Sejarah - Tertembaknya Santoso sebagai orang nomor satu di kelompok separatis Poso hingga tewas menyisakan cerita menarik. Seperti yang tersebar di berbagai media massa, penembak Santoso adalah seorang bintara Kostrad dari Kompi Senapan A Yonif 515 Raider.
Kisah sukses Kostrad sebagai pasukan pemukul terbesar di Indonesia pun patut disimak. Tak cuma Santoso, sejak berdirinya Kostrad selalu hadir dalam penumpasan kelompok-kelompok separatis dan berhasil menumbangkan banyak petinggi gerakan tersebut.
Kahar Muzakar
Petinggi DI/TII yang berpusat di Sulawesi ini ditembak mati di gubuk persembunyiannya saat Pleton Kompi D Batalyon 330 Kostrad ditugaskan mencari Muzakar sampai dapat. Dalam operasi yang bernama Operasi Kilat ini, Pleton yang dipimpin oleh Peltu Umar Sumarna mendapat informasi bahwa Kamuz, sebutan Kahar Muzakar, berada dalam hutan perawan di kawasan Lasolo, Sulawesi Selatan.
Peltu Umar dan 18 orang timnya hanya diberi tahu bahwa di tengah hutan itu hanya ada 1 radio, dan pemiliknya adalah Kamuz. Di satu malam tim pemburu itu mendengar suara radio. Saat dikejar ternyata suara radio berada di sebuah gubuk yang berada di sebuah sungai selebar 20 m. Tim Kostrad terpaksa mengarungi sungai itu dan mengendap tanpa suara. Pagi hari, tepat pukul 6.30 Kamuz dan anak buahnya tewas tertembak.
Rodax TT
Tim Intelijen tempur Kostrad tahun 1995 diterjunkan ke wilayah Laga, Timor Timur untuk memburu beberapa petinggi partai Unidade. Ternyata, Rodax TT yang menjadi penguasa Unidade di Laga berada di wilayah operasi mereka.
Pengejaran terhadap Rodax membutuhkan waktu 3 hsampai 4 bulan hingga sampai saat tim tempur yang bernama Merpati Putih 4 menemukan jejak manusia di pinggir sungai. Singkat cerita, mereka bertemu sebuah rumah dan terjadi kontak tembak. Setelah kontak tembak yang intensif, Kopda Syamsul dan Pratu Ali berhasil menembak Rodax di pinggir jurang. Tak diduga, Rodax yang telah ditembak masih bergerak, Syamsul dan Ali akhirnya melempar granat ke targetnya hingga tewas.
Teuku Abdullah Syafei
Tahun 2001 KSAD menggelar operasi pemulihan keamanan di Aceh. Salah satu yang dibebankan kepada pasukan, termasuk Kostrad adalah memburu Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Teuku Abdullah Syafei.
Pengejaran terhadap pejabat GAM ini bukanlah hal mudah. Hampir setahun setelah mereka mendarat di tanah Aceh Kostrad berhasil mengendus dan menyerbu markas Syafei dan terpaksa menembak Syafei yang tengah bersama istrinya. Saat dilakukan penyerbuan itu tim tidak menyangka bahwa Syafei berada di sana dan yang mereka tembak mati adalah panglima GAM.
Hal itu baru diketahui setelah Dansatgas bersama rombongan dan seorang adik Syafei mengkonfirmasi bahwa salah satu target yang tewas adalah Teuku Abdullah Syafei.
Santoso
Kapolri Jenderal Pol. Tito Karnavian tanggal 18 Juli kemarin secara resmi menyatakan bahwa tim Operasi Tinombala yang merupakan operasi gabungan TNI-Polri berhasil mendapatkan tempat persembunyian Santoso. Target utama mereka itu terpaksa ditembak mati setelah melakukan perlawanan dan melarikan diri.
Penembak kemudian diketahui bernama Serda Firman yang merupakan Komandan Tim Alfa 29 dari Yonif 515 Kostrad. Ia ditembak saat tengah bersama 5 orang pengikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar