Jakarta - Untuk kelas korvet, tonase 1.700 ton memang tergolong ringan, namun jangan anggap sepele, korvet andalan Satuan Kapal Eskorta (Satkor) Koarmatim KRI Diponegoro 365 justru dipercaya untuk memimpin satuan tugas dalam misi AKS (Anti Kapal Selam) di ajang latihan bersama (latma) multilateral terbesar di dunia RIMPAC (Rim of Pacific) 2016 yang tengah berlangsung di Perairan Hawaii, AS. Tentu ada alasan, mengapa KRI Diponegoro 365 dipercaya untuk mengomando misi buru kapal selam.
Dari aspek teknis, KRI Diponegoro 365 terbilang siap untuk menghadapi aspek peperangan bawah, mulai dari misi memburu, mengindentifikasi, hingga menghancurkan kapal selam lawan. KRI Diponegoro 365 atau yang juga populer disebut SIGMA Class 9113 juga dilengkapi sistem data link dan komunikasi terpadu dengan unsur kapal perang bawah permukaan (kapal selam), jadi dapat bekerjasama lewat sambungan komunikasi langsung dengan kapal selam kawan.
Bekal apakah yang menjadi andalan KRI Diponegoro 365 dalam misi AKS di RIMPAC 2016? Jawabannya terletak pada keunggulan teknolog sonar. Berdasarkan spesifikasi, korvet besutan Damen Schelde Naval Shipbuilding, Belanda ini dilengkapi perangat sonar pencari Thales UMS 4132 Kingklip medium frequency active/passive ASW. Sonar ini mengusung model hull mounted yang terletak di bawah lambung kapal dan dilindungi oleh dome (kubah).
Secara umum, hull mounted sonar dirancang untuk mendeteksi keberadaan kapal selam lawan, dan menteksi ancaman yang berasal dari torpedo dan ranjau laut. Karena ditempatkan di bawah lambung, kemampuan deteksi hull mounted mencapai 360 derajat. Mengenai kemampuan dan spesifikasi teknis antar jenis hull mounted sonar tentu ada perbedaan. Soal kemampuan deteksi bergantung pada kemampuan frekuensi dan bandwidth yang digunakan.
Dalam operasinya, sonar dapat menjalankan modemulti beam untuk penyebaran sinyal sonar. Artinya, sinyal sonar yang dikirim dapat menjangkau permukaan atau objek di sekitar jalur kapal. Ini berbeda dengan single beam yang sinyal sonarnya hanya dapat menjangkau garis rute yang dilewati kapal, sehingga objek atau permukaan di sekitarnya tidak terdeteksi. Ketika dipakai untuk mencari benda di dalam air, sonar akan menggunakan gelombang suara bawah air yang dipancarkan dan dipantulkan untuk mendeteksi serta menetapkan lokasi objek bawah laut.
Seperti dikutip dari Dipsen Koarmatim (26/7/2016), KRI Diponegoro365 melaksanakan latihan AKS bersama dengan kapal selam Korea Selatan,Changbogo Class yaitu ROKS Lee Eok Gi dan dua pesawat intai maritim P3C Orion milik Jepang dan Amerika Serikat. Latihan bersama tersebut terdiri dari dua serial, yaitu CASEX 1A dan CASEX 3A, dan berlangsung selama 10 jam. KRI Diponegoro 365 berperan sebagai pemimpin latihan dalam kedua latihan tersebut.
Dalam CASEX 1A, KRI Diponegoro-365 melaksanakan latihan identifikasi visual kapal selam. CASEX 1A sendiri bertujuan untuk melatih skill pengawas anjungan dalam mengidentifikasi kapal selam musuh. Selain itu, latihan ini juga diperuntukkan untuk melatih ketrampilan operator sonar dalam mendeteksi keberadaan kapal selam, baik dalam mode pasif maupun pendeteksian aktif. Tak ketinggalan, paga PIT melaksanakan tracking visual dengan menggunakan LIROD (Lightweight Radar Optronic Director) untuk mengidentifikasi penampakan alat-alat angkat kapal selam. Latihan ini berjalan dengan cukup lancar dan aman setelah sebelumya melaksanakan prosedur keamanan dengan menjalin komunikasi melalui telepon bawah air (underwater telephone/UWT) dan memancarkan echo sounder secara terus menerus.
serial latihan kedua CASEX 3A, tim Peperangan Bawah Air (PBA) KRI Diponegoro-365 diuji kapasitasya dalam mengendalikan pesawat intai AKS P3C Orion dalam mencari, mendeteksi, dan melaksanakan penyerangan kapal selam musuh yang diperankan oleh ROKS Lee Eok Gi. Pengendalian secara close advisory controldilaksanakan setelah P3C Orion melaksanakan joining procedure. Selanjutnya, KRI Diponegoro-365 selaku Antisubmarine Warfare Air Control Unit (ASWACU) memerintahkan pesud tersebut untuk menjatuhkan sonobuoy di titik-titik yang diperkirakan terdapat kapal selam musuh. Setelah kontak kapal selam berhasil didapat, KRI Diponegoro 365 melaksanakan manuver pendekatan sebagai Search Attack Unit (SAU) untuk melaksanakan simulasi penyerangan dengan menggunakan torpedo. Proses identifikasi, klasifikasi, dan penyerangan dilaksanakan beberapa kali untuk melatih kesigapan tim PBA KRI Diponegoro 365 dalam prosedur AKS, sekaligus untuk melatih keterpaduan tindakan antara tim PIT dan tim anjungan.
Sebagai informasi, untuk peran pengancuran pada target kapal selam, KRI Diponegoro mengandalkan torpedo jenis SUT (surface and underwater target) A244-S mod 3 buatan Italian/French EuroTorp consortium.Torpedo A244 menggunakan peluncur B515 (ILAS-3) yang juga buatan EuroTorp. Lebih detail tentang torpedo A244-S bisa disimak pada link artikel dibawah ini.
“Dua serial CASEX yang telah dilakukan oleh KRI Diponegoro-365 ini adalah sebagai pemanasan sebelum menjalani latihan Theater Antisubmarine Warfare Exercise (TASWEX) pada tanggal 25 Juli 2016. Dalam TASWEX, KRI Diponegoro akan bertugas sebagai unsur kawal AKS CTF 170 dengan badan utama kapal induk Amerika Serikat CVN 74 USS John C. Stennis,” ujar Kadiv PBA KRI Diponegoro 365 Kapten Laut (P) Andromeda Windra Ciptadi. Hasil dari CASEX yang telah diikuti cukup memuaskan, ditandai dengan sigapnya seluruh personel yang terlibat dan kesiapan sonar dan UWT KRI Diponegoro 365.
Latihan CASEX tersebut dilaksanakan di sela-sela tahap laut latihan bersama RIMPAC 2016 yang dilaksanakan di Hawaii. RIMPAC tahun ini melibatkan 45 kapal perang, 5 kapal selam, 200 pesawat udara, dan 25.000 personel, menjadikannya sebagai latihan Angkatan Laut bersama terbesar di dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar