengguna terbesarnya (720 unit). Marinir TNI AL dalam dua proses pengadaan kini memiliki 54 unit BMP-3F, dan dalam proses berikutnya untuk mendatangkan 50 unit tambahan. Banyak hal yang membuat IFV ini begitu menarik untuk diperhatikan, soal laras 100 mm-nya, bisa dipakai untuk meluncurkan rudal anti tank 9M117 Bastion. Lapisan baja 35 mm pada ranpur ini juga mampu memberi elemen proteksi maksimal di kelas IFV. Tapi lain dari itu, masih ada sesuatu yang menarik dari BMP-3F.
Bagi penulis, lepas dari elemen hardware pada ranpur, helmet alias helm yang dikenakan awak BMP-3F (commander, gunner, driver) menarik untuk didalami. Meski BMP-3 masuk kategori ranpur baru (mulai digunakan pada tahun 1987), tapi di BMP-3 Rusia tak meninggalkan cita rasa helm kavaleri Uni Soviet yang legendaris.
Berbeda dengan helm tank dari AS dan NATO yang mewujudkan model helm dengan material pelindung padat. Maka helm awak tank Rusia hanya mengadopsi bahan dari kain. Tepatnya dari kain kanvas dengan pilihan warna hitam, coklat, dan abu-abu. Kain kanvas ini menutup seluruh kepala, dengan flap di kiri-kanan menutupi daun telinga, menerus ke pipi dan berakhir di bawah dagu.
Meski disebut helm, di lingkungan prajurit kavaleri Marinir TNI AL, helm ini lebih akrab disebut sebagaiheadgear. Dan tipe yang digunakan pada awak BMP-3F Marinir adalah jenis TSH-4M-L-00-001. Ada dua versi yang dirilis, yakni versi musim panas dan versi musim dingin, yang bagian dalamnya berwarna putih. Versi musim dingin hanya memiliki sedikit perbedaan dengan musim panas, dengan tambahan bulu-bulu pada bagian dalam helm untuk menahan panas agar tidak cepat hilang.
Pada helm ini, antara flap kiri dan kanan dihubungkan tali strap kulit dan buckle yang memiliki beberapa lubang untuk menyesuaikan dengan ukuran kepala penggunanya. TSH-4M dilengkapi juga dengan boom interkom yang dapat disangkutkan pada strap. Uniknya helm bernuansa Uni Soviet ini dilengkapi sistem mikrofonlaryngophone, yang dapat menangkap getaran suara yang ditimbulkan oleh kerongkongan (larynx) pada saat berbicara, bukan suara yang keluar dari bibir. Hal ini disebabkan pada era Uni Soviet tidak menggunakan sistem peredeman suara yang baik, ini mengingat juga begitu sempitnya kompartemen awak tank Uni Soviet. Suara awak biasanya akan terbenam oleh suara mesin diesel.
Elemen pelindung pada helm adalah flap yang terpisah untuk melindungi pemakai dari terpaan panas matahari. Sementara pada bagian kiri dan kanan yang menutup telinga dibuatkan tonjolan kain untuk tempat earcup dan earphone. Padding earphone terbuat dari busa keras berwarna putih, abu-abu, atau hitam, tergantung pada masa pembuataanya.
Karena terbuat dari bahan kain, tentu saja helm ini tak dapat melindungi kepala secara sempurna. Desainnya lebih diutamakan untuk melindungi kepala awak tank dari benturan dengan benda-benda keras di dalam kubah. Untuk melindungi bagian atas kepala, TSH-4M disediakan tonjolan bumper yang terbuat dari busa dan dipasang membujur dan melintang. Ada dua bumper kain busa yang dipasang membujur, menghubungkan dua earcup di masing-masing sisi kepala dan sekaligus berfungsi sebagai jalur kabel radio untukearphone set.
Antara bumper paling kiri dan kanan disediakan strap kain yang bisa dikencangkan atau dikendorkan dengan buckle untuk menyesuaikan dengan ukuran kranial. Sementara pada bagian depan disesediakan busa pelindung yang menutupi dahi, menghubungkan bumper kiri dengan kanan. Bumper pada bagian dahi ini juga dapat berfungsi sebagai tempat dudukan untuk teropong pandang malam, yakni tipe PNV-57 dengan lensa ganda, yang dipasang pada dudukan berupa pelat membentuk rangka helm yang dkemudian disekrup ke bumper dahi tersebut.
Sebagai power dari PNV-57, terdapat kotak baterai berukuran besar yang ditempelkan ke sisi belakang helm, tepat dibelakang flap pelindung debu. Antara baterai dengan teropong PNV-57 dihubungkan kabel catu daya yang cukup dijepitkan di sela-sela bumper yang melintang.
Meski helm kain awak tank Rusia terkesan jadul, namun hingga kini Rusia masih terus mengadopsinya, bisa diibaratkan seperti Rusia yang secara konsisten menjaga cita rasa kehadiran senapan serbu AK-47 dari masa ke masa. Helm model kain sejatinya sudah digunakan Uni Soviet sejak era Perang Dunia II, tak hanya Rusia, model helm kain kanvas ini juga jamak dipakai awak tank negara-negara sababat Rusia. Publik di Tanah Air sejatinya sudah mengenal helm kain ini, sejak tank PT-76 dan BVP-2 berderu di Indonesia, sosok helm model kain kanvas ini juga menjadi kelengkapan awak tank tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar