Tokyo - Tokyo telah lama memiliki ambisi untuk memperoleh jet tempur ultra-canggih F-22 Raptor, tapi mimpi itu kandas setelah melarang penjualan senjata ini ke negara lain.
Mimpi semakin terpendam dalam ketika Pentagon akhirnya memutuskan untuk menghentikan produksi pesawat siluman ini.
Pada akhir Juni, Kementerian Pertahanan Jepang telah mengeluarkan permintan informasi awal tentang jet tempur generasi berikutnya dari produsen.
Hal ini sebagai langkah pertama dalam proses panjang penggantian jet tempur Mitsubishi F-2 dengan pesawat yang akan diberi nama F -3.
Mungkin butuh waktu setidaknya 10 tahun lagi untuk Jepang bisa mendapatkan F-3 dan selama itu Tokyo menghadapi celah keamanan udara ketika berhadapan dengan China yang terus menempa kemampuannya.
Tokyo tetap melihat F-22 sebagai solusi paling cepat, namun hukum AS tetap menjadi masalah kecuali Departemen Luar Negeri dan Pentagon setuju untuk mengeluarkan surat pernyataan persetujuan penjualan ke negara bekas musuh yang sekarang jadi sekutu dekat tersebut.
Ambisi Jepang untuk membangun superioritas udara terus bergema setelah China mengumumkan rencana memasukkan jet tempur generasi kelima J-20 dan J-31 ke layanan dalam dekade mendatang. Bahkan media pemerintah China memperkirakan pesawat juga akan digunakan pada kapal induk.
Tokyo sekarang masih mengandalkan armada F-2 dan F-15 yang pesawat terakhir harus pensiun pada tahun 2040. Jepang memang sudah memutuskan untuk membeli jet tempur F-35, tetapi tetap tidak percaya diri karena pesawat siluman ini tidak didedikasikan sepenuhnya untuk superioritas udara.
Jepang berkomitmen untuk membeli 42 F-35A yang dibuat pada tahun 2011 ketika Jepang memilih jet tempur ini untuk menggantikan F-4 Phantom.
Jepang benar-benar membutuhkan pesawat tempur tanpa tanding dalam pertempuran udara.
Untungnya bagi Jepang, meski F-22 tidak lagi di produksi di Amerika Serikat dan belum terbuka untuk ekspor oleh pejabat Amerika, Tokyo tampaknya mendapatkan traksi dengan Washington dan akan melakukan tender akuisisi jet tempur senilai US$40 miliar pada Juli ini.
Tokyo dan Washington pada bulan Mei juga mencapai kesepakatan militer yang disebut belum pernah terjadi sebelumnya. Pada waktu yang bersamaan muncul upaya di Washington untuk membuka kembali jalur produksi F-22 Raptor.
Kepala Staf Angkatan Udara AS yang baru-baru ini pensiun Jenderal Mark Welsh mengatakan bahwa ide utnuk me-restart jalur produksi F-22 bukanlah ide liar atau dengan kata lain bisa saja terjadi.
Persoalan yang dihadapi dalam membuka jalur produksi pesawat ini adalah biaya sangat mahal. Tetapi jika tingkat produksi tinggi biaya akan bisa dikurangi, dan Jepang bisa menjadi bagian dalam mendongkrak jumlah pesawat yang dibangun.
Harapan Jepang untuk memiliki Raptor pun kembali muncul ke cakrawala. Tetapi apakah Raptor benar-benar akan bisa diterbangkan oleh pilot tempur Jepang? Masih tetap samar-samar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar